Fenomena mom shaming sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Meski terkesan tindakan yang biasa saja, namun fenomena ini berisiko membuat ibu terkena masalah psikologis, lho.
Mama, sudah pernah dengar istilah mom shaming? Meski istilah mom shaming sekilas terdengar asing, namun praktik tindakan ini sering terjadi di sekitar kita, lho. Fenomena mom shaming merupakan perilaku mengkritik atau memberi komentar pada seorang ibu.
Berbeda dengan kritik yang membangun, biasanya fenomena mom shaming diungkapkan dengan nada merendahkan, negatif, dan meremehkan, yang efeknya justru membuat pendengar tertekan. Umumnya fenomena mom shaming ini dialami oleh ibu-ibu baru.
Mama, mom shaming sering kita temui berupa pertanyaan dan pernyataan dengan nada merendahkan, seperti, “Kok cara menggendong bayinya seperti itu, kasian tulang belakangnya, lho.”, “Kok anaknya dikasih ASI perah, mending menyusui langsung saja”, “Kok operasi caesar melahirkannya? Belum sah jadi ibu, tuh”.
Fenomena mom shaming punya risiko buruk bagi piskologis
Mama, saat mendengar kalimat-kalimat seperti di atas, sebagian besar ibu merasa buruk dan gagal dalam mengasuh anak. Bahkan beberapa ahli berpendapat memberikan kritik dan komentar negatif terhadap pilihan pola asuh masuk dalam tindakan bullying, lho. Tanpa disadari seseorang yang terkena mom shaming berisiko mengalami masalah psikologis.
Dampak langsung dari fenomena mom shaming bagi Mama adalah penurunan rasa percaya diri, terutama dalam hal pengasuhan si Kecil. Mama merasa tidak berhasil merawat bayi, bahkan gagal menjadi ibu. Jika dibiarkan berlarut, ibu yang terkena mom shaming bisa terkena baby blues dan postpartum depression.
Lambat laun, mom shaming dapat membuat ibu merasa tidak nafsu makan, mudah sedih, sering menangis, dan kebingungan mengurus si Kecil. Jika tidak segera dibawa ke psikolog, hal ini bisa memengaruhi kesehatan fisik, lho.
Baca Juga: 3 Tipe Pola Asuh Anak yang Baik bagi Tumbuh Kembang Anak
Penyebab seseorang melakukan mom shaming
Fenomena mom shaming biasanya didorong oleh beberapa faktor. Pertama adalah mencari perhatian. Pelaku mom shaming membutuhkan pengakuan dan penghargaan di mata lingkungannya. Ia melakukan mom shaming dengan harapan agar dirinya dianggap paling benar dalam perawatan anak.
Kedua, adanya rasa cemburu. Faktanya seseorang yang melakukan mom shaming justru merasa cemburu dengan kelebihan pola asuh Mama. Maka, ia berusaha mencari celah kekurangan Mama dan melakukan mom shaming.
Faktor penyebab mom shaming terakhir adalah marah. Biasanya seseorang akan melakukan mom shaming karena tidak bisa menyalurkan kemarahannya. Nah, dengan melakukan bullying terkait cara perawatan ibu-ibu lain, ia merasa lebih lega.
Baca Juga: Pola Asuh Demokratis, Bebaskan Anak Tetap Ada Aturannya
Cara menghadapi fenomena mom shaming
Jika Mama adalah salah satu korban mom shaming, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menenangkan diri terlebih dahulu. Sadarilah jika setiap anak berbeda-beda, dan tidak masalah menerapkan metode pengasuhan yang berbeda dari orang lain. Asalkan metode pengasuhan kita tidak membahayakan si Kecil, dan berdasarkan kesepakatan dengan suami.
Cara tercepat untuk membuat pelaku mom shaming diam adalah menanggapi kritik tersebut dengan lelucon. Biasanya mereka akan menganggap kita “bebal” dan tidak mau lagi menasehati setelahnya.
Kadang kala mom shaming justru dilakukan oleh keluarga dekat. Jika hal ini terjadi, maka Mama bisa bercerita pada pasangan atau sahabat untuk menenangkan pikiran.
Mama, biasanya pelaku mom shaming tidak memahami latar belakang kita memilih metode pengasuhan tersebut. Maka dari itu, sadarilah jika hanya Mama Papa yang paling mengerti kondisi keluarga dan si Kecil saat ini.
Apabila mom shaming sudah berpengaruh terlalu dalam bahkan membuat Mama terkena baby blues, sebaiknya segera berkonsultasi dengan psikolog, ya.
Baca Juga: Kenali 5 Tanda Anak Menjadi Korban Bullying di Sekolah