Saat baru menerima gaji jangan langsung dibelanjakan terlebih dahulu, ya. Hitunglah penghasilan bersih yang kita miliki setelah dipotong pajak. Apa itu disposable income?
Dikutip dari laman The Balance, disposable income adalah uang yang tersisa dari gaji, atau pendapatan setelah dipotong pajak langsung. Di Indonesia, disposable income juga sering disebut pendapatan sekali pakai.
Biasanya saat harus membayar pajak tahunan kita akan merasa jumlahnya sangatlah besar. Bahkan mau enggak mau, kita harus mengambil tabungan untuk membayar pajak tersebut.
Misalnya, pajak penghasilan yang membuat kita harus membayar dalam nominal yang cukup banyak. Agar tidak terasa berat saat harus membayar pajak di akhir, sebaiknya hitunglah pajak ini setiap bulan, dan sisihkan dari penghasilan bulanan kita.
Menghitung disposable income ini sangat penting sebagai salah satu penentu budgeting kita. Karena dengan mengetahui disposable income, kita akan lebih mudah untuk merencanakan pengeluaran bulanan maupun tahunan.
Dengan kata lain, menghitung pendapatan disposable membuat kita mengetahui jumlah nominal ‘bersih’ dari pendapatan tiap bulan. Nantinya sisa pendapatan setelah dipotong tanggungan pajak ini baru bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian kita.
Selain itu, jenis pendapatan yang dipotong disposable income bukan hanya gaji bulanan saja, ya. Kita juga harus menghitung hasil investasi, deviden saham, dan kupon obligasi.
Pendapatan disposable juga menjadi alat ukur kesehatan keuangan kita. Pasalnya, besarnya pajak menentukan apakah seseorang atau sebuah rumah tangga lebih banyak menabung atau berutang.
Cara menghitung pendapatan disposable
Beberapa pajak yang harus dipotong dari pendapatan bulanan adalah jenis-jenis pajak langsung. Pajak ini meliputi pajak penghasilan (PPh), pajak bumi dan bangunan (PBB), dan pajak kendaraan bermotor.
Saat menghitung disposable income kita perlu menentukan terlebih dahulu jumlah pajak yang harus dibayarkan, ya. Lakukan perincian secara mendetail pajak langsung yang perlu kita tanggung. Selanjutnya jumlahkan seluruh kebutuhan pajak tersebut.
Lalu kalikan pendapatan bulan dengan angka 12, untuk melihat penghasilan tahunan. Terakhir, kurangi total pendapatan dengan jumlah pajak yang telah dihitung. Sisa uang inilah yang sebenarnya adalah pendapatan bersih kita tiap tahun.
Nah, hasil dari disposable income dapat langsung dibagi dalam bentuk pos keuangan atau skala prioritas keuangan kita, deh.
Baca Juga: Bikin Pos Keuangan, Cara Efektif Mengelola Penghasilan
Kegunaan disposable income
Setelah urusan pajak selesai, Mama Papa bisa langsung mengatur keuangan sesuai alokasi yang telah ditentukan. Agar lebih hemat, sebaiknya gunakan metode keuangan 50, 30, 20 dalam mengelola pendapatan bulanan.
Beberapa kebutuhan mendasar yang perlu diprioritaskan antara lain; membayar sewa, konsumsi harian, dana darurat, dana pensiun, membayar utang, dan investasi.
Jika beberapa kebutuhan mendasar di atas telah terpenuhi, kita baru bisa menggunakan sisanya untuk memenuhi hobimu atau kebutuhan tersier lainnya.
Mengatur penghasilan ini membuat kita lebih leluasa, dan paham jumlah uang yang boleh digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Jangan dulu mengalokasikan uang untuk kebutuhan tersier sebelum menghitung kebutuhan dasar, ya.
Baca Juga: Tips Liburan Meskipun Belum Punya Uang