Mama Papa sedang merencanakan untuk memberi adik si sulung? Jika iya, perhatikan kelebihan dan kekurangan secara psikologis dan sosial yang berkaitan dengan jarak usia anak berikut ini.
Saat membicarakan mengenai anak kedua, seringkali kita dihadapkan pada pertanyaan mengenai jarak usia ideal antar anak. Nah, sebelum Mama merencanakan kehamilan, berikut ada beberapa pertimbangan dampak psikologis dan sosial terkait jarak usia anak yang harus Mama Papa ketahui:
Jarak usia anak 1-2 tahun
Untuk mengetahui apakah jarak usia anak adalah waktu yang ideal, kita perlu membandingkan kelebihan dan kekurangannya. Jarak kehamilan kurang dari 6 bulan setelah melahirkan, dapat menguras tenaga dan memicu stres yang lebih besar.
Selain itu, Mama Papa punya waktu yang lebih singkat untuk berduaan, karena waktu akan terkuras untuk mengurus dua batita. Konsekuensi dari sisi psikologis kakak adik pada jarak usia ini juga meningkatkan persaingan antar saudara, lho.
Lahirnya si adik membuat sang kakak merasa kurang diperhatikan, apalagi jika jaraknya hanya satu tahun. Pada usia 1-2 tahun si kakak masih membutuhkan perhatian ekstra, karena usia ini merupakan periode emas pertumbuhannya.
Namun kelebihan jarak usia ini adalah keduanya akan menjadi teman bermain asyik. Pasalnya jarak 1-2 tahun ini tergolong masih memiliki topik bahasan dan momentum yang sama. Jadi, saat ngobrol anak akan lebih nyambung satu sama lain.
Baca Juga: Ini Tips Mengatasi Kecemburuan Anak Sulung Pada Adik Baru
Jarak usia antar anak 3-4 tahun
Menurut beberapa pendapat, jarak usia ini dianggap paling ideal untuk punya adik. Bahkan di Amerika, sebagian besar kakak adik berjarak 3-4 tahun. Usia ini dipilih karena si sulung dianggap sudah memiliki waktu bonding yang lebih lama, dan bisa melakukan beberapa aktivitas dasar sendiri. Misalnya, sudah mulai bisa buang air sendiri pasca proses toilet training.
Di samping itu, ritme hidup Mama Papa di jarak usia ini cenderung lebih santai, dibandingkan saat si sulung berusia 1-2 tahun. Jadi stres pada orangtua bisa lebih dinimalisir.
Secara psikologis, kakak akan lebih baik secara emosional. Meskipun jiwa kompetitif belum sepenuhnya hilang, namun risiko persaingan saudara bisa lebih kecil. Saat besar, sang kakak akan menempatkan diri sebagai pelindung bagi adik, lho.
Namun kekurangan jarak ini adalah anak pertama dan kedua kemungkinan tidak bisa ngobrol seasyik jarak usia 1-2 tahun. Terutama ketika tumbuh dewasa, rasa “segan” akan jarak usia ini kemungkinan besar muncul.
Baca Juga: Mama, Ini Tips Mengatasi Sibling Rivalry pada Anak
Jarak antar anak 5 tahun atau lebih
Nah, jarak usia ini sering menimbulkan pro-kontra di berbagai kalangan. Sebagian berpendapat 5 tahun ke atas merupakan jarak yang ideal, namun sebagian lainnya menolak. Kelebihan jarak usia anak 5 tahun atau lebih adalah membuat orangtua lebih rileks dan terhindar dari stres.
Antara orangtua dan anak akan memiliki momen kebersamaan yang cukup lama. Jadi, kebutuhan si kecil lebih diperhatikan. Namun kekurangan jarak usia anak mereka berkembang di tahap berbeda.
Ya, nantinya saat si kakak menginjak bangku perkuliahan, sang adik masih SMP. Hal ini punya dampak yang cukup besar secara psikologis. Karena hubungan antar saudara tersebut kemungkinan besar tidak terlalu erat.
Meskipun jarak yang terpaut jauh ini membuat orangtua lebih siap, namun di masa depan kedekatan keduanya justru sulit dibentuk.
Namun sebenarnya tidak ada pakem ideal untuk menambah anak dari kacamata psikologi. Berbagai argumen di atas dibuat dari kurasi berbagai sumber untuk dijadikan pertimbangan dari orangtua.
Baca Juga: 5 Fakta Seputar Anak Sulung, Orangtua Wajib Tahu!