Sebagai “promise keeper”, anak selalu ingat apa yang telah dijanjikan oleh kedua orangtuanya. Itu mengapa, Mama Papa disarankan untuk tidak hanya sekadar mengumbar janji palsu ke anak. Jika diteruskan, kebiasaan mengingkari janji bisa berdampak buruk bagi perkembangan psikologis si kecil.
“Ayo belajar yang rajin. Nanti kalau matematika dapat nilai 100, Mama Papa belikan mainan baru yang kakak inginkan!”. Itu mungkin menjadi salah satu janji ke anak yang cukup sering Mama Papa ungkapkan agar si kecil mau belajar, kan?
Ada kalanya orangtua membuat janji ke anak sebagai bentuk dorongan dan memotivasi si kecil, agar terus berusaha yang terbaik.
Masalahnya, tidak sedikit orangtua ternyata hanya sekadar mengumbar janji palsu. Mulai dari janji membelikan mainan baru jika dapat nilai bagus, menjanjikan liburan ke luar negeri, hingga mengiming-imingi sesuatu agar anak patuh dan tidak rewel.
Penting dipahami, anak adalah “promise keeper”. Artinya, mereka akan selalu ingat apa yang telah dijanjikan oleh Mama Papa. Jika tidak ditepati, kebiasaan mengingkari janji ke anak berdampak buruk bagi perkembangan psikologis si kecil.
Berikut 6 dampak buruk akibat sering mengumbar janji palsu ke anak yang perlu Mama Papa pahami:
Kecewa dan sakit hati
Jangan menganggap si kecil mudah dibohongi dan tidak tahu apa-apa. Kebiasaan sering mengingkari janji ke anak berisiko menyebabkan mereka merasa sangat kecewa dan sakit hati.
Tidak jarang anak akan terus merengek dan menagih janji yang pernah Mama Papa janjikan. Parahnya, jika dibiarkan, anak akan terlihat gusar, cenderung sensitif, dan menjadi lebih rewel dari biasanya.
Merasa diabaikan
Kebiasaan mengumbar janji palsu turut menyebabkan si kecil merasa diabaikan dan tidak dihargai. Bahkan, anak akan merasa jika kedua orangtuanya tidak sayang dan tidak memedulikan keinginannya. Alih-alih membuat anak termotivasi, mengingkari janji ke anak justru menurunkan semangat si kecil.
Baca Juga: Begini Akibatnya Anak Kurang Perhatian Orangtua
Hilang kepercayaan
Rasa saling percaya adalah pondasi penting dalam membangun hubungan antara orangtua dan anak. Itu mengapa, sebagai orangtua, kita perlu belajar membangun hubungan saling percaya dengan anak. Supaya menciptakan hubungan keluarga harmonis ke depannya.
Masalahnya, sering mengingkari janji justru dapat menghilangkan rasa percaya anak pada orangtua. Hilangnya rasa percaya anak disebabkan karena mereka berpikir bahwa Mama Papa adalah sosok yang tidak bisa dipercaya. Akibatnya, hubungan Mama Papa dan si kecil menjadi rusak.
Baca Juga: 7 Cara Meningkatkan Bonding dengan Anak, Dicoba Yuk!
Kurang menghormati orangtua
Selain hilang rasa percaya, kebiasaan mengumbar janji palsu turut menyebabkan si kecil cenderung kurang menghormati orangtua. Jika terus dibiarkan, anak berisiko tumbuh menjadi sosok yang membangkang, dan melawan perkataan orangtua saat besar nanti. Duh, bahaya banget, kan?
Suka berbohong
Mengucap janji ke anak memang semudah membalikkan telapak tangan. Tapi sayangnya, janji yang awalnya bernilai justru menjadi tidak berharga karena tak kunjung ditepati.
Dalam jangka panjang, kebiasaan mengingkari janji membuat anak berpikir bahwa Mama Papa sering berbohong. Lambat laun, tidak menutup kemungkinan anak akan beranggapan jika tidak menepati janji dan berbohong adalah hal wajar.
Ikut melanggar janji
Anak adalah peniru andal. Meski tidak terlihat langsung, namun mata anak selalu mengamati semua hal yang terjadi di sekitarnya.
Itu mengapa, Mama Papa jangan heran apabila anak memiliki kebiasaan melanggar janji saat dewasa. Terbentuknya karakter anak yang sering mengingkari janji merupakan hasil dari meniru apa yang sering Mama Papa lakukan.
Nah, sekarang sudah paham kenapa sering mengumbar janji palsu ke anak itu sangat tidak disarankan, bukan? Lalu, bagaimana jika ada beberapa kondisi yang membuat orangtua terpaksa bisa menepati janji?
Satu hal yang perlu Mama Papa lakukan adalah segera meminta maaf karena tidak bisa menepati janji kepada sang buah hati. Kemudian, jelaskan alasan mengapa kita tidak bisa menepati janji tersebut. Dengan begitu, si kecil akan belajar untuk saling memahami.
Baca Juga: 6 Cara Bijak Menghadapi Anak Cerewet dan Banyak Bertanya