Quiet quitting adalah istilah untuk menggambarkan generasi Z yang bekerja melebihi jam kerja. Supaya makin paham, cari tahu tentang quiet quitting, yuk! Apakah ini salah satu metode kerja yang menguntungkan? Yuk, kita simak!
Girls, sudah tahu belum istilah quiet quitting? Yup, istilah ini sedang menjadi perbincangan hangat di media sosial, karena dekat dengan kehidupan anak muda di dunia pekerjaan.
Bagi yang belum tahu, quiet quitting adalah budaya untuk bekerja seperlunya sesuai dengan yang diminta atasan atau perusahaan, tidak lebih dari itu. Jadi, kita bisa masuk dan pulang kantor tepat waktu, tanpa mengerjakan pekerjaan di luar jam kerja.
Fenomena ini bertujuan untuk memberikan work life balance yang ideal untuk para pekerja. Yakni, bekerja dengan seperlunya demi kesejahteraan dan kebahagiaan diri.
Supaya makin tahu, yuk, cari tahu istilah dan keuntungannya!
Awal Mula Kemunculan Quiet Quitting
Girls, awal kemunculan quiet quitting berhubungan dengan pandemi COVID-19. Istilah ini dikenalkan oleh salah satu akun di TikTok, @zaidleppin yang ditonton lebih dari 3 juta penonton. Akun tersebut membahas tentang gaya hidup baru yang sering dialami para Gen Z atau pekerja muda.
Akun @zaidleppin menginginkan agar pekerja muda memiliki banyak waktu untuk dirinya sendiri. Karena, sejak pandemi banyak orang bekerja di luar batas. Pola kerja ini berhubungan dengan sistem Work From Home (WFH) yang jam kerjanya tidak teratur.
Hal ini karena bekerja dari rumah atasan memberikan pekerjaan di luar jam kerja, sehingga kita tidak punya waktu untuk keluarga dan diri sendiri.
Lantas, apa saja keuntungan dari Quiet Quitting? Berikut beberapa di antaranya:
Menjaga kesehatan mental
Girls, manfaat utama bekerja seperlunya bisa menjaga kesehatan mental para pekerja. Percaya atau tidak, saat kita bekerja sesuai jam dan proporsi pekerjaan, pikiran kita bisa lebih tenang. Beda halnya kalau kita bekerja melebihi batas normal, kita bisa kelelahan secara fisik maupun mental.
Baca juga: Cara Mudah Atasi Mata Lelah Setelah Seharian Bekerja
Terbebas dari toxic productivity
Dilansir dari laman Kompas.com, budaya quiet quitting dapat membantu kita menjauhi toxic productivity, yakni ambisi bekerja tanpa memerhatikan jam istirahat. Nah, kalau kita memiliki prinsip quiet quitting, kita bisa meluangkan sisa waktu untuk bertemu dengan orang tersayang, keluarga, bahkan teman.
Memberi kesempatan sosialisasi
Saat kita menerapkan bekerja seperlunya, kita bisa mempunyai banyak waktu untuk bersosialisasi, lo! Karena saat kita pulang tepat waktu, kita bisa menyempatkan diri bertemu tetangga, atau menghadiri acara-acara di lingkungan rumah. Jadi, kita tidak hanya disibukkan dengan urusan kantor saja, ya!
Baca juga: 7 Cara Meredam Emosi Pasangan yang Mudah Marah
Bekerja lebih produktif
Dengan menerapkan budaya kerja seperlunya, kita bisa bekerja lebih produktif, lo! Sebab, saat kita bekerja mengikuti aturan perusahaan, kita tahu apa yang harus segera kita selesaikan agar pulang tepat waktu. Jadi, kita bisa mengurangi kegiatan yang kurang perlu saat bekerja.