Mama Papa, mungkin masih agak asing dengan istilah parenting satu ini. Kata helicopter parenting sedang naik daun bersamaan dengan nama Yolanda Hadid. Konon, pola asuh helicopter parenting ini punya dampak buruk bagi anak. Mengapa demikian? Simak penjelasan pada artikel berikut ini.
Nama Yolanda Hadid sempat jadi bahan perbincangan beberapa waktu lalu. Netizen menyoroti pola asuh Yolanda terhadap putrinya, Gigi Hadid. Banyak cuplikan video yang menunjukan kalau Yolanda menggunakan pola asuh helicopter parenting pada Gigi.
Ciri-ciri pola asuh helicopter parenting adalah selalu mengontrol anak dalam setiap tindakan dan pilihannya. Meski tampak baik, gaya pengasuhan ini sebenarnya menyimpan dampak buruk bagi psikologi anak dalam jangka panjang.
Mama Papa, anak memiliki haknya tersendiri untuk menentukan hidupnya ke depan. Memberi nasihat itu baik, namun terlalu mengaturnya adalah sikap yang kurang bijak.
Lantas, apa saja dampak buruk dari pola asuh helicopter parenting bagi anak?
Kepercayaan diri menurun
Pola asuh helikoper yang diterapkan orangtua akan menjadi sebuah bumerang di masa depan. Pola asuh ini akan menghambat pertumbuhan anak menjadi sosok yang mandiri. Akibatnya, kepercayaan diri anak ikut menurun.
Sikap orangtua yang terlalu mengatur akan membuat anak ragu terhadap kemampuannya sendiri. Mereka cenderung tumbuh jadi sosok yang takut akan kegagalan, sehingga enggan mencoba hal baru.
Tidak bisa memecahkan masalah
Terlalu sering memberikan anak perintah bikin mereka kurang terasah untuk menyelesaikan masalah, lo! Anak tidak belajar mengenai problem solving, dan berujung kebingungan ketika dipertemukan dengan masalah, apalagi tidak ada orangtuanya.
Biasanya anak yang besar dari didikan helicopter parenting kesulitan untuk mengatasi rasa kecewa akibat gagal dan rasa kehilangan. Tentu tidak mau bukan si kecil tumbuh jadi anak yang tidak bisa menyelesaikan masalah?
Baca Juga: Pola Asuh Demokratis, Bebaskan Anak Tetap Ada Aturannya
Tingkat kecemasan tinggi
Studi menunjukan, helicopter parenting juga bisa meningkatkan kecemasan dan depresi pada anak sejak dini. Hal ini disebabkan karena anak tidak pernah diberikan kesempatan untuk mengenal dunia dengan bebas.
Alhasil mereka selalu ketakutan dan overthinking ketika mencoba hal-hal yang baru. Jika terus-menerus dibiarkan, hal ini bisa menjadi salah satu penyebab anak mengalami masalah mental, lo!
Meningkatkan sifat egois
Anak-anak yang terlalu sering berada di bawah perintah orangtua punya rasa kepemilikan dan egois lebih tinggi dibandingkan anak lainnya. Sifat egois yang tinggi ini memungkinkan anak tumbuh jadi sosok yang tidak bisa menghargai orang lain. Dengan kata lain, anak-anak hasil didikan helicopter parenting akan tumbuh jadi sosok yang dominan dan arogan.
Hidup tidak berkembang
Mama Papa, kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah; atau belajar keterampilan dasar, sebenarnya dimulai sejak anak-anak. Kebanyakan anak di bawah pengasuhan helicopter parenting tidak mendapatkan kesempatan untuk belajar hal dasar tersebut.
Sebab, keterampilan-keterampilan yang seharusnya bisa dicobanya malah dibereskan oleh orangtuanya. Alhasil anak akan kesulitan jika harus menyelesaikan hal-hal sederhana, padahal masih bisa dilakukan teman sebayanya.
Anak tidak terbiasa menghadapi tekanan
Terbiasa hidup diatur bikin anak terlena dengan kenyamanan. Hal ini bisa jadi bumerang karena lama-kelamaan anak akan keteteran jika harus dihadapkan dengan tekanan. Ketahanan anak untuk menghadapi masalah lebih rendah dibandingkan anak lainnya.
Saat beranjak dewasa, bisa jadi anak mengalami depresi karena bertemu dengan tekanan. Padahal, tidak mungkin hidup berjalan tanpa masalah dan tekanan, bukan?
Tidak bisa berpikir kreatif
Karena selalu diatur oleh orangtua, anak jadi tidak terbiasa berpikir kreatif. Padahal, kreativitas lahir saat kondisi kepepet atau tertekan, lo! Nah, kreativitas yang tidak diasah sejak kecil bikin anak tidak mampu bersaing saat dewasa. Hal ini tentu kurang baik untuk kesuksesan anak di masa depan.
Itu dia tujuh dampak helicopter parenting pada anak yang harus orangtua ketahui. Agar si kecil tidak mengalaminya, ajarkan anak untuk mandiri sejak kecil.
Keinginan untuk memberikan yang terbaik untuk anak memang bagus. Tapi jangan sampai Mama Papa malah mendominasi pilihan si kecil, ya.