Setiap orangtua pastinya ingin memiliki anak yang baik dan menjadi yang terbaik. Namun, bagaimana jika justru anak kita menjadi pelaku bullying? Hal ini pasti tidak ingin terjadi pada anak kita. Kenali penyebab anak sering mem-bully.
Bullying masih kerap terjadi di lingkungan anak-anak, salah satunya sekolah. Bully sendiri dapat diartikan sebagai perilaku yang bertujuan untuk menyakiti atau menindas orang lain. Perilaku ini akan sangat berdampak bagi masa depan korban. Namun, bagaimana jika dilihat dari sisi pelaku? Apa yang melandasi hal ini dilakukan oleh anak-anak?
Perilaku bullying yang dilakukan oleh anak-anak terbagi menjadi 4 jenis. Pertama adalah bullying fisik, yaitu perilaku kekerasan yang melibatkan kekerasan fisik. Contohnya adalah memukul hingga menendang. Kedua, bullying verbal seperti memfitnah hingga menghina. Ketiga ada bullying sosial yang lebih pada mengucilkan orang lain. Terakhir adalah cyber bullying yang biasanya dilakukan melalui media sosial. Misalnya dengan memberi teror atau mengirimkan pesan negatif pada korban.
Penyebab anak mem-bully
Jika Mama Papa melihat langsung anak melakukan salah satu jenis bullying di atas, coba untuk mengingat ke belakang apa yang pernah terjadi. Jangan langsung memarahi, atau lekas mencari cara mengatasinya. Di sini, sebagai orangtua harus mencari tahu penyebabnya terlebih dahulu agar tidak salah dalam menangani. Ada beberapa penyebab anak menjadi pelaku bullying yang harus Mama Papa ketahui.
Pernah menjadi korban
Ada beberapa kasus bahwa pelaku pernah menjadi korban bullying sebelumnya. Menjadi korban di sini tidak hanya di lingkungan sekolah saja, melainkan di keluarga. Jadi, dia akan melakukan bully di lingkungan lain karena merasa memiliki kekuatan di luar.
Kesulitan mengendalikan emosi
Saat anak kesulitan mengendalikan emosinya, maka akan ada kemungkinan ia menjadi pelaku bullying. Misalnya saja saat anak merasa kesal atau lelah dan dilampiaskan dengan marah. Biasanya dilampiaskan dengan berbuat kasar atau memarahi orang lain.
Kurang perhatian dari orangtua
Anak akan melakukan apapun demi mendapatkan perhatian dari orangtua, salah satunya dengan berbuat buruk. Oleh karena itu, peran orangtua di sini sangatlah penting. Mama Papa harus memberikan perhatian dan bimbingan kepada anak agar mereka tidak melakukan hal-hal yang kurang baik.
Tidak ada aturan
Saat tidak ada aturan atau didikan yang jelas mengenai perilaku di rumah menjadi penyebab anak sebagai pelaku bullying. Rumah seharusnya menjadi tempat paling utama anak untuk belajar. Saat anak tidak diajarkan mengenai perilaku yang baik dan tidak, jangan heran jika di luar ia berperilaku seenaknya.
Cara mengatasi anak sebagai pelaku bullying
Setelah Mama Papa mengetahui penyebabnya, sekarang adalah cara mengatasinya. Setiap anak memiliki alasan di balik perbuatannya. Cara mengatasi anak-anak ini juga harus tepat agar pesan yang disampaikan dapat diterima. Ada beberapa cara mengatasi anak sebagai pelaku bullying yang dapat Mama Papa lakukan.
Bicara secara baik-baik
Komunikasi adalah salah satu hal penting dalam keluarga. Hal ini termasuk berbicara dengan anak. Sebagai orangtua, Mama Papa harus mengajak anak bicara secara baik-baik dan tidak menyalahkan si anak. Mama Papa harus mencari tahu apa alasan mereka melakukan bullying kepada teman-temannya.
Memberi contoh nyata yang baik
Anak cenderung masih suka meniru, termasuk di lingkungan keluarga. Oleh karenanya, peran Mama Papa di sini adalah memberikan contoh yang baik. Misalkan, saat Mama Papa sedang berdebat, usahakan jangan di depan anak atau bahkan menggunakan kekerasan. Ini justru akan membuat mereka meniru hal itu nantinya.
Mengajarkan untuk mengontrol emosi
Penyebab lainnya karena sang anak tidak dapat mengontrol emosi. Mama Papa di sini harus mengajarkannya untuk mengontrol emosi. Misalnya dengan cara memberikan kegiatan yang menyenangkan yang membuat mood kembali baik.
Ajarkan untuk menghormati orang lain
Ini adalah salah satu ajaran yang penting bagi anak. Nantinya anak akan memahami bahwa mem-bully atau melakukan kekerasan kepada orang lain bukanlah hal baik. Anak akan lebih menghormati dan menghargai orang lain tanpa memandang latar belakangnya.