Kamu sudah melunasi hutangmu di bulan ini, belum? Jangan sampai terlambat, ya. Lalu cek juga, hutangmu selama ini masuk kategori hutang konsumtif atau hutang produktif, nih? Memang apa bedanya? Yuk, cek penjelasan berikut ini.
Kata hutang memang sudah akrab didengar, bukan? Mungkin juga dapat dikatakan hutang merupakan salah satu beban keuangan yang kerap menghantui kita. Ada dua jenis hutang dalam keuangan atau urusan finansial kita, yaitu hutang konsumtif dan hutang produktif.
Sebenarnya, memang tidak salah untuk berhutang. Namun, hutang yang kamu lakukan selama ini termasuk hutang konsumtif atau hutang produktif, sih? Berikut adalah penjelasannya
Hutang Konsumtif
Sesuai dengan namanya, kamu termasuk hutang konsumtif jika seluruh pinjamanmu digunakan hanya untuk kebutuhan konsumsi yang tidak memberikan dampak positif. Biasanya orang-orang melakukan hutang konsumtif untuk membeli atau memenuhi keinginannya. Bahkan, keinginan-keinginan tersebut bukanlah hal yang mendesak, alias tidak terlalu penting. Dengan kata lain membeli sesuatu karena keinginan atau mengejar gengsi.
Pada dasarnya, kamu akan termasuk dalam berhutang konsumtif apabila nilai dari suatu barang itu akan turun dalam beberapa waktu. Dalam artian, apabila barang-barang tersebut dijual, angkanya dapat turun drastis dibandingkan harga beli. Namun, ini tidak termasuk semua barang juga, ya. Ada beberapa pengecualian di sini.
Pertama, barang yang kamu beli akan termasuk hutang konsumtif apabila memang tidak bermanfaat atau hanya untuk memenuhi keinginanmu (wants). Misalnya, membeli gadget terbaru seharga Rp20 juta secara kredit. Memang tidak ada salahnya membeli, namun kembali lagi pada sisi pemanfaatannya. Apakah memang kamu gunakan? Atau mungkin hanya untuk mengejar gengsi?
Kalau kamu membeli gadget tersebut karena fasilitas dan tuntutan kebutuhan harianmu, maka tidak ada salahnya. Hal ini mengingat kamu akan menggunakannya secara rutin dan memang kamu butuhkan. Bahkan, mungkin saja kamu menghasilkan uang dan tuntutan pekerjaan melalui gadget yang kamu miliki. Sebaliknya, jika hanya termakan gengsi, tentunya ini adalah hutang konsumtif.
Bayangkan saja, kamu membeli gadget dengan harga Rp20 juta. Kemudian, sekitar setahun mendatang harga gadget-mu kemungkinan turun drastis saat menjualnya. Baik karena memang sudah ada yang lebih bagus atau mungkin karena kelalaianmu.
Baca Juga: Sudahkah Mama Papa Merdeka Finansial?
Hutang Produktif
Berkebalikan dengan hutang konsumtif, hutang produktif dapat dikatakan sebagai hutang yang digunakan untuk mendapatkan manfaat keuangan ke depannya. Dalam kata lain, hutang produktif juga dapat termasuk untuk memenuhi kebutuhan (needs). Biasanya hutang produktif cenderung lebih terencana dan dapat dikembalikan sesuai yang ditetapkan.
Misalnya, berhutang untuk mengembangkan bisnis atau hal yang dapat mengembalikan jumlah uang yang dikeluarkan. Dengan kata lain, hutang produktif ini dapat menambah penghasilanmu juga. Contohnya, membeli sebuah kos-kosan 10 kamar dengan cicilan Rp10 juta perbulannya atau Rp120 juta pertahun.
Setiap kamar tersebut kamu beri harga sebesar Rp2 juta Rupiah perbulannya. Anggapannya, jika kamar penuh, kamu akan mendapatkan Rp20 juta perbulan atau Rp240 juta pertaunnya. Total pemasukan dikurangi dengan pengeluaran listrik dan air dalam sebulan sebesar Rp5 juta. Dari situ artinya kamu akan mendapatkan pemasukan bersih sekitar Rp15 juta.
Hasil yang didapatkan dari angka ini, kamu masih dapat membayar cicilan perbulan sebesar Rp10 juta dan masih sisa untuk pemasukanmu sebesar Rp5 juta. Cukup menguntungkan, bukan? Hasil ini akan menjadi lebih banyak nantinya saat kamu sudah melunasi hutang-hutangmu dalam cicilan bangunan tersebut.
Manakah yang Lebih Baik?
Lantas, mana yang lebih baik antara hutang konsumtif atau hutang produktif? Sebenarnya kembali ke kebutuhan masing-masing individu. Bahkan, ada kalanya yang awalnya hutang produktif dapat berubah menjadi hutang konsumtif, dan sebaliknya, lho.
Saat kamu melihat tujuanmu, kamu akan mengetahui apakah hutang yang akan kamu ajukan baik atau tidak. Ambil saja contoh membeli kebutuhan bulanan dengan kartu kredit. Di sini posisinya memang digunakan untuk konsumsi. Ini akan menjadi hal yang produktif apabila kamu membeli keperluan bulanan rumah tangga yang telah habis. Terlebih lagi semua kebutuhan ini adalah hal pokok dan memang kebutuhan wajib untuk satu keluarga.
Berhutang itu tidak salah. Hal terpenting yang harus kamu ingat adalah dapat memperkirakan kemampuan memenuhi pembayaran yang telah ditentukan. Oleh karena itu, sebelum berhutang konsumtif atau hutang produktif, pikirkan kembali apa tujuanmu dan kewajiban yang harus dipenuhi. Tentunya harus mulai merencanakan dengan matang tentang apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan saat memilih untuk berhutang.