Cemas berlebihan tanpa sebab yang jelas? Bisa jadi kamu terkena serangan panik. Kenali lebih dalam mengenai serangan panik dan faktor-faktor pemicunya.
Sebagai seorang manusia tentu kita pernah merasakan panik. Wajar, karena panik merupakan ekspresi yang natural terjadi jika kita sedang dikejar deadline atau mendengar sebuah kabar mengejutkan. Namun apa jadinya jika kita merasakan panik dadakan dan tidak diketahui penyebabnya? Kondisi ini sering disebut dengan panic attack, atau serangan panik, gangguan yang ditandai dengan timbulnya rasa takut dengan intensitas tinggi dan datang secara tiba-tiba.
Pada beberapa kasus, orang yang terkena serangan panik akan merasa mengalami serangan jantung, sehingga mengira dirinya sedang sekarat. Ketakutan akan hilang kontrol dan nyeri dada juga dapat dialami pengidap serangan panik. Serangan ini dapat hilang dan bisa dialami hanya 1-2 kali sepanjang hidup seseorang, tetapi dapat juga terjadi secara berulang kali. Serangan panik ini lebih banyak dialami oleh wanita dari rentang usia remaja hingga dewasa dibanding pria, anak-anak dan lansia.
Data dari New England Journal of Medicine menyebutkan; wanita yang berusia di bawah usia 55 tahun berisiko mengalami salah diagnosis serangan jantung. Umumnya mereka mengalami serangan panik, namun didiaganosa sebagai serangan jantung. Serangan panik merupakan bagian dari respon pertahanan alami tubuh ketika berada dalam situasi yang mengancam, karena memiliki bentuk reaksi yang sama.
Hingga saat ini belum ada penelitian yang menemukan penyebab pasti munculnya serangan panik, khususnya ketika tidak ada penyebab nyata yang memicu serangan tersebut. Namun, pada umumnya serangan panik terjadi karena beberapa faktor pemicu berikut ini:
Faktor genetik
Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat serangan panik, memiliki kemungkinan yang besar untuk menderita penyakit ini. Nah, jika Anda salah satu yang memiliki keluarga dengan riwayat gangguan ini usahakan untuk tidak stres berlebihan.
Program pelecehan seksual
Korban kasus pelecehan fisik atau seksual di masa lalu cenderung memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini. Hal tersebut terjadi karena memori saat kejadian masih terekam di otak. Jika memori itu secara tidak sengaja dipancing maka serangan panik akan muncul.
Stres berlebihan
Seseorang yang stres berlebihan memiliki risiko besar terkena serangan panik. Hal ini terjadi karena stres yang bertumpuk akan menimbulkan kecemasan. Seperti bom waktu kecemasan tersebut suatu waktu akan meledak dan menimbulkan serangan panik.
Memiliki trauma mendalam
Seseorang yang memiliki trauma mendalam akan suatu peristiwa atau kejadian, seperti kecelakaan berat, percerian orangtua atau kehilangan orang yang tersayang cenderung menyimpan memori ketakutan tersendiri. Jika memori ini terpanggil sewaktu-waktu maka serangan panik akan dialami oleh si penderita.
Merokok atau mengonsumsi minuman berkafein secara berlebihan
Pernahkah kamu mengalami kondisi jantung berdetak lebih cepat setelah minum kopi? Debaran jantung setelah meminum kafein ini terjadi karena kadar kafein yang berlebih pada tubuh. Nah, jika dibiarkan terus menerus maka akan berdampak pada ketidakstabilan detak jantung dan memicu timbulnya serangan panik.