Problem dari masyarakat kota yang ingin melakukan penghijauan adalah lahan yang sempit. Nah, sekarang hal tersebut bukan lagi masalah. Teras rumah yang mini bisa disulap menjadi kebun untuk penghijauan dengan metode vertikultur.
Isu global mengenai global warming sering kita dengar di media cetak maupun media online. Isu ini didasari dari ketidakseimbangan jumlah manusia dan sumber daya alam hayati di Bumi. Sebagai manusia kita sering terpanggil untuk melakukan perubahan. Namun, domisili di kota terkadang menimbulkan rasa malas tersendiri untuk bercocok tanam karena sempitnya lahan. Nah, jangan khawatir, saat ini metode vertikultur telah hadir untuk mengatasi masalah tersebut.
Nama vertikultur berasal dari dua kata dalam Bahasa Inggris, yaitu vertical (vertikal/berdiri) dan culture (budaya). Jika digabungkan, keduanya berarti budaya bercocok tanam yang dilakukan secara bertingkat atau vertikal. Karena bentuknya ini, vertikultur sangat cocok diterapkan pada tempat tinggal atau lahan yang sempit.
Tak perlu bingung mengenai media tanam, Anda bisa menggunakan ragam penopang kebun vertika pengganti pot; seperti rak susun, rak gantung, pipa, botol air minum bekas, hingga pot bekas. Sistem bertanam ini nggak hanya terbatas pada penghematan ruang, lho. Namun juga berfungsi sebagai cara penghijauan yang mudah diterapkan di daerah perkotaan.
Dengan vertikultur, Mama Papa bisa membantu menghentikan global warming melalui tembok rumah. Mantap, bukan? Nah, ada beberapa kelebihan lain yang bisa Anda dapatkan saat menanam dengan teknik ini, diantaranya:
Menghemat ruang
Seperti yang kita ketahui bersama, vertikultur nggak banyak butuh lahan. Hal ini dikarenakan tanaman disusun ke arah atas. Jadi sisa ruangnya bisa Mama Papa gunakan untuk menaruh barang seperti kursi atau bean bag.
Hemat pupuk
Dalam sistem vertikultur, wadah yang digunakan memiliki luas yang terbatas. Hal ini membuat pupuk tak akan hilang bertebaran atau larut terbawa arus air hujan maupun air saat penyiraman. Dengan begitu, Anda bisa menghemat pupuk jika dibandingkan dengan penanaman horizontal.
Risiko gulma lebih kecil
Apabila bercocok tanam dengan sistem horizontal bisa memicu banyaknya gulma, hal ini tidak berlaku bagi vertikultur. Karena bentuknya yang vertikal, Mama Papa nggak perlu sering melakukan penyiangan, karena kemungkinan kecil terdapat gulma atau rumput liar. Jika pun ada hama ini dapat diambil langsung dan dibuang dengan mudah.
Mudah dipindahkan
Selain menghemat pupuk, wadah vertikultur yang tak sebesar lahan konvensional membuatnya mudah untuk dipindahkan. Namun harus tetap berhati-hati dalam proses pemindahan untuk menghindari bunga dan buah rontok.
Lebih estetik
Bentuknya yang vertikal dapat diatur sedemikian rupa, sehingga taman vertikultur terlihat indah. Sistem bercocok tanam ini juga mampu memunculkan kreatifitasmu dalam wadah tanaman yang kebanyakan berasal dari barang bekas. Mama Papa dapat menggunakan botol minum bekas sebagai pot dan ditempel zigzag pada dinding agar rumah lebih terkesan artsy.
Baca Juga : Wujudkan Rumah Sehat dengan Tanaman Hias