Anak suka aktif di dunianya sendiri? Jangan dia punya teman khayalan? Wajarkah hal tersebut? Tenang, semua akan baik-baik saja, kok. Selama dia enggak alus.
Tidak selamanya saat anak memilki teman khayalan jadi hal yang mengerikan. Mama Papa tidak perlu khawatir, karena ini bukan berarti ada masalah pada sang anak, kok. Ada beberapa pemicu anak memiliki teman khayalan, salah satunya merasa bosan.
Ada sebuah penelitian yang menyebutkan; setidaknya sebanyak 25%-45% anak berusia tiga hingga tujuh tahun memiliki teman khayalan. Berbagai macam bentuknya juga dapat mereka kategorikan sebagai teman mereka. Salah satunya seperti dengan mainan kesayangannya.
Awalnya, kejadian seperti ini dianggap sebagai tanda bahwa anak kesepian, hingga tidak dapat menerima kenyataan. Namun, seiring berjalannya waktu, semua itu berubah. Biasanya, mereka yang memiliki teman khalayan menggambarkan sosok yang kreatif dan memiliki daya imajinasi yang kuat. Selain itu, anak-anak ini juga dipercaya memiliki kehidupan sosial dan kemampuan verbal yang baik.
Penyebab Anak Memiliki Teman Khayalan
Ada beberapa penyebab anak memiliki teman khayalan. Pertama karena perasaan bosan. Saat dirinya dipenuhi rasa bosan, anak akan mulai memutar otak dan melakukan hal-hal yang bagi mereka menyenangkan. Hal ini dikarenakan sisi kreativitas mereka mulai meningkat daya imajinasinya. Ditambah lagi karena mereka berada di usia yang memiliki keingintahuan yang tinggi.
Kemudian karena teman khayalan dapat membuat anak merasa nyaman untuk menceritakan berbagai macam hal. Anggap saja saat anak memiliki masalah dan tidak berani untuk mengutarakannya kepada Mama Papa. Bisa saja karena takut disalahkan hingga perasaan malu terhadap orang lain. Dari situ, mulailah dirinya untuk menceritakan kepada teman khalayannya.
Sebenarnya tidak masalah anak memiliki teman khayalan. Hanya saja selama anak mulai mengesampingkan kewajibannya atau mulai menyalahkan teman khayalannya. Misalnya, saat Ia menjatuhkan suatu barang, namun justru mengatakan bahwa itu kesalahan teman khayalannya.
Bisa juga saat anak memilih untuk bermain dengan teman khayalannya dibandingkan dengan lingkungannya. Parahnya, bisa saja anak memilih untuk terus menyendiri, karena lebih nyaman bersama teman khalayannya. Jika anak mulai memberi tanda-tanda seperti ini, ada baiknya untuk menanganinya dengan tepat.
Lalu bagaimana cara menanganinya?
Sebenarnya tidak perlu muluk-muluk dan menyalahkannya. Apabila Mama Papa menjauhkannya secara paksa, yang ada justru mematahkan imajinasinya. Hal ini justru akan membuat anak menjadi sulit membedakan mana yang nyata dan tidak.
Sehingga, akan lebih baik jika Mama Papa memberikan space agar anak mengembangkan imajinasi sosok temannya tersebut. Hanya saja, usahakan Mama ikut ‘berkenalan’ di sini agar anak tidak jatuh terlalu dalam dengan temannya.
Cara lainnya dengan mengenalkan anak untuk lebih sadar tentang dunia nyata. Tidak harus dengan paksaan, Mama Papa bisa dengan memberikan hal-hal baru lainnya yang menyenangkan. Misalnya mempertemukan dengan teman baru secara pelan-pelan, hingga menciptakan kegiatan yang menyenangkan.
Bisa saja anak merasa tidak nyaman di luar karena tidak percaya diri atau memang kurang mendapatkan perhatian. Oleh sebab itu, ada baiknya untuk menambah pengalaman-pengalaman baru bagi anak di dunia nyata. Seiring berjalannya waktu, anak akan mulai terbuka dan lupa dengan teman khalayannya.
Baca Juga: 5 Cara Mendidik Anak Agar Kuat Mental