Mama papa, menjadi anak sulung bukan berarti mereka langsung bisa mengemban tanggung jawab sebagai kakak, lho. Sebelum menentukan sikap pada anak pertama, pahami terlebih dahulu hal-hal seputar anak sulung berikut.
Hingga saat ini anak pertama atau anak sulung dalam keluarga masih dianggap sebagai sosok heroik yang harus menjadi contoh, panutan, bahkan pahlawan bagi sang adik. Namun menjadi anak sulung bukan hal yang mudah, lho, Mama Papa.
Mereka juga tidak bisa dipaksa langsung mengerti mengenai tanggung jawabnya sebagai kakak di awal-awal memiliki adik. Adanya ekspektasi yang tanpa sadar diberikan pada anak sulung akan menjadi beban bagi psikologis anak.
Mama Papa, sebelum mulai menerapkan pola asuh pada anak pertama, sebaiknya pahami terlebih dahulu beberapa hal seputar anak sulung yang perlu dijadikan pertimbangan orangtua dalam bersikap.
Merasa terbebani dengan anggapan “lebih mampu”
Setelah sang adik terlahir, mayoritas anak sulung akan dianggap sebagai sosok penolong orangtua dalam merawat adik. Mereka akan diminta untuk membantu mengambilkan popok, menjaga adik, atau nantinya membantu adik mengerjakan PR jika sudah sekolah.
Anggapan jika anak sulung sudah besar dan seharusnya bisa mandiri tidak jarang terlontar secara lisan saat mereka meminta bantuan orangtua. Misalnya dengan kalimat, “Kakak kan sudah besar, ayo selesaikan sendiri, Mama sedang menjaga adik”.
Mama Papa, kalimat dan anggapan tersebut dapat membebani psikologis anak, lho. Meskipun berusia lebih besar, namun kemandirian seseorang juga ada tahapannya. Jadi tetap biarkan anak meminta tolong saat mereka merasa tidak mampu melakukan sesuatu, ya.
Masih butuh belajar untuk menyikapi adiknya
“Kakak, ini adiknya diapain kok, bisa menangis seperti ini? Ngalah, dong.” Akrab dengan kalimat semacam ini? Meskipun terlahir lebih dahulu, bukan berarti anak sulung langsung siap menjadi kakak, ya.
Mereka juga sosok yang bisa marah jika diusili atau digoda oleh sang adik. Saat si kecil masih berlatih untuk mengendalikan emosi jangan langsung dimarahi atau disuruh mengalah. Tanyakan lebih dulu penyebab ia marah pada sang adik.
Saat menghadapi momen ini, Mama Papa bisa memberi pengertian pada anak pertama dengan halus. Misalnya, mengenai adik yang belum tahu apa-apa, atau meminta kakak untuk menasihati adik pelan-pelan jika merasa terganggu.
Baca Juga: Tips Mengatasi Kecemburuan Anak Sulung Pada Adik Barunya
Prestasi kakak bukan standar untuk adiknya
Mama Papa, bangga terhadap prestasi memang hal yang wajar. Namun jangan sampai hal tersebut bikin keadaan tidak nyaman, ya. Biasanya anak pertama akan dijadikan patokan atau standar dari prestasi anak-anak selanjutnya.
Namun memuji prestasi anak sulung di depan adik-adiknya sembari membandingkan bisa membuat kakak tidak nyaman, lho. Selain itu, kebiasaan membandingkan berisiko memunculkan sibling rivalry pada sang adik.
Menjadi ‘contoh’ bukan hal yang mudah
Umumnya anak pertama dianggap sebagai contoh dan panutan bagi adik-adiknya, baik dalam sikap maupun prestasi. Beban moral ini membuat anak menekan dirinya sendiri agar tidak membuat kesalahan.
Namun anak pertama bukan superhero yang selalu kuat, ya. Jadi kita harus tetap memperlakukan mereka sesuai usianya. Jadi saat anak membuat kesalahan atau kegagalan jangan langsung ditekan dengan sikap yang keras.
Terbiasa dengan aturan yang ketat
Tak jarang dalam beberapa keluarga aturan terhadap si kakak dan adik-adiknya berbeda. Hal tersebut berlaku pada pola asuh. Karena lahir pertama kali, biasanya orangtua sedang mencoba berbagai pola asuh pada anak.
Umumnya anak sulung cenderung dibebankan pada aturan yang lebih ketat, sedangkan adiknya lebih longgar. Nah, menanggapi fakta anak pertama yang satu ini, dibutuhkan sikap orangtua yang adil, ya.
Jangan sampai ada ketimpangan dalam hal aturan untuk anak pertama dan adik-adiknya.
Baca Juga: Cara Efektif untuk Melerai Anak yang Bertengkar di Rumah