Di sekitar kita pasti ada saja toxic people. Baik itu dalam pertemanan, maupun di lingkungan kantor. Kadang hal ini justru bisa mengganggu hubungan kita dengan orang tersebut, bahkan orang lain di sekitar kita.
Meski berusaha menghindari, tidak jarang kita tetap bertemu toxic people dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya tetangga, rekan kerja, atau bahkan saudara terdekat kita. Biasanya, kalau kita harus berlama-lama dengan toxic people rasanya emosi sulit tertahankan.
Berbagai macam cara pun kita lakukan untuk menghindari si toxic people tersebut. Tapi orang tersebut masih terus membayangi kita sehari-hari. Lantas, bagaimana cara terbaik untuk menghindari toxic people di lingkungan kerja? Berikut ini adalah tipsnya:
Berani katakan tidak
Ketika kita bertemu seseorang dengan ciri-ciri toxic people, sebaiknya segera ambil keputusan tegas. Merasa “enggak enakan” saat menolak permintaan teman adalah hal yang wajar. Namun jika hal ini kita lakukan pada teman yang toxic, maka efeknya akan jadi bumerang.
Alih-alih membantu, teman yang toxic justru semakin memanfaatkan kita saat mengetahui kita adalah pribadi yang enggak enakan. Untuk itu, tetaplah pada pendirian kita, dan berani mengatakan tidak pada mereka, ya.
Berani berkata tidak memang bukan hal yang mudah, namun perlu untuk dibiasakan saat bertemu teman yang toxic di lingkungan kerja.
Batasi komunikasi
Toxic people umumnya merasa bahwa mereka adalah satu-satunya orang di dunia yang memiliki masalah. Untuk itu, mereka enggak segan mengajak orang lain untuk ikut menanggung masalahnya. Bahkan mereka tidak segan menuding orang lain tanpa rasa bersalah.
Secara tidak langsung, kondisi ini bakalan bikin kita lelah secara emosional. Nah, untuk mendapatkan hidup yang lebih tenang dan positif, sebaiknya batasi komunikasi dengan toxic people di lingkungan kerja, ya. Cukup obrolkan hal-hal yang pentng-penting saja.
Baca Juga: Hati-Hati! Ini 7 Ciri Toxic Relationship dalam Pernikahan
Jangan ikuti permainan mereka
Teman yang toxic umumnya lebih sering playing victim, atau memutar balikkan fakta, dan bersikap seolah-olah menjadi korban. Biasanya, hal ini dilakukannya untuk menghindari kritikan dari orang lain. Nah, kalau kita terjebak dalam kondisi tersebut, sebaiknya jangan buru-buru mengiyakan, ya.
Alih-alih menghindari konflik, sikap ‘pasrah’ tersebut justru membuat mereka lebih sering melakukan trik itu lagi. Parahnya, mereka akan menganggap kita sebagai target empuk saat berada dalam posisi terjepit.
Jika kita dituduh namun tidak melakukannya, sebaiknya ungkapkan ketidaksetujuan atau penyangkalan. Meski kemungkinan besar toxic people tidak akan menerima pendapat kita, namun cara ini akan menghindarkan kita dari situasi yang sama di kemudian hari.
Baca Juga: Silent Treatment: Diam yang Berujung Toxic Relationship
Buat batasan
Selain membatasi komunikasi, sebaiknya kita juga memuat batasan mengenai hal-hal yang bisa diterima dan tidak. Misalnya, Mama Papa tidak masalah jika mendengar rekan kerja mengeluh saat pekerjaan, namun tidak terima saat ada bullying. Batasan-batasan semacam ini harus diterapkan supaya kita tidak ikut terpapar pengaruh negatif dari orang tersebut.
Cari rekan lain
Sebenarnya tidak masalah jika kita merasa berat harus meninggalkan teman atau rekan kerja yang toxic. Hanya saja sebaiknya usahakan untuk tetap berkomunikasi dengan teman lain yang tidak toxic. Agar kita bisa berbagi cerita atau pandangan yang lebih objektif.
Terakhir, saat kita menjalin hubungan lebih dekat dengan toxic people ada baiknya berikan ia saran untuk berkonsultasi pada ahli. Sebab dalam beberapa kasus toxic people kemungkinan besar membutuhkan bantuan psikolog untuk meninggalkan sifatnya.
Baca Juga: 6 Tanda Toxic Parents yang Tanpa Disadari Sering Terjadi