Mama, sering melihat anak membenturkan kepala ke tembok atau lantai? Kondisi ini bisa menunjukan suasana hati anak, lho. Apa saja, sih, alasan yang mendasari anak membenturkan kepala sendiri?
Kebiasaan anak membenturkan kepala sendiri ke dinding atau benda keras tidak selalu menandakan tantrum, lho. Ada berbagai penyebab yang membuat anak sering membenturkan kepalanya ke benda keras.
Menurut Parenting.com, ada 20% bayi dan balita di dunia yang punya kebiasaan membenturkan kepalanya ke dindin atau lantai. Kebiasaan ini lebih banyak dilakukan anak laki-laki ketimbang perempuan.
Nah, berikut 5 alasan yang diduga menjadi penyebab utama anak suka membenturkan kepala sendiri.
Mencari perhatian
Salah satu alasan paling umum terjadi ketika anak membenturkan kepalanya adalah mencari perhatian orangtua atau orang sekitar. Kondisi ini seringkali terjadi karena anak tahu, jika Mama Papa akan menuruti keinginannya setelah mereka membenturkan kepala.
Anak cenderung menyukai bentuk respon tersebut, dan akan mengulanginya saat merasa tidak diperhatikan. Meskipun bukan hal besar, namun ini bisa menjadi pertanda Mama Papa kurang perhatian lebih pada anak, lho.
Stres
Alasan yang juga bisa mendasari si kecil membenturkan kepala sendiri adalah rasa stres yang dialaminya. Perasaan ini muncul dalam beberapa kondisi, misalnya saat disapih atau belajar berjalan. Namun, pada beberapa bayi, rasa stres tidak diluapkan dengan membenturkan kepala, namun memukul-mukul benda keras.
Baca Juga: Sering Diabaikan, Ini 4 Tanda Bayi Mengalami Stres
Kurang stimulasi
Stimulasi sangat penting untuk tumbuh kembang anak. Karena anak yang kurang mendapatkan stimulasi bisa memicu kebiasaan membenturkan kepala sendiri. Proses membenturkan kepala ini dianggap sebagai cara cepat untuk mendapatkan stimulasi.
Baca Juga: 5 Cara Stimulasi Sederhana Agar Bayi Cepat Merangkak
Mengalami rhythmic motor habit
Sebagian anak membenturkan kepalanya untuk mendapatkan perasaan yang lebih rileks. Nah, karena belum mengetahui gerakan motorik yang tepat untuk melepaskan ketegangan, mereka memilih untuk membenturkan kepalanya.
Satu-satunya tips untuk menghentikan kebiasaan ini adalah mengajarkan anak cara rileks, selain membenturkan kepala. Ajari anak gerakan-gerakan ritmis, misalnya menggoyang-goyangkan kaki, bernyanyi, atau menari.
Frustasi
Anak-anak dan batita juga bisa frustasi, lho. Biasanya frustasi dipicu fase pertumbuhan mereka atau kesulitan untuk memberitahu keinginannya. Hal ini membuat mereka frustasi dan mencari pelampiasan. Nah, cara pelampiasan frustasi yang banyak dipilihnya adalah membenturkan kepala sendiri ke benda keras.
Apapun alasannya, membenturkan kepala sendiri tidak baik, ya. Hal ini bukan hanya berisiko menyebabkan luka, namun juga bisa terbawa hingga anak beranjak dewasa. Mama Papa, jika si kecil punya kebiasaan ini sebaiknya segera cari cara untuk menghentikannya.