Virus COVID-19 varian delta telah menyebar di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Konon, varian delta jauh lebih ganas dibanding lainnya. Oleh sebab itu, kita harus melakukan penanganan dini dengan mengenali gejala COVID-19 varian delta.
Hingga pertengahan 2021, virus COVID-19 varian delta dilaporkan telah ditemukan di 74 negara, termasuk di Indonesia. Gejala COVID-19 varian delta ini jauh lebih berbahaya dan lebih cepat menyebar dibandingkan varian virus COVID-19 lainnya.
Dikutip dari laporan Kompas.com, hingga 14 Juli 2021 total ada 615 kasus COVID-19 varian delta di Indonesia. Jakarta menjadi wilayah dengan sebaran terbesar, yakni 264 kasus. Adanya varian delta ini tentu semakin meresahkan dan menimbulkan kecemasan. Terlebih beberapa gejala COVID-19 varian delta terlihat seperti masalah kesehatan umum.
Nah, agar kita tidak terkecoh, berikut ini beberapa gejala COVID-19 varian delta yang cukup berbeda dari varian virus COVID-19 lainnya:
Kelelahan
Gejala COVID-19 varian delta dapat dilihat dari rasa kelelahan hingga tahap yang ekstrem. Umumnya, rasa lelah ini dapat berlangsung hingga waktu yang lama, bahkan setelah virus hilang.
Dalam sejumlah khasus menunjukkan, orang-orang yang telah pulih dari COVID-19 varian delta masih sering merasa kelalahan dan kekurangan energi. Biasanya rasa lelah ini akan hilang pasca beberapa minggu recovery.
Pilek
Gejala COVID-19 varian delta satu ini disebut-sebut sebagai satu yang paling dikhawatirkan. Pasalnya, pada varian-varian yang sebelumnya jenis batuk yang terjadi hanya batuk kering. Tidak disertai dengan pilek atau hidung tersumbat.
Hal ini cukup mengkhawatirkan, sebab sebagian orang bisa saja merasa dirinya hanya sedang terkena flu biasa. Padahal, bisa jadi pilek yang dialaminya adalah gejala COVID-19 varian delta.
Sakit kepala
Sebagian besar pasien kasus COVID-19 varian delta mengeluhkan sakit kepala tak tertahankan. Gejala ini muncul ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi merespons virus COVID-19 dengan melepaskan bahan kimia sitokin.
Sitokin memberikan efek peradangan yang dapat dirasakan sebagai sakit di korteks serebral otak. Maka dari itu, ketika kita mengalami sakit kepala yang cukup berat, hingga 8 jam atau lebih, sebaiknya diwaspadai, ya.
Nyeri
Masih sejalan dengan poin sebelumnya, virus COVID-19 varian delta menyebabkan adanya peradangan pada jaringan otot. Hal ini bisa menyebabkan rasa nyeri otot, karena kerusakan serat otot yang dipicu oleh virus varian delta.
Perbedaan nyeri otot sebagai gejala varian delta dengan nyeri otot biasa agak sulit dibedakan. Namun umumnya, nyeri otot biasa akan sembuh setelah 48-72 jam. Sementara nyeri otot akibat COVID-19 varian delta bertahan lebih dari 72 jam.
Jika mengalami gejala tersebut, segera lakukan pengompresan dengan es. Jangan segan untuk pergi ke dokter atau melakukan SWAB antigen, jika nyeri otot masih terus berlanjut dari durasi normal.
Baca Juga: Jangan Panik, Ini 7 Penyebab Nyeri Dada Sebelah Kiri
Gangren
Gangren adalah munculnya jaringan tubuh mati karena kehilangan suplai darah. Gejala ini dapat memengaruhi banyak bagian tubuh, mulai dari jantung hingga jari-jari. Ciri gangren adalah kulit terasa dingin, nyeri hebat, hingga mati rasa.
Pada virus COVID-19 varian delta, ciri inilah yang menjadi pembunuh selanjutnya; selain sesak napas. Tahap awal gangren bisa ditandai dengan infeksi merah dan bengkak pada kulit.
Hilang nafsu makan
Selain gejala COVID-19 varian delta yang berhubungan dengan kesehatan fisik, ciri lain varian delta adalah hilangnya nafsu makan. Biasanya varian delta bisa menyebabkan seseorang kehilangan nafsu makan hingga sakit perut.
Untuk menghindari virus COVID-19 varian delta, Mama Papa dihimbau untuk menggunakan masker dobel. Selalu patuhi protokol kesehatan, dan pastikan jika kita tidak keluar rumah; kecuali keadaan penting, ya.
Meski berdiam diri di rumah menimbulkan kebosanan, namun inilah satu-satunya cara untuk menjaga diri kita dan orang sekitar. Mari saling menjaga dengan menjalankan protokol kesehatan dan karantina mandiri.
Baca Juga: Masker Dobel Efektif Cegah COVID-19, Begini Aturannya