Air putih menyimpan segudang manfaat untuk kesehatan tubuh. Meski begitu, bukan berarti Mama Papa boleh memberikan air putih pada bayi. Alih-alih menyehatkan, membiarkan si kecil minum air putih justru berisiko bagi kesehatan. Lantas, kapan bayi boleh minum air putih?
Karena khawatir bayi dehidrasi akibat kurang minum, sebagian orangtua baru yang memutuskan memberi air putih pada bayi usia 0-6 bulan. Padahal, membiarkan bayi minum air putih adalah sebuah kesalahan yang harus dihindari oleh seluruh orangtua.
Di usia 0-6 bulan, bayi hanya perlu minum ASI ekslusif. Alasannya sederhana, karena ASI eksklusif merupakan satu-satunya asupan nutrisi yang boleh diberikan pada bayi; tanpa mengonsumsi berbagai makanan atau minuman tambahan lainnya, termasuk air putih.
Mengutip dari laman Genbest.id, perut bayi hanya menampung sekitar 1-2 sdt, atau sekitar 5-10 ml cairan. Kalau diberi air putih, perut bayi akan penuh dengan zat-zat yang “tidak berguna”. Sehingga, tidak menyisakan ruang untuk vitamin dan mineral pada ASI yang berperan penting dalam mendukung tumbuh kembang anak di golden age.
Parahnya lagi, membiarkan si kecil minum air putih sebelum waktunya meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan. Beberapa di antaranya:
1. Perut kembung
Penting dipahami, sistem pencernaan bayi 0-6 bulan belum sempurna. Sehingga, pencernaan si kecil belum bisa menyerap cairan dengan baik. Kalau Mama Papa memaksa bayi minum air putih, nantinya berisiko menyebabkan perut kembung dan tidak nyaman.
Baca Juga: 4 Cara Ampuh Mengatasi Perut Kembung pada Bayi
2. Diare
Selain perut kembung, memberikan air putih pada bayi usia 0-6 bulan juga berisiko menyebabkan diare. Lantas, bagaimana jika bayi harus minum susu formula?
Untuk mencegah risiko kesehatan yang tidak diinginkan, pastikan Mama Papa membuat susu formula menggunakan air yang telah dimasak hingga matang dengan suhu minimal 80 derajat Celcius.
Apabila menggunakan air kemasan, perhatikan label pada kemasan tersebut. Usahakan kadar natrium (Na) tidak lebih dari 200 mg/liter, dan kadar sulfat (SO atau SO4) kurang dari 250 mg/liter.
3. Keracunan air
Dalam beberapa kasus yang lebih serius, bayi minum air putih bisa meningkatkan risiko keracunan air. Dijelaskan dari laman Alodokter, keracunan air pada bayi disebabkan karena kadar garam dalam darah menurun terlalu banyak. Akibatnya, dapat mengganggu keseimbangan elektrolit pada tubuh bayi.
Ada beberapa ciri keracunan air pada bayi, antara lain: muntah, diare, mengalami pembengkakan pada area tubuh, hingga kejang-kejang dan koma.
4. Kekurangan gizi
Seperti yang disinggung di awal, ukuran perut bayi masih sangat kecil. Membiarkan minum air putih menyebabkan si kecil merasa lebih cepat kenyang dan malas minum ASI. Kalau dibiarkan, bayi akan kekurangan gizi akibat asupan nutrisi harian tidak tercukupi. Akibatnya, tumbuh kembang bayi terhambat dan berisiko stunting.
Baca Juga: 5 Fakta Stunting pada Anak yang Harus Orangtua Pahami
Kapan Bayi Boleh Minum Air Putih?
Dikutip dari laman Hellosehat, bayi usia di bawah 6 bulan belum membutuhkan cairan tambahan karena kandungan ASI sudah mengandung 80% air yang dibutuhkan oleh si kecil. Lantas, kapan bayi boleh minum air putih?
Sebenarnya, bayi boleh minum air putih kalau sudah memasuki usia 6 bulan, atau saat memasuki fase MPASI. Selain itu, kondisi bayi dehidrasi akibat diare atau demam tinggi juga diperbolehkan untuk diberi air putih untuk mengganti kembali cairan yang hilang dari tubuh bayi.
Hanya saja, kita tidak boleh menjadikan air putih sebagai pengganti ASI atau susu formula. Untuk penjelasan lebih lengkap, berikut jumlah kebutuhan cairan anak berdasarkan usia menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI):
- 7-12 bulan: 800 ml atau sekitar 2-3 gelas berukuran 200 ml.
- 1-3 tahun: 1,3 liter atau sekitar 5 gelas berukuran 200 ml.
- 4-8 tahun: 1,7 liter atau sekitar 6-7 gelas berukuran 200 ml.
- 9-13 tahun: 2,1-2,4 liter atau setara 8-10 gelas berukuran 200 ml.
- Di atas usia 14 tahun: 2,3-3,3 liter atau setara 9-13 gelas berukuran 200 ml.
Itulah penjelasan singkat tentang aturan bayi minum air putih yang perlu diperhatikan. Untuk lebih jelasnya, Mama Papa bisa berkonsultasi dengan dokter secara langsung, ya!
Baca Juga: Begini Cara Membedakan Air Galon Kemasan Palsu dan Asli