Eating disorder yang dialami oleh Ilene “INTM” bukanlah masalah psikologis yang sepele. Masalah ini punya dampak yang berbahaya bagi tubuh dan harus diatasi.
Beberapa waktu lalu, program pencarian bakat Indonesia Next Top Models (INTM) sempat menjadi sorotan. Pasalnya, salah satu pesertanya bercerita sempat mengalami eating disorder. Sayangnya, dia justru mendapatkan respon candaan dari dewan juri.
Hal ini membuat sebagian orang menyayangkan, karena eating disorder bukanlah masalah yang bisa disepelekan. Hal tersebut termasuk dalam gangguan psikologis yang punya dampak berbahaya bagi tubuh.
Dampak eating disorder dapat membuat penderitanya terkena malnutrisi, penyakit jantung, diabetes tipe 2, depresi, hingga kematian. Untuk itu, Mama Papa diharapkan dapat lebih aware terhadap masalah psikologis ini.
Penyebab psikologis eating disorder
Ada beberapa penyebab seseorang terkena eating disorder. Selain genetik, faktor utama penyebab gangguan makan biasanya adalah masalah psikologis. Hal ini biasanya berujung pada gangguan kecemasan.
Sebagian besar penderita gangguan makan mengaku mengalami tekanan perihal penampilan fisiknya. Mereka mendapatkan tuntutan dari lingkungan untuk menjadi lebih kurus; atau menjadi lebih gemuk.
Bentuk bullying dengan objek fisik berkontribusi besar dalam masalah eating disorder. Tuntutan-tuntutan tersebut akan memengaruhi perilaku seseorang menjadi impulsif dan perfeksionis.
Ada tuntutan untuk menjadi ideal tertentu yang harus diraih untuk mendapatkan kepuasan secara emosional. Sehingga tidak mengherankan jika penderita gangguan makan rela mengeluarkan makanannya secara paksa.
Harapan tinggi untuk tampil menarik memaksa penderita eating disorder untuk terus terpacu pada “angka ideal” timbangan. Krisis kepercayaan diri seperti inilah yang mengakibatkan seseorang mengalami gangguan makan.
Nah, secara umum, ada tiga jeni gangguan makan yang sering dialami seseorang, yakni;
Anoreksia Nervosa
Merupakan tipe gangguan yang seringkali ditemui. Umumnya anoreksia nervosa terjadi pada usia remaja atau dewasa awal.
Seseorang yang mengalami anoreksia nervosa selalu merasa dirinya kelebihan berat badan. Padahal mereka sudah sangat kurus. Penderita anoreksia terus-terusan memantau berat badan mereka, mencoba berbagai diet, dan menghindari banyak makanan.
Diet dan olahraga berlebihan menjadi ciri khas penderita gangguan anoreksia nervosa. Enggak jarang mereka menolak untuk mengonsumsi makanan tertentu; bahkan malah memilih kelaparan.
Baca Juga: 7 Bahaya Diet Ekstrem, Bisa Picu Serangan Jantung
Bulimia nervosa
Serupa dengan anoreksia, jenis gangguan makan ini banyak diderita remaja yang telah memasukin masa pubertas. Seseorang yang mengalami bumilia tidak membatasi makanannya seperti penderita anoreksia. Mereka cenderung mengonsumsi makanan dalam jumlah besar.
Jika dilihat sepintas tidak ada masalah psikologis yang menghantuinya. Namun, penderita bulimia selalu melakukan langkah ‘pembersihan diri’ pasca makan.
Mereka dengan sengaja memuntahkan makanan secara paksa, mengonsumsi obat pencahar, hingga diuretik. Mereka menganggap jika citra diri sangat penting, sehingga tetap berusaha mengonsumsi makanannya.
Binge eating disorder
Orang yang menderita binge eating disorder akan makan dengan teratur, namun tidak terkendali. Mereka cenderung mengonsumsi makanan jumlah besar dalam waktu yang singkat. Namun berbeda dengan bulimia, penderita binge disorder tidak membersihkan tubuhnya setelah makan.
Gejala seseorang menderita gangguan makan ini tidak bisa mengendalikan diri saat pesta makan. Mereka ingin makan dalam jumlah besar, meski tidak sedang lapar. Penderitanya juga akan merasa tertekan, malu, jijik, dan bersalah ketika memikirkan tetang pola makannya.
Mama Papa, memulihkan gangguan makan memerlukan waktu yang cukup lama. Masalah psikologis ini tidak bisa diatasi sendiri. Penderita gangguan makan membutuhkan bantuan medis dan psikilog untuk mengatasinya.
Dukungan dari orang-orang terdekat juga dapat menjadi booster untuk mempercepat penyembuhan penderita.