Sudah melakukan berbagai macam cara dan metode terbaik, tapi si kecil masih sering tantrum? Bisa saja, hal ini disebabkan karena Mama Papa tidak mengetahui penyebab tantrum pada anak. Padahal, mengetahui akar permasalahan yang menyebabkan anak tantrum merupakan satu kunci penting agar si kecil bisa lebih tenang dan tidak mudah merengek, lo!
Selama ini kita hanya fokus bagaimana cara mengatasi anak tantrum. Padahal, Mama Papa perlu mencari penyebab tantrum pada anak terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar kita bisa mendapatkan langkah penanganan yang tepat, agar anak tidak mudah tantrum.
FYI, tantrum adalah kondisi di mana anak meluapkan emosinya dengan cara menangis kencang. Tantrum sering terjadi pada anak usia 1-3 tahun yang belum bisa mengekspresikan perasaannya dengan baik. Akibatnya, anak cenderung menangis dan berteriak saat merasa tidak nyaman dan frustasi.
Melihat anak yang sering tantrum tentu bikin panik dan stres. Akibatnya, banyak orangtua yang hanya fokus mencari cara cepat mengatasi anak tantrum di depan umum. Memang tidak salah, akant tetapi mencari cara mengatasi tanpa mengetahui akar penyebab anak tantrum akan sia-sia.
Tanpa disadari, ada beberapa faktor penyebab anak tantrum. Tak hanya karena akibat kondisi lingkungan di luar rumah, anak tantrum juga bisa disebabkan karena faktor orangtua.
Berikut 5 penyebab tantrum pada anak yang perlu Mama Papa ketahui:
Faktor lingkungan
Si kecil sering tantrum di tempat umum? Penting dipahami, anak tantrum di depan umum sebenarnya menandakan bahwa si kecil merasa lelah dan kewalahan. Biasanya, hal ini disebabkan karena lingkungan yang terlalu ramai, berisik, dan tidak nyaman.
Anak tantrum di tempat umum juga bisa disebabkan karena menginginkan sesuatu yang ada di sekitarnya. Termasuk salah satunya camilan atau makanan manis yang ada di supermarket. Alih-alih langsung memberikan makanan yang diinginkan, akan lebih baik kalau Mama Papa memberikan pengertian kepada anak.
Anak merasa bosan
Penyebab tantrum pada anak berikutnya karena merasa bosan. Bahkan, tidak jarang kelaparan turut menyebabkan anak menjadi lebih rentan tantrum di tempat umum. Karena merasa frustasi, akhirnya anak cenderung menangis dan berteriak sebagai bentuk mengekspresikan perasaannya.
Meski begitu, anak tantrum tidak hanya disebabkan karena merasa bosan berada di tempat umum saja. Faktanya, anak juga bisa tantrum apabila merasa bosan di dalam rumah. Kalau sudah begini, Mama Papa harus segera mencari aktivitas seru lainnya, agar si kecil tetap semangat dan tidak tantrum.
Baca Juga: 6 Penyebab Anak Sering Menangis, tanda Lapar hingga Stres
Oversimulasi
Memberikan stimulasi memang penting dalam mendukung tumbuh kembang anak di periode emas pertumbuhannya. Hanya saja, pastikan memberikan stimulasi secukupnya. Sebab, stimulasi berlebihan atau overstimulasi menjadi salah satu penyebab tantrum yang sering terjadi.
Overstimulasi tidak hanya disebabkan karena memberikan banyak permainan saja. Melainkan, juga bisa terjadi saat anak digendong banyak orang saat acara keluarga. Selain itu, overstimulasi juga bisa terjadi apabila ruangan terlalu bising.
Suasana yang tidak nyaman menyebabkan anak merasa frustasi. Akibatnya, anak jadi lebih sering tantrum karena merasa kewalahan menghadapi banyak orang sekaligus.
Kurang perhatian
Selain faktor lingkungan, penyebab tantrum pada anak berikutnya karena kurang perhatian. Dengan kata lain, alasan anak tantrum dan menangis kencang untuk mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Baik itu di hadapan orangtua, saudara, maupun teman-teman taman bermainnya.
Sebagai orangtua, Mama Papa tentu harus lebih peka dengan perasaan si kecil. Pastikan untuk memberikan perhatian penuh, agar si kecil merasa disayang dan diperhatikan. Kemudian, beri pelukan hangat agar si kecil lebih tenang dan tidak tantrum.
Faktor orangtua
Percaya atau tidak, penyebab tantrum pada anak bisa karena faktor orangtua. Bukan hal yang patut dianggap remeh, sebab sifat tidak tidak tegas dan plin-plan pada orangtua kerap menyebabkan anak bingung. Akibatnya, anak menjadi frustasi dan berakhir tantrum karena merasa dibohongi.
Contoh, Mama Papa menjanjikan anak boleh bermain setelah mandi sore. Tapi, secara mendadak kita justru mengubah peraturan dengan memperbolehkan main setelah makan malam. Keplin-planan inilah yang menyebabkan anak merasa kesal dan berakhir tantrum.
Baca Juga: 6 Pola Asuh yang Salah, Berdampak Buruk bagi Masa Depan Anak