Tidak selamanya investasi properti menguntungkan. Tanpa perhitungan yang tepat instrumen investasi ini juga berisiko rugi. Pahami kelemahan investasi properti yang harus Mama Papa ketahui sebelum membeli.
Investasi properti masih dianggap menggiurkan dibandingkan instrumen investasi lainnya. Menurut proyeksinya, jenis investasi ini punya potensi lebih besar menghasilkan keuntungan di masa depan. Harga jualnya pun diprediksi terus naik, berbeda dengan instrumen investasi lain yang fluktuatif, seperti investasi saham misalnya.
Walau begitu, bukan berarti kita bisa asal membeli properti. Meski terlihat menguntungkan, tapi investasi properti juga punya kelemahan, lo!
Maka dari itu, sebelum Mama Papa membeli sebuah properti, baca dulu 7 kelemahan investasi properti berikut ini:
Beban perawatan
Salah satu kelemahan properti yang tampak di depan mata adalah beban perawatan. Berbeda dengan instrumen investasi lain, yang cenderung tanpa perawatan dan seakan bergerak sendiri, properti butuh perawatan tambahan dalam beberapa waktu.
Saat genteng bocor misalnya, mau enggak mau kita harus menyediakan uang tambahan untuk memperbaikinya, baik itu biaya bahan hingga biaya tukang. Karena itulah jika ingin investasi properti pastikan Mama Papa sedia uang dingin untuk biaya perawatan tak tertuga.
Memerlukan modal besar
Semua investasi memang perlu modal, tapi tidak sebesar investasi properti. Baik secara tunai maupun cicilan, jumlah uang untuk membeli sebuah properti tergolong sangat besar.
Tanpa modal yang besar, membeli properti sangat sulit untuk berjalan dengan maksimal. Misalnya saja pembelian lahan, jika Mama Papa hanya memiliki dana kecil tentu tanah di lokasi yang strategis sulit untuk didapatkan.
Begitu pun saat akan melalukan cicil KPR yang harus memerhatikan biaya cicilan setiap bulannya, yang cukup menguras dompet.
Investasi jangka panjang
Investasi properti merupakan jenis investasi jangka panjang; long term investment. Meski akan mendatangkan keuntungan yang cukup besar, namun kita harus bersabar.
Contohnya ketika ingin menyewakan properti, butuh waktu sedikit lebih panjang untuk mendapatkan penyewa. Belum lagi proses negosiasi yang dilakukan untuk menentukan harga sewa yang pas.
Depresiasi bangunan
Kelemahan aset properti juga terletak pada penyusutan nilai bangunan. Semakin berumur suatu bangunan otomatis standar kualitas juga ikut menurun. Apalagi properti juga sangat rawan dengan risiko kerusakan akibat bencana alam; gempa dan banjir.
Makanya jika ingin menjual aset properti, mau enggak mau kita harus sedikit melakukan renovasi agar menarik minat pembeli. Hal ini pun cukup memakan biaya sehingga keuntungan yang didapat tidak bisa maksimal.
Risiko kekosongan
Kelemahan yang cukup sering terjadi saat berinvestasi properti adalah kekosongan bangunan. Pasalnya tidak ada yang bisa menjamin bangunan yang kita sewakan langsung mendapatkan penyewa. Jadi kita harus lebih bersabar untuk mendapat pemasukan dari sewa properti
Baca Juga: 5 Tips Memulai Investasi Rumah untuk Pemula
Sulit untuk dijual cepat
Kekurangan aset properti adalah tidak bisa digunakan sebagai dana darurat. Pasalnya jenis investasi ini tidak bisa dijual cepat seperti investasi lain. Berbeda dengan saham yang bisa dijual cepat karena likuiditas tinggi.
Aset properti memiliki nilai likuiditas yang tergolong rendah. Makanya jika ingin menabung untuk dana darurat, properti kurang disarankan.
Baca Juga: Memilih Tanah untuk Investasi? Pahami Untung Ruginya
Lokasi menentukan keuntungan
Jika ini mulai investasi properti maka kita harus paham soal letak dan lokasi dari properti tersebut. Tempat yang strategis dan terjangkau tentu akan menjadi nilai tambah bagi aset properti yang kita miliki.
Begitu pun sebaliknya, kalau aset properti kita berada di lokasi kurang strategis. Bisa jadi keuntungannya tidak maksimal. Dengan kata lain, keuntungannya sulit diprediksi.
Walau begitu, Mama Papa juga masih bisa mempertimbangkan Keuntungan Investasi Properti yang didapatkan.