Preeklampsia pada ibu hamil punya dampak yang tidak main-main, dan tidak boleh dibiarkan begitu saja. Kenali gejala dan penyebab preeklampsia agar bisa dilakukan pencegahan sedini mungkin.
Ibu hamil harus benar-benar hati-hati dalam menjaga kesehatan. Pasalnya, ada beragam penyakit berbahaya yang mengintai selama masa kehamilan, salah satunya preeklampsia. Sampai saat ini para ahli masih terus mendalami faktor penyebab preeklampsia selama masa kehamilan.
Namun yang pasti, preeklampsia atau tekanan darah tinggi selama masa kehamilan punya dampak yang buruk baik bagi ibu maupun janin. Preeklampsia yang dibiarkan berlarut dapat memicu kerusakan organ, kelahiran prematur, bayi lahir berat badan rendah, hingga pertumbuhan janin terhambat.
Penyebab Preeklampsia
Sejauh ini preeklampsia pada ibu hamil diduga karena adanya gangguan perkembangan pada plasenta. Hal ini disebabkan adanya masalah pada pembuluh darah pemasok plasenta. Plasenta sendiri merupakan salah satu organ penting yang berfungsi untuk menyalurkan darah dari ibu ke bayi dalam kandungan.
Penyebab preeklampsia diduga juga berhubungan dengan faktor genetik atau riwayat keluarga. Meski begitu, belum ada penelitian khusus yang membahas mengenai faktor penyebab preeklampsia karena faktor genetik ini.
Selain riwayat genetik, adanya permasalahan pada pembuluh darah juga bisa menjadi penyebab preeklampsia. Pada beberapa orang, pembuluh darah bisa menyempit dan tidak merespon hormon stimulan. Hal inilah akhirnya menyebabkan penurunan jumlah darah dalam tubuh.
Di sisi lain, plasenta yang tidak berfungsi dengan baik juga dapat menjadi penyebab preeklampsia selama kehamilan. Biasanya hal ini dikarenakan ibu hamil tidak mengonsumsi nutrisi yang dibutuhkan selama kehamilan.
Faktor-faktor lain yang juga dapat meningkatkan risiko preeklampsia pada ibu hamil, yaitu pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, kehamilan pertama, ibu hamil yang obesitas, kehamilan kembar, serta usia ibu hamil di atas 35 tahun.
Di samping itu, jarak kehamilan lebih dari 10 tahun dari kehamilan sebelumnya juga memperbesar risiko preeklampsia pada ibu hamil.
Baca Juga: 8 Makanan yang Dilarang Dikonsumsi Ibu Hamil, Bahaya!
Gejala-Gejala Preeklampsia
Serupa dengan tekanan darah tinggi pada umumnya, preeklampsia ditandai dengan tekanan darah yang mencapai 140/90 mmHg atau lebih. Untuk tenda-tanda fisik, umumnya ibu hamil yang mengalami preeklampsia akan merasakan sakit kepala berat secara terus menerus, gangguan penglihatan, serta disertai mual dan muntah.
Selain itu dalam beberapa kasus preeklampsia pada ibu hamil juga menimbulkan gejala nyeri di ulu hati, proteinuria (ditemukan protein dalam urin), sesak napas, pusing, lemas, frekuensi buang air kecil menurun, bengkak pada tungkai, hingga berat badan naik tiba-tiba.
Jika ibu hamil merasakan salah satu gejala di atas, lebih baik segera konsultasi ke dokter kandungan, ya.
Baca Juga: Ibu Hamil Minum Kopi, Apa Dampaknya bagi Janin?
Cara Mencegah Preeklampsia pada Ibu Hamil
Setelah memahami penyebab preeklampsia di atas, sebenarnya tidak ada cara khusus untuk pencegahan preeklampsia pada ibu hamil. Hanya saja, ibu hamil bisa melakukan beberapa perubahan pola hidup. Misalnya menjaga berat badan ideal, tidak mengonsumsi makanan tinggi garam, dan rajin berolahraga.
Jika Mama Papa memiliki riwayat hipertensi sebelum kehamilan, sebaiknya konsultasikan kondisi tersebut pada dokter secepatnya, ya. Biasanya dokter akan memberikan suplemen vitamin dan mineral untuk mencegah preeklampsia selama masa kehamilan.
Baca Juga: 5 Mitos Ibu Hamil Saat Masa Kehamilan, Ini Faktanya!