Satu hal yang tidak boleh kita lupakan saat akan mulai berinvestasi, yakni profil risiko. Setidaknya ada 4 jenis profil yang wajib banget kita pahami sebelum mulai investasi. Yuk, baca penjelasan lengkapnya pada artikel di bawah ini sampai kelar, dan cari tahu seperti apa profil risiko yang cocok untuk Mama Papa.
Sebelum berinvestasi, bagi para investor pemula wajib banget memahami tentang profil risiko investasi. Singkatnya, profil risiko investasi adalah indikator untuk mengetahui tingkat toleransi seseorang terhadap risiko saat berinvestasi.
Dengan mengetahui profil risiko, kita bisa lebih mudah menentukan instrumen investasi yang tepat. Tujuannya supaya portofolio yang kita bangun semakin menguntungkan.
Setidaknya ada 4 tipe profil risiko investasi yang wajib kita ketahui, yaitu sangat konservatif, konservatif, moderat, dan agresif.
Buat para pemula, berikut ini perbedaan dari setiap profil risiko investasi:
Sangat konservatif
Investor dengan profil risiko investasi sangat konservatif akan mengedepankan keutuhan nilai pokok investasi. Ia tidak ragu jika harus melepas potensi keuntungan yang lebih besar, asalkan tidak memiliki peluang rugi.
Biasanya, tipe investor ini hanya berinvestasi untuk jangka pendek; kurang dari satu tahun. Ciri investor sangat konservatif adalah tidak dapat membiarkan risiko kerugian nilai pokok investasi sekecil apapun.
Ini bikin mereka cenderung memilih produk investasi berupa tabungan, deposito, maupun reksadana pasar uang yang dapat dicairkan dengan cepat. Ketiga jenis investasi ini juga menjanjikan bunga yang jelas sejak awal.
Konservatif
Tipe konservatif adalah tipe investor dengan profil risiko paling rendah kedua; setelah kategori sangat konservatif. Masih memegang teguh prinsip investasi “main aman”, investor konservatif memilih produk investasi dengan imbal hasil (return) yang cenderung stabil.
Mereka menginginkan keuntungan investasi yang stabil, dan penerimaan hasil investasi secara periodik. Berbeda dengan jenis investor sangat konservatif, investor konservatif masih menoleransi risiko meskipun dalam jumlah yang kecil.
Biasanya, tipe investor konservatif akan buru-buru melakukan pencairan dana investasi jika mulai terlihat ada penurunan nilai investasi. Profil ini cocok buat investasi jangka waktu 1-3 tahun. Instrumen investasi yang paling cocok untuk profil risiko ini adalah reksadana pasar uang.
Moderat
Selanjutnya adalah tipe investor dengan profil risiko sedang. Jenis profil risiko investasi ini biasanya memiliki tujuan finansial jangka menengah. Salah satu ciri tipe investor moderat adalah bisa menerima investasi yang punya risiko retur naik-turun; fluktuatif.
Investor moderat cenderung bisa menerima kerugian dalam berinvestasi. Tetapi tidak untuk risiko yang tergolong besar. Intinya, investor tipe moderat masih tetap berhati-hati dalam memilih instrumen investasi yang aman.
Tipe investor moderat umumnya berinvestasi untuk waktu 3-4 tahun. Profil risiko investasi ini cocok untuk berinvestasi pada reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran.
Agresif
Terakhir adalah profil risiko yang sangat cocok buat si penyuka risiko. Tipe investor agresif memiliki profil risiko yang paling tinggi. Seseorang dengan tipe investasi agresif sangat siap jika modal investasi pokoknya berkurang; atau bahkan hilang, demi imbal hasil yang tinggi.
Biasanya investor agresif adalah investor yang sudah punya jam terbang tinggi. Orang dengan profil investasi agresif sudah terbiasa terhadap fluktuasi pasar. Mereka juga siap menerima kemungkinan merugi hingga 100%, lo!
Selain itu, tipe investor agresif juga tidak takut menaruh modal di instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi antara lain: saham, reksadana saham, P2P lending, forex, dan komoditas. Biasanya, investor tipe agresif paling cuan jika dilakukan dalam jangka panjang; 5 tahun lebih.
Jadi, sebelum memulai berinvestasi, Mama Papa harus tahu mengenai profil risiko yang paling cocok untuk diri sendiri, ya! Hal ini bisa dilihat dari tujuan investasi, jangka waktu berinvestasi, dan kondisi keuangan.
Yuk, kita mulai berinvestasi dengan bijak!
Baca Juga: 7 Risiko Investasi yang Perlu Dipahami Investor Pemula