Mama Papa mungkin sudah tidak asing lagi dengan kasus anak yang bermain roleplay di TikTok. Alih-alih memberikan anak kebebasan bermedia sosial, ternyata permainan ini bisa membahayakan mental anak, lo! Lantas, mengapa main roleplay di TikTok berbahaya?
Beberapa waktu lalu sempat viral seorang anak perempuan berusia 11 tahun yang dipergoki orangtuanya sedang bermain roleplay di TikTok. Dia melakukan permainan ini bersama seseorang yang tidak dikenalnya di TikTok.
Dalam permainan tersebut, si anak bersama temannya beradu peran layaknya pasangan dalam sebuah keluarga. Video TikTok tersebut lantas membuat banyak orang bertanya-tanya, apa itu roleplay?
Bagi Mama Papa yang belum tahu, roleplay adalah aktivitas berpura-pura menjadi orang lain. Atau mungkin hal yang paling umum kita sebut dengan bermain peran. Sebenarnya, roleplay sering dimainkan anak-anak. Contohnya saat kita melihat si kecil bermain perang-perangan, menjadi dokter, atau menjadi guru.
Kalau dilihat dari segi psikologis, bermain peran sangat baik untuk tumbuh kembang anak. Karena dengan bermain peran anak dapat mengasah kemampuan imajinasi, kreativitas, hingga meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah.
Namun, hal ini agak sedikit berbeda ketika anak bermain roleplay di TikTok. Sebab, anak dituntut untuk memerankan karakter tersebut agar terlihat hidup di setiap unggahannya. Ditambah lagi, anak akan berinteraksi dengan roleplayer (pemain roleplay) lain yang tidak dia kenal.
Hal ini tidak jarang membuat para pemain akan saling berinteraksi untuk menjalin hubungan fiksi bersama dalam platform TikTok, bahkan hingga melakukan video duet. Nah, interaksi seperti ini bisa berisi candaan atau obrolan lain seputar dunia fiksi yang membahayakan anak, karena banyak yang condong ke perilaku penyimpangan seksual.
Baca juga: Penyebab Anak Berkata Kasar, karena Meniru Orang Lain
Dampak Bermain Roleplay di TikTok
Ternyata, berbeda dengan permainan peran di dunia nyata yang dapat meningkatkan kreativitas anak. Bermain roleplay di TikTok bisa membahayakan anak-anak. Khususnya kalau mereka jauh dari pengawasan Mama Papa.
Mengutip dari laman Kumparan.com, seorang psikolog anak dan remaja, Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi. mengatakan, anak yang bermain roleplay rentan dimanfaatkan oleh pihak tertentu. Mereka rentan mengalami penipuan, pelecehan, hingga eksploitasi anak. Ditambah lagi, keduanya tidak saling mengenal, dan kerap mengirimi pesan-pesan atau ucapan yang tidak sewajarnya ditujukan pada anak.
Tak hanya itu, dampak bermain roleplay di TikTok juga menyebabkan anak kehilangan identitas dirinya. Karena anak bisa terjebak oleh karakter fiksi di TikTok, parahnya anak juga merasa tidak puas dengan jati dirinya sendiri.
Mengatasi Anak Kecanduan Bermain Roleplay di TikTok
Melihat anak-anak kecanduan bermain roleplay di TIkTok pastinya membuat Mama Papa khawatir. Namun, sebagai orangtua kita harus bersikap bijak dan bereaksi netral terlebih dulu. Mama Papa bisa menanyakan pada si kecil apa tujuan bermain roleplay di TikTok, dan dengan siapa dia bermain.
Kalau dalam diskusi tersebut Mama Papa mencurigai hal buruk akan terjadi, kita bisa menjelaskan bahaya bermain roleplay dengan orang tidak dikenal pada si kecil. Bahkan, Mama Papa juga bisa bilang, kalau terlalu sering bermain bisa membuat prestasi belajarnya menurun.
Selain itu, Mama Papa juga membatasi screen time anak dalam bermain gadget, apalagi main TikTok. Perlu diingat kembali, batasan umur minimal pengguna TikTok adalah 13 tahun. Jika si kecil masih di bawah usia tersebut, lebih baik jangan berikan akses terlebih dahulu.
Lebih baik Mama Papa mengarahkan anak ke kegiatan yang lebih positif. Seperti aktivitas fisik, bermain musik, atau mendukung minat dan bakat si kecil lainnya. Sehingga si kecil melakukan hal-hal positif yang dapat menunjang tumbuh kembangnya, Mama Papa!
Baca Juga: Selain “I Love You”, Ini 5 Bahasa Cinta Anak