Sekarang sudah banyak milenial yang melek investasi saham. Sayangnya, masih ada beberapa orang yang tergiur saham gorengan karena memberikan keuntungan yang sangat besar. Lantas, benarkah saham yang digoreng bikin untung?
Kalau Mama Papa mengikuti perkembangan saham, tentu sudah sangat familiar dengan sebutan “saham gorengan”. Yup, saham gorengan memang menjadi salah satu topik panas di dunia investasi saham karena memberikan keuntungan yang sangat tinggi, namun akhirnya justru bikin buntung, alis rugi!
Mengutip dari laman idxchannel.com, saham gorengan adalah saham yang naik dan turunnya harga saham direkayasa untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek.
Ibaratnya, saham-saham tersebut “digoreng” oleh beberapa oknum, agar saham tersebut mengalami kenaikan yang luar biasa. Untuk kualitas sahamnya tentu tidak perlu ditanyakan, yaitu cenderung buruk dan berisiko tinggi merugikan kita sebagai investor.
Lantas, apa yang harus dilakukan investor pemula agar tidak terjebak saham gorengan? Yuk, kenali beberapa ciri saham gorengan yang harus kita waspadai:
Terdaftar di Unusual Market Activity (UMA)
Seperti yang kita tahu, saham gorengan memiliki pergerakan saham yang cukup ekstrem. Pergerakan yang tidak masuk akal inilah yang menyebabkan saham gorengan mendapat teguran dari BEI, dan masuk ke dalam daftar Unusual Market Activity (UMA).
FYI, saham yang masuk dalam daftar UMA disebabkan karena kenaikan yang dianggap ekstrem dalam waktu 2 hari. Biasanya, akan masuk kategori “ekstrem” apabila kenaikan saham mencapai batas terbesar harian (Auto Reject Atas; ARA), baik 20%, 25%, atau hingga 35% per hari tergantung dari harga sahamnya.
Harga saham cenderung murah
Mengenali ciri saham gorengan itu tidak sulit, karena salah satunya ditandai dengan harga saham cenderung murah. Tidak main-main, bahkan saham yang akan digoreng nilainya antara Rp50 hingga Rp100!
Memang, harga murah terkadang membuat kita sebagai investor tergiur. Hanya saja, untuk tahap ini kita harus menyiapkan strategi yang matang agar tidak rugi dan bikin trauma, ya!
Transaksi yang tidak wajar
Ciri saham gorengan selanjutnya adanya transaksi yang tidak wajar. Mengutip dari laman ajaib.co.id, umumnya saham yang digoreng berasal dari emiten yang kapitalisasi pasarnya kecil.
Bisa dibilang saham tersebut berasal dari perusahan yang masih berkembang, atau masuk saham lapis tiga (small-cap stocks). Biasanya, saham lapis tiga memiliki nilai transaksi lebih rendah dibandingkan dengan saham lapis satu (blue chip).
Sehingga, apabila nilai transaksi harian saham lapis tiga meningkat jauh, dan lebih tinggi dibandingkan saham lapis satu, Mama Papa harus waspada kalau saham sedang digoreng.
Baca Juga: 10 Istilah Saham yang Wajib Investor Pemula Ketahui
Bid dan offer yang tidak wajar
Bukan hanya itu saja, ciri saham yang digoreng selanjutnya adalah bid dan offer yang tidak wajar. Kok, bisa?
Seperti yang kita tahu, bid adalah antrian membeli saham di harga terendah. Kemudian offer adalah antrian menjual saham di harga tertinggi. Ternyata, saham gorengan memiliki transaksi dalam jumlah besar, namun bid dan offer sangat tipis.
Naik turun harga saham yang tidak wajar
Kenaikan harga saham itu adalah hal yang sangat wajar. Namun, kalau harga saham cenderung naik-turun secara ekstrem atau tidak wajar tentu kita harus waspada. Karena bisa saja ini menandakan saham sedang digoreng!
Contohnya, harga saham A awalnya berada di Rp500, namun tiba-tiba naik menjadi Rp800. Mungkin awalnya terlihat cuan, namun hati-hati karena dalam hitungan jam bisa anjlok lebih rendah dibandingkan harga awal, lo!
Itulah beberapa ciri saham gorengan yang perlu Mama Papa waspadai saat akan investasi saham. Agar tidak terjebak, pastikan selalu memantau dan memilih saham yang tepat.
Sebagai referensi, Mama Papa bisa mengetahui cara memilih saham yang tepat di sini. Semoga membantu, dan selamat berinvestasi saham!