Stunting adalah masalah kesehatan serius yang berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak di masa depan. Jangan asal terima informasi, cek fakta stunting pada anak pada artikel di bawah ini, yuk!
Setiap orangtua pastinya ingin tumbuh kembang anak optimal dan terhindari dari bahaya stunting. Wajar saja, pasalnya stunting adalah salah satu masalah kesehatan kesehatan serius pada anak yang berdampak buruk bagi tumbuh kembangnya.
Ada beberapa penyebab stunting pada anak, salah satunya karena kurangnya nutrisi pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Selain itu stunting juga bisa disebabkan karena sanitasi yang buruk, mengalami infeksi berulang, hingga terbatasnya layanan kesehatan.
Anak stunting biasanya ditandai dengan tinggi badan yang di bawah angka normal. Bahkan, stunting juga akan ditandai dengan terganggunya perkembangan otak si kecil.
Selain itu, masih ada fakta tentang stunting pada anak yang perlu Mama Papa ketahui. Agar tidak salah kaprah, simak penjelasan di bawah ini, yuk!
Angka stunting masih tinggi
Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angka stunting pada anak mencapai 37,8% (2013), dan menurun menjadi 30,8% pada 2018. Sementara itu, pada 2019 angka stunting di Indonesia terus mengalami penurunan, menjadi 27,67%.
Sayangnya, meskipun mengalami penurunan, angka stunting pada anak di Indonesia masih cukup tinggi. Mengingat, angka maksimal stunting yang ditetapkan oleh WHO adalah kurang dari 20%.
Stunting bukan karena keturunan
Tidak sedikit yang beranggapan stunting pada anak disebabkan faktor keturunan. Faktanya, stunting bukan masalah genetik, ya, Mama Papa!
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, stunting disebabkan karena adanya masalah kesehatan dan faktor lingkungan sejak masa 1.000 HPK. Jadi, jangan salah kaprah, ya!
Mencegah stunting sejak 1.000 HPK
Apakah stunting bisa dicegah? Bisa banget! Stunting pada anak bisa cegah sejak masa 1.000 HPK, atau saat berada di dalam kandungan hingga memasuki usia dua tahun. Bagaimana caranya?
Tentu saja dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang sejak masa kehamilan, agar tumbuh kembang bayi di dalam kandungan optimal. Bukan hal remeh, karena menurut WHO, sekitar 20% masalah stunting terjadi sejak si kecil di kandungan.
Selain mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang, cara mencegah stunting pada anak juga dimulai dari memenuhi kebutuhan nutrisi harian si kecil. Berikan ASI eksklusif pada usia 6 bulan pertama, dan MPASI bernutrisi seimbang yang tetap dibarengi ASI hingga memasuki usia 2 tahun.
Tidak kalah penting, Mama Papa juga tetap harus selalu menjaga sanitasi lingkungan. Contoh yang paling simpel adalah membiasakan cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan, atau setelah buang air.
Stunting bukan karena kurang makan
Fakta berikutnya adalah stunting bukan karena kurang makan. Masalahnya, anak gemuk juga bisa berisiko stunting, lo!
Mama Papa harus ingat, stunting disebabkan karena masalah nutrisi yang tidak terpenuhi di masa 1.000 HPK. Maka dari itu, pastikan selalu mengonsumsi makanan bergizi seimbang, yaitu mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral untuk mencegah stunting.
Baca Juga: 6 Makanan untuk Membuat Otak Anak Lebih Cerdas
Stunting berdampak buruk bagi masa depan anak
Faktanya, stunting tidak hanya menyebabkan tubuh anak jadi pendek saja. Namun juga berdampak buruk bagi masa depan anak kelak.
Sangat memprihatinkan, karena stunting bisa menyebabkan sistem imun si kecil menjadi rendah. Sehingga, anak stunting menjadi lebih mudah sakit. Bahkan, anak berisiko lebih tinggi menderita penyakit diabetes, kanker, jantung, hingga stroke!
Parahnya lagi, stunting pada anak juga berisiko menyebabkan terjadinya penurunan fungsi kognitif si kecil. Akibatnya, kecerdasan anak di bawah rata-rata, dan prestasi belajarnya kurang maksimal.
Melihat beberapa fakta stunting di atas, tentu semakin membuka mata kita bahwa memenuhi kebutuhan nutrisi di masa 1.000 HPK itu penting banget, kan? Yuk, mulai sekarang terapkan hidup sehat agar tumbuh kembang anak optimal!
Baca Juga: 4 Rekomendasi Aplikasi untuk Memantau Tumbuh Kembang Anak