Autoimun tergolong sebagai penyakit yang membahayakan dan cenderung mengancam nyawa penderitanya. Penyakit ini punya beberapa varian, yang masing-masing punya gejala tersendiri. Yuk, kita kenali sedari dini, agar penyakit autoimun dapat penanganan yang tepat.
Dulunya tidak banyak orang yang mengenal nama penyakit autoimun. Namun sejak pandemi COVID-19 melanda, nama penyakit ini semakin banyak diperbincangkan. Jenisnya pun beragam, tidak hanya terbatas pada penyakit lupus saja.
Bagi yang belum tahu, penyakit autoimun adalah penyakit yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh balik menyerang sel-sel yang sehat. Penyakit ini bisa menyerang berbagai organ tubuh, mulai dari otak, saraf, otot, kulit, mata, sendi hingga saluran pencernaan.
Sebagai bekal untuk lebih waspada, berikut ini tujuh penyakit autoimun yang perlu dideteksi dini mungkin, agar kita bisa melakukan penanganan secepatnya.
1. Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis atau RA merupakan penyakit autoimun yang menyerang persendian. Penyakit ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang menempel pada lapisan sendi. Akibatnya sel imun balik menyerang sendi sehingga menyebabkan radang, pembengkakan, serta nyeri.
Beberapa gejala awal RA adalah sendi terasa sangat sakit, kaku, bengkak, hingga mengurangi kemampuan gerak penderitanya. Jika tidak diobati secara intensif, penyakit ini bisa menyebabkan kerusakan sendi secara permanen, dan parahnya hingga kelumpuhan.
2. Psoriasis
Psoariasis merupakan jenis penyakit autoimun yang menyerang kulit. Gejala utamanya berupa timbul sisik tebal pada seluruh bagian kulit. Sisik ini tampak berwarna putih perak dengan dasar kemerahan. Jumlah sisik psoriasis umumnya bertambah ketika penderitanya dalam keadaan stres, infeksi, atau ada luka di kulit.
Daerah yang paling sering terkena penyakit autoimun jenis psoariasis adalah kulit kepala, siku, lutut, telapak tangan, dan kaki. Selain itu, kuku pada penderita psoriasis biasanya juga mengalami gangguan.
Gejalanya berupa kuku jadi lebih tebal, berwarna kekuningan, dan permukaannya bergerigi. Penyakit ini bisa ditangani oleh dokter spesialis kulit dan kelamin, biasanya dengan menggunakan krim steroid atau olat DMARD (Disease modifying anti rheumatic drugs).
3. Sklerosis ganda
Multiple clerosis atau sklerosis ganda terjadi ketika sistem imun menyerang lapisan pelindung di sekitar saraf. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang.
Orang yang terkena sklerosis ganda akan merasakan beberapa gejala antara lain: kebutaan, koordinasi yang buruk, kelumpuhan, otot menegang, mati rasa, dan lemah tubuh. Gejala ini bisa muncul bersamaan atau bervariasi, tergantung lokasi dan tingkat serangannya.
4. Penyakit celiac
Celiac adalah jenis penyakit autoimun yang menyerang saluran pencernaan. Penyakit ini lebih banyak dialami wanita dibandingkan pria. Bahkan studi menyebutkan, kalau wanita yang terdiagnosis penyakit celiac jumlahnya tiga kali lebih banyak dibandingkan pria.
Penyakit celiac adalah penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh reaksi sistem imun yang berlebihan terhadap gluten.
Kandungan gluten sendiri merupakan protein yang ditemukan pada makanan yang mengandung gandum, gandum hitam, dan selai. Selain pada makanan, gluten juga dapat ditemukan pada beberapa obat, vitamin, dan lipstik.
5. Diabetes tipe 1
Berbeda dari diabetes melitus tipe 2, penyakit diabetes tipe 1 disebabkan oleh sistem imun yang menyerang dan menghancurkan sistem penghasil insulin di pankreas. Akibatnya, tubuh tidak bisa menghasilkan insulin, sehingga kadar gula dalam darah menjadi tinggi.
Gula darah yang terlalu tinggi ini dapat memengaruhi penglihatan, ginjal, saraf, dan gusi. Penderita diabetes mellitus tipe 1 membutuhkan suntikan insulin secara rutin untuk mengontrol agar penyakit tersebut tidak bertambah parah.
Baca Juga: 7 Gejala Penyakit Lupus Paling Umum, Harus Diwaspadai
6. Sindrom sjorgen
Penyakit autoimun ini menyerang kelanjar penghasil air mata dan air liur. Penyakit ini menyebabkan kedua kelenjar tersebut rusak, sehingga kesulitan untuk menghasilkan air mata dan air liur.
Karena itu, umumnya penderita sindrom sjorgen akan mengalami mata kering (xeroftalmia). Gejalanya berupa rasa tidak nyaman, gatal, atau perih di area mata. Jika tidak segera diatasi, hal ini berujung membuat mata iritasi hingga mengalami gangguan penglihatan.
Sementara efeknya pada air liur akan menyebabkan mulut jadi kering dan mudah sariawan. Selain itu, dalam beberapa kasus sindrom sjorgen juga bisa menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening dan gangguan ginjal.
7. Skleroderma
Skleroderma atau sklerosis sistemik adalah suatu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh balik menyerang jaringan ikat, sehingga terbentuk jaringan parut dan penebalan. Peradangan ini biasanya terjadi di kulit, pembuluh darah, dan organ tubuh.
Skleroderma sering terjadi pada wanita usia 30-50 tahun. Selain menyerang kulit, penyakit autoimun ini juga menyerang organ-organ vital, seperti jantung, paru-paru, dan ginjal. Gejala yang ditimbulkan penyakit autoimun ini cukup berbahaya, mulai dari sulit bernapas, hipertensi pulmonal, dan lain-lain.
Nah, itulah 7 jenis penyakit autoimun serta gejalanya yang harus diwaspadai. Sebagian penyakit di atas baru menunjukan gejala saat seseorang dewasa. Meskipun tidak sedikit juga yang sudah bisa terdeteksi saat anak-anak.
Berbagai penyakit ini memang tidak bisa disembuhkan. Namun tenang, efek bahayanya masih bisa diminimalisir dengan melakukan perawatan intensif. Jadi deteksi dini adalah kunci untuk “menjinakkan” penyakit autoimun.
Baca Juga: Apa Itu Penyakit Autoimun? Ini Penyebab dan Gejalanya