Perempuan diklaim lebih pandai dalam hal multitasking, namun benarkah hal ini? Apakah manusia memiliki kemampuan untuk multitasking? Simak dalam artikel berikut ini.
Di zaman yang semakin maju kita selalu dituntut untuk cepat, hal ini membuat waktu menjadi barang yang sangat mahal, kemampuan untuk menyelesaikan segala pekerjaan dengan tepat waktu menjadi sebuah keharusan. Banyaknya hal serta pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, seperti membuka email dan di saat bersamaan menerima tugas dari bos via telpon. Maka tidak heran jika multitasking kemudian menjadi suatu persyaratan “informal” khusus yang sering kali diminta oleh perusahaan pada calon karyawannya.
Tuntutan ini jelas menimbulkan reaksi bagi para pelamar. Semakin tahun semakin banyak ditemui para pencari kerja, atau bahkan seorang pegawai senior, yang kerap menyebut kemampuan multitasking sebagai sebuah skill kebanggan.
Namun apakah hal itu benar? Apakah manusia bisa multitasking? Jawabannya adalah; Ya! Namun dengan catatan hanya sekitar 2 persen populasi manusia di dunia yang mampu melakukannya dengan baik. Kamu kah salah satunya?
Multitasking tidak bisa dilakukan semua orang
Maka apabila Anda menemukan orang yang berbangga diri dalam kemampuan multitasking, sangat besar kemungkinan bahwa ia sedang membual. Hal ini dibuktikan dengan penelitian dari David Strayer dan Jason Watson pada tahun 2010. Berdasarkan hasil penelitian mereka, terungkap fakta bahwa hanya 2,5% dari populasi mampu melakukan beberapa hal dalam kurun waktu yang sama dengan baik. Golongan orang-orang luar biasa tersebut dikenal dengan istilah “supertasker”.
Sebagai catatan, otak manusia pada dasarnya tidak tercipta untuk multitasking. Kenyataan selama ini adalah manusia tidak melakukan banyak hal secara bersamaan namun beralih dari suatu tugas ke tugas yang lain dengan panik.
Penelitian dari The Institute of Psychiatry University of London menyebutkan; bahwa pekerja yang perhatiannya terpecah karena email dan telepon mengalami penurunan IQ hingga 10%. Penurunan IQ tersebut menunjukan kesamaan dengan mereka yang begadang dan lebih tinggi dua kali dibandingkan mereka yang sedang menghisap mariyuana.
Penelitian di atas jelas menunjukan bahwa supertasker adalah orang-orang tertentu yang memiliki bakat khusus. Mereka yang tidak tercipta demikian dan memaksakan diri untuk melakukan multitasking, pada akhirnya hanya akan melelahkan dirinya sendiri. Sebab berpindah pada satu tugas ke tugas lain merupakan hal yang sangat melelahkan.
Kelelahan tersebut timbul karena perpindahan dalam waktu cepat menghabiskan glukosa beroksigen dalam otak. Pada waktu yang sama glukosa tersebut juga menjadi bahan bakar yang dibutuhkan untuk fokus pada sebuah tugas. Maka tidak heran kemudian orang banyak terobsesi dengan kafein, serta mungkin makanan, sebagai kompensasi atas kelelahan yang timbul akibat melakukan multitasking. Padahal idealnya agar lebih produktif seseorang harus beristirahat 15 menit setiap satu jam bekerja.
Baca Juga : Waspadai Lima faktor Pemicu Serangan Panik