Beda kepala beda cara pandangnya. Ungkapan ini sangat tepat menggambarkan perbedaan pola asuh anak tiap orangtua. Bahayanya ini bisa menyebabkan konflik berkepanjangan.
Tumbuh dari latar keluarga yang berbeda seringkali menyebabkan munculnya perbedaan ide pola asuh anak antara Mama dan Papa. Meskipun hal ini wajar, namun tidak jarang perbedaan pendapat mengenai pola asuh anak menimbulkan perdebatan, bahkan kebingungan pada anak.
Jika dipaksakan dengan caranya sendiri-sendiri, bukannya menunjukan cara mengasuh anak yang terbaik, perbedaan ini justru membuat pengasuhan tidak maksimal. Untuk mencegah konflik berkepanjangan, pahami cara mengatasi perbedaan pola asuh dengan pasangan berikut, ya.
Hindari saling kritik di depan anak
Mama Papa, saat melihat sikap pasangan yang kurang sesuai dengan prinsip kita dalam mendidik anak pendam terlebih dahulu, ya. Jangan langsung dilontarkan di depan si kecil.
Sebaiknya bicarakan hal tersebut saat berdua dengan pasangan untuk menghindari perdebatan di depan si kecil. Jika tidak bisa ditahan untuk segera diutarakan sebaiknya lakukan dengan cara yang baik tanpa menyalahkan pasangan.
Tidak saling menjelekkan di depan anak
Meskipun berbeda pendapat, sebaiknya jangan sampai menjelekan pasangan di depan anak, ya. Sebab anak akan berpikir jika orangtuanya adalah orang yang jahat.
Bahkan tidak jarang hal tersebut juga memunculkan sikap anak akan memihak pada salah satu dari orangtua, agar bisa dilindungi dari kesalahannya. Hal-hal semacam ini akan berdampak buruk bagi keharmonisan keluarga dan akan terbawa hingga anak dewasa, lho.
Tentukan pola asuh bersama
Daripada memperpanjang perdebatan, sebaiknya diskusikan mengenai pola asuh yang ideal dengan pasangan, ya. Mama dan Papa harus saling mengungkapkan nilai dan harapan apa yang diinginkan oleh masing-masing untuk anak.
Selanjutnya gabungkan kedua nilai tersebut sehingga menjadi cara terbaik untuk mendidik si kecil. Memadukan dua sudut pandang pada pola asuh anak justru dapat menciptakan cara mendidik anak semakin aplikatif dan objektif, lho.
Baca Juga: Dampak Pola Asuh Permisif, Bebaskan Anak Tanpa Aturan
Buat kesepakatan akan batasan
Batasan ini meliuti apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam menentukan pola asuh anak. Misalnya, Mama dan Papa bisa membuat kesepakatan mengenai tidak boleh “menyogok” anak ketika mereka sedang tantrum, atau tidak boleh melakukan kekerasan verbal saat marah.
Dengan adanya batasan ini anak tidak akan bingung harus menuruti siapa dan mempertegas nilai yang diterapkan di dalam rumah. Jangan sampai anak bingung karena kita dan pasangan memiliki standar yang berbeda, ya.
Baca Juga: Pola Asuh Demokratis, Bebaskan Anak Tetap Ada Aturannya
Saling memahami
Cara mengatasi perbedaan pola asuh dengan pasangan yang satu ini jadi pilihan terakhir, ya. Setiap orang punya latar belakang baik pendidikan, ekonomi, dan keluarga yang berbeda sehingga pemahaman terhadap sesuatu juga berbeda.
Perbedaan cara pandang ini jangan dijadikan sebagai celah konflik, ya. Jadikan keragaman tersebut sebagai potensi menciptakan keluarga yang menyenangkan. Jadi, dibandingkan harus memenangkan konflik dalam hal pola asuh, lebih baik berusahalah memahaminya dan cara pandangnya, ya.
Baca Juga: 3 Tipe Pola Asuh Anak yang Baik Bagi Tumbuh Kembang Anak