Selama social distancing beberapa masyarakat masih banyak yang melakukan aktivitas seperti hari-hari biasa. Padahal makna work form home adalah benar-benar mengkarantina diri sendiri di rumah untuk memperlambat penyebaran corona. Untuk ikhlas menjalankannya, mari memaknai social distancing dari filosofi perayaan Hari Raya Nyepi di Bali.
Social distancing menjadi satu-satunya pilihan yang bisa kita lakukan di tengah wabah pandemi Covid-19. Mungkin kita akan was-was dan panik menghadapi istilah ini. Ketakutan jika harus berdiam diri di rumah ini ditandai dengan adanya panic buying di beberapa pusat perbelanjaan. Agar kita bisa menjalankan self quarantine dari rumah mari, ada baiknya memaknai social distancing seperti perayaan Hari Raya Nyepi di Bali.
Belajar dari pemaknaan Hari Raya Nyepi di Bali
Jauh sebelum hari ini datang, masyarakat Hindu di Bali sudah akrab dengan ritual nyepi. Hari Raya Nyepi adalah hari pergantian tahun saka yang dirayakan setiap satu tahun sekali. Jika kita perhatikan tujuan filosofis Hari Raya Nyepi; untuk melakukan penyucian Buana Alit (manusia) dan Buana Agung (alam dan seluruh isinya).
Secara arti bahasa, Nyepi mengandung arti sepi atau sunyi. Selama upacara ini masyarakat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian, yaitu Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian) dan Amati Lelaguan (tidak menikmati hiburan).
Suasana pun menjadi begitu hening dan udara bebas polusi. Bali menjadi pulau steril dari segala macam polusi, karena semua akses masuk Bali ditutup total selama 24 jam. Suasana hening seperti inilah yang hanya bisa didapatkan di Bali.
Bagi masyarakat Bali, Nyepi merupakan suatu tahapan proses untuk mencapai pembebasan dari pengaruh duniawi, guna mencapai penyatuan dengan Sang Pencipta. Masyarakat Hindu selama ritual Nyepi ini melakukan penghentian terhadap segala aktivitas sehari-hari untuk merenungi diri dan bermeditasi.
Nyepi melambangkan pengosongan diri yang selama setahun sudah letih dengan berbagai rutinitas, aktivitas, kepentingan, pikiran, ambisi bahkan iri dan dengki. Melalui pengosongan ini, Nyepi menjadi satu momentum penyiapan diri untuk menjadi pribadi yang lebih jernih sehingga terlahir kembali untuk lebih kratif dan produktif.
Social disctancing yang saat ini sedang digalakkan sebagai upaya pencegahan corona, seharusnya juga dengan senang hati dilakukan masyarakat dengan mengisolasi diri di rumah. Social distancing selama wabah Covid-19 ini sebagai langkah jeda kita terhadap segala kepenatan yang telah terjadi selama ini. Dunia sudah terlalu banyak menanggung beban, apa salahnya kita tidak menambah beban tersebut dengan melakukan karantina secara pribadi di rumah masing-masing.
Artikel Lainnya: Bukan ke Pantai, Ini Tempat Liburan Keluarga Asyik di Bali