Urban farming adalah pemanfaatan ruang terbuka di daerah perkotaan menjadi lahan hijau untuk menghasilkan produk pertanian. Ada banyak tanaman yang bisa ditanam menggunakan metode pertanian satu ini. Bahkan kita bisa melakukannya di rumah. Seperti apa konsepnya, ya?
Pernah mendengar istilah urban farming? Tren pertanian ini makin populer setelah pandemi COVID-19. Yup, karena sejak pandemi banyak orang sadar akan kesehatan lingkungan, dan kebutuhan bahan makanan yang sehat di masa-masa sulit.
Salah satu cara memenuhi kebutuhan pangan tersebut dengan memanfaatkan lahan di rumah. Bisa dibilang, urban farming merupakan salah satu inovasi agrikultur yang tidak membutuhkan tempat luas. Itulah sebabnya, metode pertanian ini banyak diminati orang, saat diharuskan untuk di rumah saja saat pandemi lalu.
Menariknya lagi, selain untuk memenuhi kebutuhan pangan, urban farming juga bisa menambah estetika di rumah, lo! Jadi, rumah terlihat makin asri, dan tanamannya pun dapat kita manfaatkan sebagai bahan masakan.
Bagi Mama Papa yang tertarik mencoba metode urban farming, berikut beberapa konsep urban farming yang bisa dicoba di rumah:
Backyard garden
Mama Papa bisa memanfaatkan halaman belakang atau backyard garden dengan mengusung konsep urban farming. Jadi tidak hanya menanam tanaman hias saja. Halaman belakang bisa Mama Papa kreasikan dengan membuat kebun sayuran hijau.
Hanya bermodal polybag yang ditata dengan rapi, Mama Papa bisa menanam sayur-sayuran, seperti kangkung, bayam, selada hijau, hingga cabai.
Jika sudah masuk masa panen, Mama Papa bisa mengambilnya untuk digunakan sebagai bahan masakan, bukan? Jadi, enggak perlu repot-repot ke swalayan, karena sayuran di kebun sendiri lebih segar!
Rooftop garden
Memiliki rooftop yang cukup luas di daerah perkotaan, juga bisa Mama Papa manfaatkan dengan membuat konsep urban farming, lo!
Kalau biasanya kita menanam di perkarangan bawah, dengan konsep ini kita menanam sayur di lantai 2 atau 3 rumah kita. Enggak mesti di rooftop paling atas, sih. Area tempat menjemur juga bisa kita manfaatkan menjadi konsep urban farming.
Memang, enggak semua jenis tanaman bisa kita tanam dengan konsep rooftop garden. Pasalnya, rooftop kerap terkena angin kencang, sehingga tanaman rawan rusak. Beberapa tanaman yang cocok ditanam di rooftop antara lain: kaktus, bunga matahari, mawar, selada, bayam, hingga anggrek.
Baca Juga: 6 Pilihan Tanaman Hias yang Mudah Dirawat, Cocok untuk Pemula
Green walls
Konsep urban farming selanjutnya adalah green walls, yang memadukan konsep berkebun di dalam ruang atau dinding. Mama Papa hanya membutuhkan dinding sebagai media tanaman yang merambat, seperti sirih gading atau daun ivy.
Bisa dibilang, konsep green walls paling mudah diterapkan di segala jenis rumah. Pasalanya, kita hanya membutuhkan dinding, sehingga tidak banyak ruang yang terpakai.
Selain itu, konsep pertanian ini juga membuat udara terasa bersih dan sejuk, hingga mempercantik arsitektur ruangan. Bayangkan, Mama Papa menanam tanaman di tengah ruang keluarga yang terbuka. Sangat menyegarkan, bukan?
Green house
Rumah hijau atau green house adalah salah satu konsep urban farming yang bisa kita terapkan di daerah perkotaan. Kalau Mama Papa mempunyai lahan cukup luas, tidak ada salahnya menerapkan konsep satu ini.
Biasanya, orang mengenal green house dengan sebutan rumah kaca. Yup, bangunan ini memang terbuat dari bahan kaca, atau plastik tebal yang menutupi semua permukaan bangunan.
Tujuannya adalah membantu tanaman tumbuh lebih optimal; dari proses pembibitan hingga proses budidaya, karena terkena sinar matahari yang cukup.
Ada beberapa tanaman yang cocok kita tanam di green house. Misalnya selada, bayam, dan timun, karena jarang terkena hama penyakit. Jadi, lebih aman saat bercocok tanam, deh!
Baca juga: 5 Tanaman yang Dapat Tumbuh Subur dengan Media Air
Itulah beberapa konsep urban farming yang bisa Mama Papa terapkan di rumah minimalis, ya! Selamat berkebun, Mama Papa!