Ternyata epilepsi atau ayan adalah gangguan sistem saraf yang bisa mengenai siapapun termasuk anak-anak, lho. Kenali tanda-tanda epilepsi dan faktor risikonya.
Epilepsi adalah gangguan neurologis yang menyebabkan kejang berulang. Kondisi ini disebabkan aktivitas listrik abnormal di dalam otak. Faktanya, epilepsi bukan hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak. World Health Organization (WHO) merilis sekitar 50 juta orang di seluruh dunia menderita epilepsi. WHO juga menyebutkan bahwa penyakit ini sebagai salah satu penyakit neurologis paling umum di dunia.
Dilansir dari Stanford Childern, epilepsi pada anak terjadi karena ketidakseimbangan neurotransmiter, dan disebabkan genetika, tumor otak, stroke, kerusakan otak akibat penyakit dan cedera saat lahir. Anak-anak yang demam atau infeksi, memiliki cedera kepala, lahir prematur juga memiliki risiko yang sangat besar terkena epilepsi. Oleh karena itu perlu kewaspadaan orangtua jika anak mulai menunjukan tanda dari penyakit kejang ini.
Gejala ini bisa terdeteksi dengan melihat beberapa tanda peringatan. Misalnya, anak-anak akan mulai menyentakkan lengan dan kaki, mengalami sesak napas dan jatuh tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Anak juga tidak merespon kebisingan atau kata-kata untuk periode singkat, tampak linglung, mata berkedip cepat dan bola mata tampak putih, serta selama kejang bibirnya akan berwarna biru.
Beberapa faktor yang berpotensi meningkatkan risiko terkena epilepsi antara lain:
Faktor genetik
Seseorang dengan riwayat keluarga epilepsi cenderung lebih besar risikonya untuk menderita penyakit ini. Epilepsi bisa diturunkan baik melalui aliran gen orangtua atau kerabat dekat yang lain. Peneliti juga menemukan bahwa epilepsi berhubungan dengan gen yang lebih sensitif dan merespon gangguan dengan kejang.
Trauma kepala
Penyakit epilepsi bisa muncul akibat kecelakaan atau cedera traumatik. Kecelakaan yang melibatkan benturan kepala pada akhirnya membuat fungsi otak menjadi terganggu. Adanya gangguan pada otak ini memicu timbulnya kejang epilepsi di kemudian hari.
Gangguan perkembangan
Epilepsi terkadang muncul pada anak yang mengalami gangguan perkembangan, seperti autisme dan neurofibromatosis. Neurofibromatosis adalah kelainan genetik saat pertumbuhan sel terganggu sehingga tumbuh tumor-tumor pada jaringan saraf.
Cedera prenatal
Cedera prenatal adalah kondisi yang mengakibatkan bayi mengalami cedera sebelum kelahiran. Sebelum lahir ke dunia bayi sangat rentan mengalami kerusakan otak. Biasanya, kondisi ini disebabkan beberapa faktor seperti infeksi pada ibu, kurangnya nutrisi, atau kekurangan oksigen saat lahir. Kerusakan otak ini akhirnya menyebabkan anak terkena epilepsi saat lahir atau cerebral palsy. Berbeda dengan beberapa faktor di atas, faktor ini lebih banyak bisa dicegah dengan mengonsumsi makanan sehat dan tinggi asam folat selama kelahiran.
Penyakit menular
Penyakit menular seperti Meningitis, AIDS atau penyakit lain yang disebabkan oleh virus dapat menjadi pemicu epilepsi. Meski tidak dapat dipahami dengan baik penyebab pastinya yang jelas kondisi ini dapat menyebabkan pengidapnya mengalami kejang epilepsi.
Baca Juga : Sayuran yang mengandung asam folat tinggi