Perempuan Indonesia, Sudah Paham Makna Hari Kartini Sebenarnya?Perempuan Indonesia, Sudah Paham Makna Hari Kartini Sebenarnya?Perempuan Indonesia, Sudah Paham Makna Hari Kartini Sebenarnya?Perempuan Indonesia, Sudah Paham Makna Hari Kartini Sebenarnya?
  • HOME
  • KESEHATAN
  • HUNIAN
  • ENTERTAINMENT
  • KEUANGAN
  • PSIKOLOGI
✕

Perempuan Indonesia, Sudah Paham Makna Hari Kartini Sebenarnya?

April 22, 2020
hari kartini

Sumber: Wikipedia

Tanggal 21 April di Indonesia selalu identik dengan pawai kebaya atau lomba-lomba memasak. Kita justru semakin jauh dengan pemaknaan perjuangan Kartini yang sebenarnya. Bertepatan Hari Kartini, mari sama-sama memaknai perjuangan RA. Kartini untuk perempuan.

Setiap 21 April sebagian masyarakat Indonesia akan berbondong-bondong memeriahkan Hari Kartini. Biasanya peringatan ini dirayakan dengan lomba memasak, aneka pawai hingga  fashion show menggunakan kebaya. Hari Kartini dimaknai sebagai euforia perayaan dan terkadang kita kehilangan makna perjuangan RA. Kartini yang sebenarnya.

Setiap kalangan memiliki pemaknaan tersendiri mengenai perjuangan Kartini. Satu hal yang jelas sama, Kartini memperjuangkan agar kaum perempuan untuk mendapatkan kesempatan berkontribusi di berbagai bidang sebagaimana halnya laki-laki.

Perjuangan Pendidikan untuk Perempuan

Pemerintah Hindia Belanda di masa Kartini hidup membatasi akses pendidikan bagi masyarakat pribumi. Tujuannya sudah jelas pemerintah Hindia Belanda tidak menginginkan masyarakat pribumi semakin terdidik dan gencar melakukan perlawanan. Pendidikan untuk pihak laki-laki saja hanya dibatasi oleh keluarga ningrat, sedangkan perempuan sama sekali tidak memiliki akses untuk terdidik.

Kartini melalui surat-suratnya mengkritisi hal tersebut. Dalam sebuah suratnya kepada Prof dan Ny. Anton pada tanggal 4 Oktober 1902, Kartini mengatakan; “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan perempuan, bukan sekali-kali kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap dalam melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: Menjadi Ibu, pendidik manusia pertama”.

Melalui penggalan surat tersebut kita bisa memaknai Hari Kartini dengan bersyukur atas tercapainya cita-cita perempuan berpendidikan. Menjadi seorang yang berpendidikan tidak serta-merta menempatkan kita untuk menyaingi laki-laki. Seorang perempuan yang terdidik dapat membawa generasi ke arah yang lebih baik.

Jika seorang perempuan berpendidikan tinggi, ia akan melakukan tanggung jawabnya sebagai manusia, ibu dan istri dengan penuh perhitungan. Nah, apabila banyak orang yang bertanya alasan kita berpendidikan tinggi jika ujungnya menjadi ibu rumah tangga seharusnya tidak perlu dipusingkan. Karena fungsi menjadi manusia terdidik adalah mendidik, salah satunya mendidik anak-anak di rumah.

Tentang berbagi peran

Hari Kartini bisa dimaknai sebagai sebuah momen yang mengenalkan kita tentang berbagi peran. Jelas tidak semua hal dalam hidup ini bisa ditangani sendiri. Karena itu, entah bagaimana bentuk dan jenis lingkunganmu, berbagi peran antara laki-laki dan perempuan merupakan keniscayaan. Berbagai peran ini dalam berbagai tempat baik di dalam rumah tangga maupun di masyarakat.

Dalam sebuah proses membangun rumah tangga misalnya, permasalahan mendidik anak tidak hanya milik perempuan. Laki-laki memiliki andil untuk mengambil peran. Buah hati kita butuh kehadiran seorang ayah dalam berbagai pertumbuhannya. Meskipun tidak intens, perkara pertumbuhan anak harus didiskusikan berdua antara suami istri.

Sedangkan bagi perempuan-perempuan yang bekerja, kebebasan menjalankan peran adalah cita-cita yang digaungkan Kartini. Dahulu perempuan-perempuan pada lingkungan Kartini hanya memiliki peran domestik atau hal-hal yang berbau rumah. Kartini mengharapkan perempuan dapat berkontribusi di luar ranah domestik. Untuk itu, kemudahan-kemudahan yang kita terima layaknya kita manfaatkan sebaik-baiknya. Contoh nyata yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi adalah menjalankan peran sebaik-baiknya.

Artikel Lainnya: Memaknai Social Distancing dari Filosofi Hari Raya Nyepi

Share
0
Laras
Laras

Related posts

Menghilangkan Uban

Menghilangkan Uban | Foto: Freepik

March 21, 2023

Menghilangkan Uban di Usia Muda, Rambut Hitam Alami


Read more
Fakta Jerawat

Fakta Tentang Jerawat | Foto: Envato

March 20, 2023

6 Fakta Tentang Jerawat, Wajib Tahu biar Cepat Kempes!


Read more
Buah Mencerahkan Kulit

Buah Mencerahkan Kulit | Foto: Freepik

March 20, 2023

Buah untuk Mencerahkan Kulit Wajah secara Alami


Read more

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terbaru

  • Kegiatan Anak Puasa0
    Kegiatan Seru dan Bermanfaat Saat Anak Puasa
    March 24, 2023
  • Warna Cat Kamar Cowok0
    6 Warna Cat Dinding Kamar Anak Cowok, Pengaruhi Kualitas Tidur
    March 24, 2023
  • Warna Cat Genteng0
    Warna Cat Genteng Rumah yang Anti-Mainstream
    March 24, 2023
  • Makanan Sehat Buka Puasa0
    Makanan Sehat untuk Menu Buka Puasa Keluarga
    March 24, 2023
  • Makanan Sahur Bikin Kenyang0
    8 Menu Makanan Sahur yang Bikin Kenyang Lebih Lama
    March 24, 2023
  • Keuangan saat Bulan Puasa0
    Tips Mengelola Keuangan Saat Bulan Puasa, Anti-Boros
    March 23, 2023
  • Orangtua Baru0
    Tips Menjadi Orangtua Baru, Tak Perlu Cemas Berlebih
    March 21, 2023
  • Jualan Makanan Online0
    Tips Jualan Makanan Online agar Laris Manis
    March 21, 2023
  • Tempat Bermain di Rumah0
    Ruangan Ini Bisa Jadi Tempat Bermain Anak di Rumah
    March 21, 2023
  • Menghilangkan Uban0
    Menghilangkan Uban di Usia Muda, Rambut Hitam Alami
    March 21, 2023

Sekilas

Berkeluarga merupakan media informasi keluarga Indonesia. Kami meyuguhkan semua sisi kehidupan dalam keluarga.

Hubungi Kami

Gedung Kompas Gramedia
Palmerah Barat Lt.6
Jakarta

Follow Us

© 2020 Grid Story Factory | Kompas Gramedia
    Grid