Silent treatment adalah cara menghukum anak dengan mendiamkannya. Sebagian orangtua beranggapan kalau cara satu ini hal yang biasa. Padahal, silent treatment merupakan salah satu pelecehan verbal dan fisik. Jelas hal ini sangat bahaya bagi tumbuh kembang anak. Berikut bahaya silent treatment pada anak.
Saat si kecil melakukan kesalahan, emosi orangtua kerap kali tersulut. Tidak jarang, orangtua akan menghukum dengan mendiamkan anak begitu saja, atau dikenal dengan istilah silent treatment pada anak. Sekadar informasi, cara ini merupakan pola asuh yang salah. Sebab, ada bahaya yang mengintai anak saat kita melakukan silent treatment.
Mungkin kita beranggapan mendiamkan anak itu lebih baik daripada memberi hukuman fisik. Hal tersebut tidaklah tepat, ya, Mama Papa! FYI, bahaya silent treatment pada anak sangat berdampak besar, lo! Hal ini bisa memengaruhi kondisi fisik dan psikis anak.
Pasalnya, tidak selamanya diam itu emas. Bahkan, beberapa psikolog mengatakan: silent treatment merupakan bentuk pelecehan pada anak. Makanya, sebagai orangtua kita harus hati-hati dalam menghukum anak, Mama Papa!
Untuk menghindari dampak yang makin parah pada anak. Yuk, kita cari tahu bahaya silent treatment bagi tumbuh kembang anak di bawah ini:
Anak merasa “diasingkan”
Bahaya silent treatment yang pertama adalah membuat anak merasa terasingkan di lingkungan keluarganya sendiri. Si kecil akan merasa ketakutan karena tak ada lagi tempat aman untuk mencari perlindungan.
Padahal, sudah seharusnya kita sebagai orangtua menjadi “payung pelindung” bagi anak. Makanya, jangan sampai membuat anak cemas dan ketakutan sendiri, ya!
Anak merasa tak berdaya
Selain membuat anak merasa terasingkan, bahaya silent treatment juga dapat membuat anak tak berdaya. Yup, anak akan menyalahkan dirinya sendiri karena Mama Papa bersikap dingin di depannya. Karena itu, banyak ahil berpendapat: silent treatment adalah kekerasan emosional yang dilakukan orangtua ke anak.
Anak menjadi frustasi
Bahaya mendiamkan anak bergelut dengan kesalahannya sendiri bisa membuat mereka frustasi, lo, Mama Papa! Karena anak terjebak dalam perasaan bersalah, dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Kemungkinan, yang bisa dilakukan anak hanya diam. Sampai menunggu mood kita membaik. Namun, yang jadi pertanyaan besar: apa kita tega menyuruh anak mengerti emosi kita?
Baca juga: Silent Treatment: Diam yang Berujung Toxic Relationship
Hubungan orangtua dan anak renggang
Jarang orang yang menyadari bahaya silent treatment dalam hubungan orangtua dan anak. Saat kita merespons kesalahan anak dengan silent treatment, dia tak akan nyaman dengan kita. Akhirnya, anak mencari pelampiasan untuk bercerita. Entah teman atau barang mainan.
Kalau terus-terusan melaukan silent treatment pada anak, hubungan kita dan si kecil semakin renggang. Bahkan, psikolog mengatakan, kalau hubungan yang sudah terputus sulit diperbaiki kembali, lo!
Baca Juga: Selain “I Love You”, Ini 5 Bahasa Cinta Anak
Anak punya rasa trauma
Menerapkan hukuman silent treatment pada anak bisa berdampak serius pada inner child-nya. Kelak, anak akan trauma karena sering didiamkan oleh orangtuanya. Makanya, anak akan kehilangan kepercayaan dengan orang lain, termasuk pada figur orangtua yang baik. Parahnya, rasa trauma ini bisa terbawa sampai dewasa.
Gangguan fisik
Selain gangguan psikis, bahaya silent treatment juga dalam menyerang fisik anak. Karena anak terus-terusan merasa tertekan dan tidak bahagia. Akhirnya, imun anak melemah. Sehingga dia mudah sakit kepala, sakit perut, gemetar, hingga gugup.
Baca juga: Begini Cara Mendidik Anak yang Baik Tanpa Kekerasan
Mama Papa, itulah beberapa bahaya silent treatment menurut para ahli yang dikutip dari berbagai sumber. Intinya, mendiamkan anak bukanlah solusi yang tepat saat anak melakukan kesalahan.
Solusi terbaik jika ada masalah adalah membicarakan masalah tersebut, dan mencari solusi bersama anak. Sehingga hal ini tidak akan mengganggu tumbuh kembang anak dan tidak membuat si kecil trauma!