Anak juga bisa mengalami gangguan kecemasan. Parahnya, ada banyak jenis gangguan kecemasan anak yang berdampak buruk bagi tumbuh kembang si kecil di masa depan. Mulai dari mengganggu perilaku, pola pikir, hingga kehidupan sosial anak, lo, Mama Papa!
Faktanya, anak juga bisa mengalami gangguan kecemasan. Tak hanya satu atau dua, ada banyak jenis gangguan kecemasan pada anak yang perlu diwaspadai. Jika dibiarkan, gangguan kecemasan bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental si kecil.
Merupakan salah satu masalah yang tidak patut dianggap remeh. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) yang dikutip dari Kompas.com menjelaskan, sekitar 7,1% anak-anak usia 3-1 tahun telah didiagnosis memiliki gangguan kecemasan.
Dalam jangka panjang, gangguan kecemasan akan berdampak negatif bagi tumbuh kembang anak. Baik itu menyebabkan anak susah konsentrasi, menyebabkan perubahan perilaku dan pola pikir, kemampuan sosial anak menurun, hingga meningkatkan risiko depresi.
Setidaknya, ada 7 jenis gangguan kecemasan yang sering dialami oleh anak-anak. Berikut di antaranya:
1. Gangguan kecemasan umum
Pertama adalah gangguan kecemasan umum, atau dikenal dengan Generalized Anxiety Disorder (GAD). Kondisi ini biasanya ditandai dengan kondisi si kecil yang selalu merasa khawatir pada semua hal. Baik itu khawatir dengan nilai dan ranking di sekolah, hubungan dengan teman-teman di sekolah, hingga penampilannya saat berpakaian.
Anak yang mengalami jenis gangguan kecemasan umum akan tumbuh menjadi sosok yang perfeksionis. Jika dibiarkan, anak akan cenderung memaksakan diri untuk menjadi yang terbaik dan paling sempurna. Bahkan, beberapa kasus menyebabkan anak takut pada kesalahan dan kegagalan.
2. Panic disorder
Berikutnya adalah panic disorder, yaitu jenis gangguan kecemasan pada anak yang disebabkan karena merasa panik berlebih. Mengutip dari laman Hellosehat, serangan panik adalah gangguan mental yang sering terjadi pada anak remaja dan bersifat turun-temurun.
Karena terlihat sama, banyak orangtua yang menganggap panic disorder sama dengan ketakutan biasa. Padahal, serangan panik yang tidak segera diatasi menyebabkan anak cemas berlebihan. Akibatnya, anak akan merasa gelisah dalam jangka panjang, sulit konsentrasi, dan lebih rewel dibandingkan biasanya.
Baca Juga: Membentuk Karakter Positif pada Anak, Begini Caranya
3. Kecemasan sosial
Jenis gangguan kecemasan pada anak berikutnya adalah kecemasan sosial (Social Anxiety Disorder). Singkatnya, kecemasan sosial adalah kondisi di mana anak sering takut untuk berinteraksi dengan orang lain. Termasuk juga dengan teman-teman sebayanya di sekolah.
Ketakutan tersebut disebabkan karena anak khawatir jika dihakimi, dikritik, atau dipermalukan oleh orang lain. Akibatnya, anak cenderung berbicara sangat pelan, sering berkeringat berlebih, jantung berdebar, mengalami mual dan tertekan saat bertemu orang lain, serta sulit mendapatkan teman baru.
4. Selective mutism
Si kecil sering tiba-tiba diam membisu dan kesulitan berbicara saat berada di luar rumah? Jika iya, dikhawatirkan si kecil mengalami gangguan kecemasan selective mutism (SM).
Mengutip dari SehatQ, selective mutism adalah jenis gangguan kecemasan parah yang menyebabkan seseorang mendadak “bisu” saat berada di situasi sosial tertentu. Baik itu di sekolah, taman bermain, atau saat bertemu dengan saudara jauh yang jarang bertemu.
Anak yang mengalami selective mutism biasanya cenderung aktif berbicara di rumah, tapi mendadak diam saat berada di luar. Bahkan, tidak jarang anak terlihat canggung, gugup, kaku, dan sulit berbicara apabila ada orang asing di sekelilingnya.
5. Separation anxiety disorder
Sudah cukup sering mendengar istilah anxiety disorder, bukan? Sesuai dengan namanya, separation anxiety disorder (SAD) adalah jenis gangguan kecemasan pada anak yang disebabkan karena harus berpisah dengan orang terdekat. Baik itu Mama, Papa, atau bahkan saudaranya.
Saking khawatirnya, tidak jarang anak akan menangis meskipun Mama Papa hanya pergi ke kamar mandi untuk buang air. Meski hal yang umum terjadi pada anak usia 18 bulan hingga 3 tahun. Namun, separation anxiety disorder berkepanjangan bisa menghambat potensi anak untuk berkembang, lo!
Baca Juga: 6 Penyebab Anak Sering Menangis, Tanda Lapar hingga Stres
6. Gangguan obsesif kompulsif
Selanjutnya, gangguan obsesif kompulsif atau Obsessive Compulsive Disorder (OCD) turut menjadi salah satu jenis gangguan kecemasan yang perlu Mama Papa perhatikan. Biasanya, gangguan kecemasan ini terjadi pada anak berusia 2-3 tahun, atau sekitar 8-12 tahun.
Secara garis besar, anak yang mengalami OCD sering terobsesi pada sesuatu yang “tidak wajar”. Seperti terus-terusan mengatur barang-barang di meja karena dianggap tidak rapi. Atau bahkan cuci tangan berkali-kali karena merasa tangannya kotor dan tidak bersih.
7. Fobia
Takut terhadap suatu hal itu hal yang wajar. Namun, akan menjadi masalah serius apabila si kecil cenderung memiliki ketakutan berlebih pada beberapa hal. Seperti takut pada anjing atau hewan tertentu, naik lift, naik pesawat, atau bahkan takut ke dokter.
Dikhawatirkan, ketakutan berlebih tersebut menandakan anak mengalami gangguan kecemasan fobia. Anak yang mengalami fobia biasanya akan mulai menangis, sakit perut, rewel, dan tantrum saat dihadapkan dengan hal yang ditakutinya.
Baca Juga: 6 Manfaat Anak Bermain Layangan bagi Tumbuh Kembang