Meski emosi memuncak, namun dalam menghukum anak kita enggak boleh gegabah. Selain harus tegas dan memberikan efek jera, hukuman untuk anak juga harus tetap ada sisi edukatif.
Mama Papa, dalam masa pertumbuhan anak ada kalanya tingkah laku si kecil di luar batas kesopanan atau melanggar aturan. Ada kalanya kita akan merasa sangat gemas dengan anak, dan memberikan hukuman untuk anak berupa cubitan, bahkan parahnya hingga memukul anak. Jelas, hal tersebut tidak dibenarkan!
Tetap ada aturan yang tidak boleh dilanggar dalam memberi hukaman untuk anak, seperti kekerasan fisik, atau mengucapkan kata-kata kasar pada anak. Tetap ada, kok, hukuman untuk anak yang membuatnya jera, namun tetap mendidik dan aman bagi anak.
Yuk, kita sama-sama belajar mengenai cara memberi hukuman untuk anak tanpa kekerasan, namun tetap edukatif.
Masa renungan
Meski sedang emosi, kita tetap tidak boleh mengucapkan kalimat-kalimat yang membentak pada anak. Untuk menghindari konflik, hal pertama yang harus kita lakukan dalam memberikan hukuman untuk anak adalah ‘masa merenung’.
Diamkan anak dalam waktu tertentu, dan perintahkan mereka untuk merenungi kesalahannya. Pada momen ‘diam’ ini kita juga bisa mengontrol emosi agar tidak mengucapkan kalimat kasar pada anak.
Setelah beberapa jam, ajak anak berdiskusi mengenai kesalahannya. Jangan lupa menanyakan alasan mengapa si kecil melakukan kesalahan tersebut. Hukuman untuk anak satu ini sangat edukatif, terutama hingga anak menginjak usia remaja.
Olahraga
Jika si kecil bukanlah tipe anak yang aktif, hukuman satu ini bisa banget dipilih. Berolahraga merupakan hukuman yang kurang menyenangkan, namun tetap bermanfaat dan tidak membahayakan.
Mama Papa bisa menerapkan hukuman berolahraga sebagai bentuk konsekuensi atas kesalahan yang bersifat rutinitas. Misalnya, jika anak lupa membereskan tempat tidur di pagi hari, maka mereka harus sit up sebanyak 10 kali, begitu seterusnya.
Memberikan tugas tambahan
Tugas tambahan adalah hal yang menyebalkan bagi semua orang, apalagi anak-anak. Maka hukuman untuk anak satu ini cukup inovatif diberikan pada anak. Hukuman ini akan membuat si kecil jera namun tidak membahayakannya.
Biarkan anak mengerjakan tugas-tugas rumah tambahan, misalnya menyapu halaman, mencuci piring, atau menyiram tanaman selama batas waktu tertentu. Selain memberikan efek jera, hukuman ini juga bisa melatih skill dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. Win-win solution, kan?
Baca Juga: 7 Cara Mengendalikan Emosi saat Marah pada Anak
Berikan konsekuensi logis
Terkadang memberikan nasihat setelah anak membuat kesalahan bukanlah metode penyelesaian masalah yang tepat. Pasalnya, tidak jarang anak hanya masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri saat dinasihati.
Untuk itu, Mama Papa perlu memberikan mereka konsekuensi logis sebagai bentuk hukuman. Misalnya, jika si sulung bertengkar dengan adiknya karena berebut mainan. Mama Papa tidak perlu memarahinya, cukup ambil saja mainan tersebut sehingga mereka tidak bisa memainkannya lagi.
Hal ini akan mendorong pemikiran logis pada anak, bahwa jika mereka berebut mainan justru tidak ada lagi yang bisa memainkan mainan tersebut.
Baca Juga: 5 Cara Mengatakan Tidak pada Anak agar Tidak Tantrum
Pencabutan hak istimewa
Saat anak menginjak usia 7 tahun ke atas, jenis hukuman inilah yang paling tepat dilakukan. Saat anak melakukan kesalahan, kita bisa langsung mendisiplikan dengan pelarangan atau pencabutan hak istimewa.
Contoh pencabutan hak istimewa berupa larangan menonton TV, bermain games dan gadget, atau hal lain yang disukainya dalam batas waktu tertentu. Bentuk hukuman untuk anak ini sangat efektif dalam memberikan efek jera. Lantas, kembalikan hak istimewa ini jika anak telah menunjukan perubahan, atau mengubah perilakunya yang salah.
Nah, itu 5 bentukan hukuman untuk anak yang edukatif, sehingga bisa membuat anak belajar dari kesalahannya. Mama Papa juga harus ingat, menghukum si kecil harus dengan niat mendisiplinkan, ya.
Jangan sampai hukuman malah membuat anak trauma, bahkan kehilangan kepercayaan diri. Jadi, kita harus menghindari kekerasan, baik dalam versi verbal maupun fisik.
Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Anak Pemarah, Orangtua Wajib Tahu