Penyakit satu ini tak hanya menyerang orang dewasa. Namun, tidak menutup kemungkinan menyerang anak, terutama bayi yang ditularkan dari ibu. Sebagai antisipasi, ketahui gejala-gejala penyakit sifilis agar kita bisa melakukan penanganan yang tepat dan cepat.
Belakangan, penyakit sifilis atau raja singa mengalami peningkatan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dari data Kemenkes RI: sejak 5 tahun terakhir kasus sifilis meningkat 70%, atau sekitar 21 ribu pada akhir 2022. Sayangnya, banyak penderita yang tidak mau melakukan pengobatan dini, karena malu dengan penyakit kelamin satu ini.
Dilansir dari laman Sehatnegeriku.kemkes.go.id, dari 5 juta ibu hamil, hanya ada 25% yang melakukan skrining sifilis. Hasilnya, dari sekitar 1.2 jt ibu hamil yang diskrining, terdapat 5.590 ibu hamil positif sifilis.
Sekadar informasi, penyakit sifilis berasal dari oleh bakteri Treponema pallidum. Penyebaran bakteri ini terjadi akibat sering bergonta-ganti pasangan saat berhubungan seksual, dan tanpa menggunakan pengaman; kondom.
Parahnya, penyakit kelamin satu ini juga rentan menyerang anak. Terutama jika ditularkan dari ibu hamil ke janin di dalam kandungan.
Sebelum terlambat, lebih baik Mama Papa mengetahui gejala-gejala penyakit sifilis, agar bisa melakukan pengobatan yang tepat dan segera.
Berikut adalah gejala yang harus diwaspadai:
Tahap primer
Salah satu gejala penyakit sifilis ditandai dengan tahap primer. Tahap ini ditandai dengan luka kecil di area kelamin. Terkadang luka juga muncul di area dubur dan mulut, namun tidak menimbulkan rasa sakit.
Biasanya luka muncul dalam waktu 10-90 hari setelah terpapar bakteri sifilis: Treponema pallidum. Kalau segera diobati, luka ini bisa menghilang dalam waktu 3-6 minggu. Kalau tidak diobati, gejala bisa berlanjut ke tahap yang lebih serius.
Baca Juga: 6 Cara Merawat Vagina untuk Cegah Penyakit Menular
Tahap sekunder
Gejala penyakit sifilis berikutnya ditandai dengan tahap sekunder. Setelah 6-12 minggu penyakit berkembang, biasanya akan muncul ruam di beberapa bagian tubuh, seperti telapak tangan dan kaki.
Selain ruam, gejala pada tahap sekunder juga disertai rasa lemas, nyeri otot, demam, sakit tenggorokan, lelah berlebih, pembesaran kelenjar getah bening, hingga penurunan berat badan. Meski tidak diobati, biasanya gejala ini bisa sembuh sendiri, namun kerap muncul kembali.
Tahap laten
Tahap sekunder yang tidak segera ditangani bisa berkembang menjadi sifilis laten. Gejala ini berkembang dalam rentan 1-10 tahun setelah terinfeksi. Umumnya, pada tahap laten penderita tidak mengalami gejala sifilis lagi. Namun bakteri masih berkembang dalam tubuh.
Kalau tidak segera diobati, penyakit sifilis akan berkembang menjadi tahap tersier. Parahnya, sifilis juga bisa menular ke orang lain melalui hubungan seksual.
Baca Juga: 5 Perubahan Seksualitas pada Wanita saat Menopause
Tahap tersier
Gejala penyakit sifilis yang paling parah adalah tahap tersier. Biasanya, tahap tersier muncul setelah 10-30 tahun terinfeksi Treponema pallidum. Hal ini karena bakteri penyebab penyakit sifilis ini merusak organ kita.
Tahapan tersier ditandai dengan munculnya berbagai kerusakan organ dan jaringan dalam tubuh. Mulai dari kerusakan mata, otak, pembuluh darah, dan tulang secara permanen. Akibatnya, penderita akan mengalami strok, penyakit jantung, hingga kebutaan.
Itulah beberapa gejala penyakit sifilis yang harus diwaspadai. Kalau Mama Papa mengalami gejala serupa, jangan takut melakukan pemeriksaan medis, ya! Sehingga kita dapat melindungi orang-orang yang kita sayangi.
Baca Juga: 7 Penyebab Selangkangan Gatal, Tanda Penyakit Menular?