Menonton film di bioskop merupakan salah satu pilihan kegiatan keluarga, apalagi di akhir pekan. Spesial peringatan Hari Film Nasional pada 30 Maret kemarin, Yuk, kita belajar sejarah panjang bioskop di Indonesia.
Sejarah panjang bioskop di Indonesia dimulai dari bioskop pertama di dalam sebuah rumah, bukan gedung seperti yang saat ini kita lihat. Bioskop pertama ini terletak di Jalan Tanah Abang 1, Kebon Jahe, Jakarta Pusat. Bioskop ini didirikan pada bulan Desember tahun 1900. Saat itu harga tiketnya sebesar 2 Gulden untuk kelas 1, dan setengah gulden untuk kelas 2. Harga ini cukup mahal lho, karena 1 Gulden di masa itu setara dengan 10 kg beras.
Bioskop tahun 1900 ini hanya menyuguhkan film bisu alias tidak berbicara. Judul filmnya pun hanya satu, yakni Sri Baginda Maharatu Belanda Bersama Pangeran Hendrick Memasuki Ibu Kota Belanda Den Haag. Film ini hanya berwarna hitam putih dan diiringi musik sepanjang film berlangsung. Musiknya juga cenderung tidak nyambung dengan alur film.
Pada tahun 1901 berdiri bioskop pertama di kawasan Gambir. Bangunannya masih sederhana dengan dinding terbuat dari gedek (bambu) dan beratap seng. Bangunan ini bukanlah bangunan permanen, karena saat itu film akan diputar berkeliling ke kota-kota lain. Bioskop ini biasa dikenal dengan Talbot, yang sebenarnya adalah nama dari pemiliknya.
Pada tahun 1903 mulai muncul banyak bioskop. Biasanya pemutaran filmnya dilakukan di lapangan terbuka, sehngga disebut misbar alias gerimis bubar. Beberapa wilayah menyebut bioskop ini dengan sebutan layar tancep.
Bioskop Mulai Ada di Gedung
Pada tahun 1951 diresmikan bioskop Metropole di Jakarta yang berkapasitas 1.700 tempat duduk, berteknologi ventilasi peniup dan penyedot bertingkat tiga dengan ruang dansa, dan kolam renang di lantai paling atas. Konsep ini juga ada di Yogyakarta pada tahun 1955, namun secara konsep dipadukan dengan toko dan restoran.
Orde baru dianggap sebagai masa kemajuan bioskop yang pesat, baik dalam jumlah produksi film nasional maupun bentuk sarana tempat pertunjukan. Hal ini terlihat dari jumlah film nasional yang mencapai 112 judul.
Pada tahun 1987 bioskop mulai berkonsep cineplex atau gedung dengan lebih dari satu layar. Cineplex ini biasanya berada di kompleks pertokoan, pusat perbelanjaan atau mal. Jumlah bioskop di Indonesia pada tahun 1987 mencapai 2.306 layar. Angka ini meningkat hingga tahun 1990 yakni sebanyak 3048 layar.
Baca Juga: Efek Buruk Membawa Balita Ke Bioskop