Setiap orangtua pastinya memiliki sifat protektif agar anak selalu aman dari bahaya di luar. Masalahnya, terlalu protektif juga berdampak buruk bagi kondisi psikologis si kecil, lo! Dalam jangka panjang, overprotective menyebabkan anak penakut, tidak percaya diri, dan berisiko depresi.
Sebagai orangtua, tentu kita ingin tumbuh kembang anak optimal, dan selalu aman dari bahaya di luar. Masalahnya, demi memberikan “perlindungan dan layanan terbaik”, membuat banyak orangtua terlalu protektif pada anak. Padahal, terlalu protektif pada anak berdampak buruk bagi kondisi psikologi si kecil, lo, Mama Papa!
Pasalnya, sifat overprotective atau protektif berlebihan pada anak secara tidak langsung akan membuat kita terus memantau pergerakan si kecil. Kondisi inilah yang menyebabkan anak merasa tidak bebas, selalu dibatasi, hingga tertekan.
Parahnya lagi, sifat orangtua yang terlalu protektif bisa berdampak buruk bagi masa depan anak. Tidak main-main, kondisi ini bisa menyebabkan anak merasa tidak percaya diri, bergantung dengan orang lain, serta berisiko stres dan depresi.
Untuk mencegah hal buruk tersebut, yuk, kenali 7 dampak negatif terlalu protektif pada anak di bawah ini:
Anak penakut
Rasa takut dan khawatir berlebihan yang dirasakan orangtua ternyata bisa menular pada anak, lo! Parahnya, kondisi ini dapat menyebabkan si kecil menjadi anak yang penakut di masa mendatang.
Rasa takut yang berlebihan menyebabkan si kecil ragu mencoba hal baru. Bahkan, saking seringnya diawasi kedua orangtuanya, anak menjadi merasa takut dan kurang nyaman apabila Mama Papa tidak mengawasinya.
Tidak percaya diri
Selain penakut, terlalu protektif juga berisiko menyebabkan si kecil tumbuh menjadi sosok yang tidak percaya diri. Wajar saja, kondisi ini disebabkan karena anak terbiasa diatur oleh kedua orangtuanya.
Bahkan, menurut jurnal dari Cambridge University Press, yang dikutip Hellosehat menjelaskan, orangtua yang terlalu protektif bisa menyebabkan anak menjadi sosok yang berkecil hati, takut mengambil risiko, dan tidak punya inisiatifnya sendiri.
Baca Juga: 4 Cara Mengatasi Anak yang Pemalu agar Lebih Percaya Diri
Sering bergantung dengan orang lain
Karena sifat orangtua yang sering “turun tangan”, ternyata menyebabkan anak terbiasa untuk bergantung dengan Mama Papa. Bukan hal yang patut dianggap remeh. Pasalnya, kebiasaan tersebut dapat menyebabkan anak tumbuh menjadi sosok yang sering bergantung dengan orang lain, dan sulit mengambil keputusan dalam hidup.
Sering berbohong
Tahukah Mama Papa, ternyata sifat yang terlalu protektif menyebabkan anak sering berbohong kepada orangtua, lo! Apa hubungannya?
Seperti yang kita tahu, tidak jarang sifat protektif orangtua membatasi pergerakan anak. Bahkan, tidak jarang kita cenderung melarang anak untuk melakukan sesuatu. Dengan alasan: demi keselamatan anak dari bahaya di luar sana.
Akibat sifat orangtua yang terlalu mengekang inilah yang menyebabkan anak muak. Alhasil, anak akan sering berbohong demi melakukan hal yang diinginkan, tanpa sepengetahuan orangtua.
Berisiko menjadi korban bullying
Mengutip dari Hellosehat, menurut penelitian dari University of Warwick menjelaskan, orangtua yang terlalu protektif pada anak justru berisiko menyebabkan si kecil menjadi korban bullying di sekolah. Kondisi ini disebabkan karena anak tidak bisa bersikap tegas dalam menghindari perundungan.
Baca Juga: Kenali 8 Tanda Anak Menjadi Korban Bullying di Sekolah
Merasa cemas
Dampak negatif terlalu protektif berikutnya dapat menyebabkan anak sering merasa cemas. Perasaan mudah cemas disebabkan karena sifat Mama Papa yang terlalu sering mencegah, dan mengekang anak melakukan sesuatu. Alhasil, anak takut melakukan kesalahan dan cemas melakukan hal baru.
Tentu saja perasaan mudah cemas yang dialami anak bukanlah masalah yang patut dianggap remeh. Pasalnya, dalam jangka panjang sering cemas berdampak buruk bagi kondisi psikologis anak, lo!
Stres dan depresi
Sifat orangtua yang terlalu protektif turut menyebabkan anak stres dan depresi. Bahkan, ada sebuah penelitian yang menyebutkan: penyebab utama anak stres adalah pengawasan orangtua yang berlebihan dalam kegiatan akademis dan non-akademis yang dilakukan si kecil.
Kondisi tentu saja cukup masuk akal. Mengingat, anak terus-terusan merasa cemas dan takut melakukan kesalahan. Dari kedua hal tersebutlah yang membuat anak menjadi lebih rentan stres dan depresi.
Nah, itulah beberapa dampak negatif terlalu protektif pada anak yang perlu Mama Papa waspadai.
Memang, protektif pada anak termasuk salah satu tanda peduli. Hanya saja, pastikan Mama Papa untuk tidak protektif secara berlebihan kepada si kecil. Sehingga, ke depannya anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri.
Baca Juga: Jangan Memarahi Anak di Depan Umum, Ini Dampaknya!