Terlambat mendeteksi speech delay bisa merugikan anak-anak, lo! Makanya, kita sebagai orangtua diimbau untuk lebih waspada dalam mengenal ciri-ciri speech delay pada anak. Sebab, ciri-ciri ini sudah bisa dilihat sejak usia 15 bulan. Jadi kita bisa melakukan penanganan yang tepat.
Seringkali orangtua terlambat menangani anak yang mengalami speech delay. Padahal jika kita tahu anak mengalami ciri-ciri speech delay lebih awal, kemampuan anak untuk mengejar ketertinggalan ini bisa lebih cepat, lo!
Speech delay sendiri merupakan masalah keterlambatan bicara pada anak yang terjadi karena beberapa hal. Mulai dari gangguan pada mulut, masalah pendengaran, infeksi telinga, sampai kurang stimulus.
Semakin dini kita mengenal ciri speech delay pada anak, semakin baik untuk pertumbuhan anak. Jika ciri-ciri speech delay di bawah ini muncul pada anak, segera konsultasikan dengan dokter spesialis agar mendapatkan solusi yang tepat, ya.
Tidak mengoceh di usia 15 bulan
Anak dengan rentang usia 12-15 bulan seharusnya sudah mulai bisa mengoceh. Ada banyak hal yang coba dibicarakan anak-anak menggunakan bahasanya sendiri di usia ini.
Walaupun kosakatanya masih terbatas, namun pada tahapan usia ini anak mulai bisa menyebutkan kata-kata sederhana yang sering didengarnya. Kata-kata yang disusun dari huruf P, B, M, D, dan N biasanya lebih dulu disebutkan anak karena mudah.
Contoh ucapan sederhana anak di usia 15 bulan antara lain: mama, papa, cucu, dada, dan lainnya. Nah, kalau si kecil belum mengoceh sama sekali di usia ini, Mama Papa wajib waspada. Sebab, hal ini bisa menjadi ciri awal anak mengalami speech delay.
Anak tidak berbicara di usia 2 tahun
Memasuki usia 2 tahun, kemampuan bicara anak idealnya meningkat drastis. Pada usia ini si kecil umumnya telah mampu mengatakan kurang lebih 50 kata. Memasuki usia 2 tahun, anak juga mulai menggabungkan dua kata untuk membentuk kalimat sederhana.
Mereka bisa mengenali gambar dan menunjuk anggota tubuh yang dimiliki. Ocehan si kecil juga semakin jelas pada tahapan usia ini.
Nah, ketika anak enggan berbicara atau masih mengungkapkan keinginan dengan menangis di usia 2 tahun, Mama Papa perlu curiga. Karena hal ini bisa menjadi ciri speech delay pada anak.
Kesulitan mengikuti petunjuk
Antara usia 2-3 tahun, anak juga mulai mengerti dan memahami kalimat perintah sederhana. Misal, “Adik, sekarang waktunya tidur”, atau “Tolong ambilkan boneka”.
Jika anak tidak merespons kalimat petunjuk seperti ini, ada kemungkinan ia memiliki ciri speech delay. Biasanya anak juga kesulitan memberi petunjuk karena adanya masalah bicara.
Makanya, mereka cenderung tantrum jika merasa frustasi untuk memberikan petunjuk. Tantrum adalah satu-satunya cara menunjukkan keinginan dan perhatian bagi anak yang mengalami speech delay.
Artikulasi yang buruk
Mama Papa, umumnya anak mulai bisa mengucapkan kalimat dengan artikulasi yang jelas memasuki usia 3 tahun. Meskipun artikulasi ini hanya meliputi kata-kata yang mudah diucapkan saja.
Sedangkan ciri speech delay ditandai dengan kesulitan untuk mengucapkan artikulasi yang benar. Di kala teman-teman seusianya sudah bisa mengucapkan kalimat yang dapat dipahami, anak yang mengalami speech delay belum mampu melakukannya.
Mereka cenderung kesulitan untuk mengikuti artikulasi yang berlaku, sehingga bikin orang lain gagal paham akan ucapannya.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Speech Delay pada Anak di Rumah
Sulit membuat kalimat
Menginjak usia 3 tahun ke atas, pencapaian anak dalam hal berbicara sudah meningkat signifikan. Mereka mulai bisa menyusun kalimat dari gabungan beberapa kata-kata. Meskipun sederhana, tapi anak mulai bisa mengungkapkan perasaan, keinginan, atau hal-hal lain dalam sebuah kalimat.
Anak yang mengalami speech delay hal ini belum bisa dilakukan. Mereka cenderung sulit mengingat kata, sehingga belum mampu membuat sebuah kalimat. Alhasil, anak dengan speech delay lebih memilih tantrum karena kesulitan untuk mengungkapkan keinginannya. Tantrum ini bisa masuk dalam kategori ringan maupun parah, lo, ya!
Nah, itulah lima ciri speech delay pada anak yang harus Mama Papa waspadai. Meski beberapa ciri-ciri di atas ada pada anak jangan buru-buru self diagnose, ya. Konsultasikan dulu dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.