Impostor Syndrome dalam Dunia Kerja, Kenali TandanyaImpostor Syndrome dalam Dunia Kerja, Kenali TandanyaImpostor Syndrome dalam Dunia Kerja, Kenali TandanyaImpostor Syndrome dalam Dunia Kerja, Kenali Tandanya
  • HOME
  • KESEHATAN
  • HUNIAN
  • ENTERTAINMENT
  • KEUANGAN
  • PSIKOLOGI
✕

Impostor Syndrome dalam Dunia Kerja, Kenali Tandanya

September 27, 2022
Impostor syndrome

Impostor Syndrome | Foto: Envato

Setiap orang pasti ingin memiliki karier yang mapan dan diakui banyak orang.  Namun terkadang, keinginan yang berlebihan dapat memicu kita mengalami impostor syndrome. Sindrom ini bisa membahayakan kesehatan mental kita, lo! Seperti apa tanda-tanda yang harus kita hindari?

Mama Papa pasti sering bekerja keras untuk menghasilkan pekerjaan yang memuaskan, bukan? Menjadi seorang pekerja keras itu sah-sah saja, selagi tidak mengganggu kesehatan mental kita. Masalahnya, bekerja terlalu keras bisa menyebabkan kita terkena impostor syndrome, lo! 

Bagi yang belum tahu, impostor syndrome adalah rasa tidak percaya diri dengan kemampuan diri sendiri. Istilah ini pertama kali digunakan oleh psikolog Suzanna Imes dan Pauline Rose Clance sekitar tahun 70-an. 

Meski sindrom ini sudah ada sejak lama, belum banyak orang yang tahu. Padahal, gangguan ini bisa mengganggu kesehatan mental kita di dunia kerja, lo! Misal, kita kerap menganggap diri sendiri kurang kompeten di pekerjaan. Sehingga hal ini dapat membebani pikiran dan mental kita.

Nah, berikut ini adalah tanda-tanda impostor syndrome yang harus Mama Papa waspadai: 

Merendahkan kemampuan sendiri

Tanda seorang mengalami sindrom impostor di dunia kerja adalah sering merasa tidak percaya diri dengan kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang dimiliki.

Kalau Mama Papa merasa memiliki gejala ini jangan langsung minder, ya! Kita bisa meningkatkan skill dengan mengikuti kursus, sertifikasi, dan pelatihan sebanyak mungkin. Dengan cara ini, kepercayaan diri kita dapat meningkat.

Baca Juga: Hindari Multitasking, Begini Cara Kerja Cepat dan Maksimal 

Workaholic

Tanda seorang impostor syndrome selanjutnya adalah bekerja terlalu keras atau workaholic. Bekerja adalah hal yang wajar kita lakukan untuk mencukupi kebutuhan maupun meningkatkan jenjang karir.

Akan tetapi, seorang impostor akan bekerja keras bukan untuk mencapai target, melainkan untuk menutupi perasaan tidak mampu. Dampaknya, waktu kerja tidak efektif dan lebih mudah lelah. 

Terlihat perfeksionis

Seorang yang mengalami impostor syndrome, biasanya selalu terlihat perfeksionis. Misalnya, mengerjakan pekerjaan dengan sangat teliti, padahal dia tak pernah merasa puas dengan pekerjaanya sendiri. Karena itu, seorang impostor sering merasa tertekan dan cemas dengan pikirannya sendiri.

Kurang percaya diri 

Salah satu tanda impostor syndrome adalah kurang percaya diri untuk berkontribusi di tempat kerja. Ini karena, seorang impostor takut dianggap aneh, konyol, atau melakukan kesalahan. Padahal, orang lain belum tentu memikirkan seperti itu, lo!

Selain itu, seorang impostor sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Seolah, orang lain memiliki kinerja lebih bagus dan kualifikasi yang lebih baik. Sedangkan ia merasa kualifikasinya jauh dari orang tersebut.

People pleaser

Mama Papa suka menyenangkan orang lain? Hati-hati, ya! Salah satu tanda impostor syndrome lainnya adalah selalu berusaha membuat orang lain merasa bahagia dan nyaman dengan keberadaanya.

Seorang impostor melakukan hal ini untuk mengharapkan validasi dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Padahal, cara tersebut kurang sehat secara mental, lo!

Percaya atau tidak, saat kita memaksakan diri untuk menyenangkan orang lain, kita telah meninggalkan diri sendiri.

JIka Mama Papa berada pada kondisi ini segera fokus dengan apa yang kita miliki. Misal, fokus dengan kemampuan, dan tidak memedulikan perasaan orang lain  secara berlebihan.

Baca Juga: Anti-Kiku, Ini 6 Tips Lancar Berbicara di Depan Umum 

Itulah beberapa tanda seorang mengalami impostor syndrome di dunia kerja yang harus Mama Papa hindari. Kondisi ini dapat mengganggu mental dan fisik kita, lo!

Semoga artikel ini membantu, ya!

Share
0
Febi
Febi

Related posts

Anak suka menolong

Cara Mengajarkan Anak Suka Menolong | Foto: Freepik

January 19, 2024

Cara Mengajarkan Anak Suka Menolong Sesama Sejak Dini


Read more
Dampak perselingkuhan

Dampak Perselingkuhan Bagi Anak | Foto: Freepik

January 17, 2024

7 Dampak Perselingkuhan Orangtua bagi Anak, Risiko Depresi


Read more
Kecocokan dengan pasangan

Tes Uji Kecocokan dengan Pasangan | Foto: Freepik

January 12, 2024

Tes Uji Kecocokan dengan Pasangan, Langsung Dicoba Yuk!


Read more

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terbaru

  • Tanaman yang Hidup di Air0
    6 Tanaman Hias yang Hidup di Air dan Cocok untuk Kolam Ikan
    October 21, 2024
  • Investasi Reksadana Saham0
    Keuntungan Investasi Reksadana Saham untuk Jangka Panjang
    January 24, 2024
  • BAB bayi berwarna hijau0
    BAB Bayi Berwarna Hijau, Ternyata Ini Penyebabnya
    January 24, 2024
  • Shio beruntung 20240
    6 Shio Paling Beruntung di Tahun Naga Kayu 2024
    January 24, 2024
  • Cara mencuci emas0
    Cara Mencuci Emas Perhiasan biar Kinclong Kembali
    January 24, 2024
  • Kesehatan mental anak0
    Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak, Ortu Wajib Tahu!
    January 23, 2024
  • Angka keberuntungan 20240
    Daftar Angka Keberuntungan Shio di Tahun Naga Kayu 2024
    January 23, 2024
  • Axolotl hewan peliharaan unik0
    Hewan Peliharaan Unik dan Lucu, Mudah Dirawat!
    January 23, 2024
  • Berat Badan Turun Drastis0
    Berat Badan Turun Drastis padahal Tidak Diet? Ini Penyebabnya
    January 22, 2024
  • Anak suka menolong0
    Cara Mengajarkan Anak Suka Menolong Sesama Sejak Dini
    January 19, 2024

Sekilas

Berkeluarga merupakan media informasi keluarga Indonesia. Kami meyuguhkan semua sisi kehidupan dalam keluarga.

Hubungi Kami

Gedung Kompas Gramedia
Palmerah Barat Lt.6
Jakarta

Follow Us

© 2020 Grid Story Factory | Kompas Gramedia
    Grid