Keracunan makanan terjadi setelah Mama Papa tanpa sadar mengonsumsi makanan yang tidak higienis. Biasanya, ciri keracunan makanan muncul secara langsung, atau beberapa hari setelah mengonsumsi makanan yang menyebabkan keracunan. Kalau dibiarkan, keracunan makanan bisa menyebabkan masalah kesehatan serius, lo!
Mendadak mual, muntah, dan diare tepat setelah mengonsumsi makanan tertentu? Patut waspada! Sebab, bisa saja hal tersebut merupakan ciri keracunan makanan.
Selama ini mungkin kita hanya fokus mengonsumsi berbagai olahan makanan bergizi. Padahal, kita juga perlu memerhatikan kebersihan pada makanan yang dikonsumsi. Sebab, makanan yang tidak higienis berisiko menyebabkan keracunan makanan.
FYI, keracunan makanan terjadi saat Mama Papa tanpa sadar mengonsumsi makanan yang terkontaminasi virus, bakteri, dan parasit. Biasanya, ciri keracunan makanan terlihat beberapa menit atau jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Walaupun keracunan makanan tidak berakibat fatal dan bisa sembuh dengan sendirinya, pastikan Mama Papa tidak menganggap remeh kondisi ini. Pasalnya, dalam beberapa kasus, keracunan makanan bisa menyebabkan masalah kesehatan serius.
Itu mengapa, kita perlu mengenali ciri keracunan makanan agar segera mendapatkan penanganan yang tepat. Lantas, apa saja ciri keracunan makanan yang perlu diwaspadai?
Mual dan muntah
Ciri keracunan makanan yang paling umum adalah mual dan muntah. Munculnya rasa mual dan keinginan untuk muntah terjadi akibat kondisi otot perut dan diafragma yang “memaksa” tubuh untuk mengeluarkan seluruh isi perut melalui mulut; muntah.
Kabar baiknya, mual dan muntah merupakan tanda yang cukup baik. Sebab, mual dan muntah adalah refleks alami tubuh untuk mengeluarkan bakteri atau racun berbahaya di dalam tubuh.
Baca Juga: 7 Penyebab Anak Muntah, Tanda Masalah Kesehatan Serius?
Diare
Sama halnya dengan mual dan muntah, diare menjadi salah satu ciri keracunan makanan yang merupakan refleks alami tubuh untuk mengeluarkan bakteri penyebab keracunan. Biasanya, diare akibat keracunan makanan muncul beberapa jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Diare akibat keracunan makanan biasanya ditandai dengan feses lembek dan berair. Bahkan, tidak jarang diare akibat keracunan makanan mengandung ampas, atau sisa makanan yang dikonsumsi.
Sakit perut
Setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi, biasanya organisme berbahaya akan menghasilkan racun yang mengiritasi lapisan lambung dan usus. Kondisi tersebutlah yang menyebabkan perut terasa nyeri, mulas, dan melilit saat keracunan makanan.
Kontraksi perut setelah keracunan akan mendorong Mama Papa untuk mengejan dan buang air besar (BAB). Hal ini bertujuan untuk mengeluarkan kuman dan berbagai bakteri berbahaya penyebab keracunan melalui feses.
Sakit kepala
Selanjutnya, ciri keracunan makanan yang perlu diperhatikan berikutnya adalah sakit kepala atau pusing. Biasanya, sakit kepala muncul akibat tubuh kehilangan banyak cairan akibat diare dan muntah.
Kalau dibiarkan, dehidrasi saat keracunan tidak hanya menyebabkan sakit kepala saja. Melainkan juga dapat menyebabkan pandangan kabur dan detak jantung semakin cepat.
Demam
Ciri keracunan makanan berikutnya adalah demam. Selain sebagai bagian pertahanan alami tubuh, demam juga menjadi cara tubuh untuk menaikkan suhu inti akibat keracunan makanan. Kabar baiknya, demam akibat keracunan biasanya hanya bertahan selama 1-2 hari saja.
Baca Juga: Makanan dan Minuman Penurun Panas saat Demam
Badan lemas
Satu lagi ciri keracunan yang tidak kalah penting diperhatikan adalah badan lemas. Kondisi badan yang lemas atau kelelahan berlebih disebabkan oleh kadar elektrolit tubuh yang terkuras habis, akibat muntah dan diare yang cukup intens.
Kalau sudah begini, mau tidak mau Mama Papa harus segera istirahat dan tidur cukup. Kemudian, pastikan tetap minum air mineral guna menggantikan cairan yang hilang.
Kabar baiknya, keracunan makanan dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 1-3 hari. Namun apabila ciri keracunan makanan semakin parah, disarankan segera mengunjungi UGD terdekat untuk mendapatkan penangan medis yang tepat.
Baca Juga: Pertolongan Pertama untuk Mengatasi Keracunan Makanan