Saat ini, tidak dapat dipungkiri media sosial menjadi suatu kebutuhan yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Media sosial memegang peranan penting di hampir segala lini masyarakat. Mulai dari mengirim pesan kepada teman, berbagi informasi, hingga mencari suatu informasi yang sedang berkembang di masyarakat.
Dengan adanya media sosial di tengah masyarakat, sangat nyata manfaat yang didapat, terlebih lagi di era pandemi seperti sekarang. Media sosial menjadi suatu media baru dalam menghapus jarak antar manusia, sehingga sangat efektif untuk mempersingkat waktu dalam berkomunikasi. Dalam hal penggunaannya, media sosial saat ini banyak digunakan untuk memberikan edukas, salah satunya adalah edukasi terkait perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah stunting.
Stunting disebabkan oleh faktor yang sangat beragam dari kondisi ibu atau calon ibu, masa janin dan masa bayi/balita atau sejalan pada periode 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). Periode 1000 HPK merupakan periode emas sekaligus periode kritis.
Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan, postur tubuh ibu, jarak kehamilan yang cenderung dekat, ibu yang masih remaja dan asupan nutrisi yang kurang saat kehamilan mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting.
Stunting di Indonesia
Dari data dan riset yang dilakukan oleh Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), jumlah balita yang mengalami stunting di Indonesia tercatat mencapai 27,67%. Artinya, ada sekitar 6,3 juta dari 23 juta balita di Indonesia yang mengalami stunting.
Pemerintah sudah memetakan wilayah prioritas dengan tingkat prevalensi stunting yang tinggi. Dengan karakter wilayah prioritas tersebut cenderung berada di area sub-urban dan rural, dimana keterbatasan arus informasi yang terjadi menjadi tantangan tersendiri dengan panggunaan media sosial sebagai salah satu upaya untuk mengoptimalisasikan suatu pesan. Media sosial memberikan kemudahan dalam penyebaran informasi dari satu individu ke individu lainnya, dari semua orang yang tertarik dengan melakukan percakapan dua arah (Aichner & Jacob, 2015).
Waktu yang Tepat Mencegah Stunting
Periode 1.000 hari pertama kehidupan anak dikenal sebagai periode emas pertumbuhan anak. Hal ini dikarenakan, pada masa itu pertumbuhan otak anak sangatlah pesat sehingga, apa pun yang diterimanya dalam periode emas ini akan berdampak pada masa depannya kelak.
Nah, berikut cara mencegah stunting yang perlu diketahui:
- Konsumsi makanan tinggi nutrisi. Berkaitan dengan masa 1.000 hari pertama kehidupan anak, calon Ibu harus mengonsumsi nutrisi penting, seperti zat besi, asam folat, dan yodium. Jika kekurangan zat besi dan asam folat, ibu hamil akan lebih berisiko terkena anemia yang juga akan meningkatkan risiko anak stunting.
- Berikan ASI eksklusif. Masih berkaitan dengan 1.000 hari pertama kehidupan, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif adalah salah satu yang bisa kita lakukan untuk mencegah anak stunting. Hal ini dikarenakan, setiap kandungan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan bayi ada pada ASI.
- Jalankan kebiasaan hidup bersih. Kebiasaan hidup bersih adalah kunci memiliki kekebalan tubuh yang sehat. Untuk itu, biasakan anak mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Meskipun sepele, namun cara ini dapat mencegah anak stunting. Karena kalau malas menjalankan hidup bersih, anak akan sering sakit yang bisa menganggu tumbuh kembangnya.
Pentingnya Edukasi ibu dan Calon Ibu
Faktor yang dapat memengaruhi terjadinya stunting salah satunya yaitu pemahaman ibu mengenai stunting. Pengetahuan dan edukasi mengenai stunting sangatlah diperlukan bagi seorang ibu karena pengetahuan yang kurang dapat menyebabkan anak berisiko mengalami stunting.
Pengetahuan ibu dan calon ibu sangat penting atas kesuksesan pencegahan stunting. Karena itu, pemberian informasi yang praktis dan efektif pada ibu dan calon ibu adalah penting. Salah satu medium yang diharapkan dapat mengedukasi para ibu adalah media sosial.
Media sosial dengan kemampuannya mempercepat arus komunikasi dengan mendorong kontribusi dan umpan balik sosial pada dasarnya merupakan alat komunikasi massa yang mempunyai efek dan pengaruh yang kuat. Selain media sosial, penggunaan website sebagai information hub juga memiliki peranan penting guna melakukan edukasi seputar informasi yang relevan terhadap pencegahan stunting.
Sejak tahun 2019 Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika mengembangkan program Genbest sebagai sarana edukasi mengenai stunting. Tidak hanya lewat platform Instagram, Genbest juga ada di platform Youtube, Twitter, Tiktok, dan juga portal media beralamat di www.genbest.id.
Dengan cara ini diharapkan edukasi mengenai stunting dapat tersosialisasi dengan lebih luas. Karena masyarakat saat ini lebih nyaman dan mudah menyerap informasi melalui platform media sosial serta dapat memengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap pencegahan stunting.
Sebagai program prioritas, media sosial sebagai bagian dari strategi efektif dalam sosialisasi dan edukasi ini memiliki capaian yang cukup baik secara besaran angka. Pada tahun 2021, jumlah audiens yang berhasil terpapar atas seluruh informasi dan edukasi seputar stunting mencapai 24 juta orang masing-masing di dua platform media sosial yang datang dari 20 kota maupun kabupaten dengan tingkat prevalensi tertinggi di indonesia.
Dengan adanya data tersebut, menjadi penting bagi komunikator untuk dapat melihat rencana keseluruhan yang berkelanjutan berbasis data dan bukan asumsi guna meneruskan sosialisasi pencegahan stunting untuk menurunkan tingkat prevalensi yang ada.
Penulis: Septa Dewi Anggraeni
Pranata Humas Ahli Muda Kementerian Kominfo