Sifat perfeksionis seringkali menjadi perdebatan, antara hal tersebut adalah sebuah kelebihan atau malah kekurangan. Nah, sebenarnya perfeksionisme baik atau buruk, ya?
Sampai saat ini kata perfeksionis masih menjadi pembahasan yang menarik. Enggak sedikit orang yang menyebutkan perfeksionis sebagai suatu keunggulan, namun tidak sedikit juga yang memandangnya sebagai kekurangan.
Perfeksionis identik dengan seseorang yang memiliki keinginan untuk serba sempurna. Namun jika dijabarkan dalam ciri-ciri kepribadian, berikut ini beberapa ciri perfeksionisme:
Butuh pengakuan
Tidak sekadar cukup dengan merasa sempurna, seorang yang perfeksionis juga butuh pengakuan dari orang lain. Seorang perfeksionisme cenderung butuh pengakuan jika dia telah melakukan pekerjaan dengan sempurna. Kebutuhan untuk diakui inilah yang membuat sifat perfeksionisme cenderung merugikan diri sendiri.
Harus jadi yang terbaik
Mengerjakan sesuatu sebaik mungkin terdengar sangat bagus. Namun jika alasannya karena keinginan mengalahkan orang lain, bisa jadi ini adalah tanda seorang perfeksionis.
Seorang yang ingin sempurna cenderung tidak puas jika belum memenangkan segala hal. Menurutnya, hidup hanya terdiri atas jawaban yang pasti. Misalnya jika salah sedikit berarti pekerjaan tersebut gagal. Padahal tidak selalu begitu, bukan?
Sempurna di segala hal
Ciri seorang perfeksionis yang paling terlihat adalah ingin selalu sempurna dalam segala hal. Memang ini adalah sikap yang positif, selama berada dalam koridor yang benar. Misalnya, bekerja sebaik mungkin, atau belajar yang rajin.
Sayangnya, dalam banyak kasus seseorang yang perfeksionis kesulitan mengontrol emosi sendiri setelah berusaha. Efeknya, mereka bisa merasakan kesedihan mendalam jika belum mampu mencapai ekspektasi yang diinginkan.
Sulit menerima saran dan kritik
Mendengar kata-kata yang kurang menyenangkan mengenai hasil kerjanya merupakan hal yang sulit bagi seorang perfeksionis. Mayoritas orang yang perfeksionis cenderung kesulitan membedakan antara komentar jahat dan kritik membangun. Alhasil, mereka sering merespon berlebihan terhadap kritik meskipun sifatnya membangun.
Memengaruhi orang untuk bekerja keras
Seseorang yang perfeksionis sangat senang mengajak orang lain mencapai standar yang diinginkannya. Mereka tidak jarang memberikan motivasi pada orang lain untuk bekerja lebih giat lagi. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, keinginan memotivasi orang lain bisa jadi sifat menuntut. Hal tersebut berisiko memunculkan konflik dengan rekan kerja.
Selalu memerhatikan detail
Kelebihan pribadi dengan sifat perfeksionisme adalah kemampuannya memerhatikan hal-hal kecil dengan detail. Perhatian terhadap sedetail mungkin ini merupakan kelebihan si perfeksionis yang jarang dimiliki oleh orang lain.
Suka menunda pekerjaan
Ternyata sering menunda pekerjaan juga bisa jadi ciri perfeksionis, lo. Ini karena pribadi yang menyukai kesempurnaan akan merasa sangat takut gagal. Oleh karena itu, alih-alih mengerjakan tugas, mereka lebih banyak memikirkan terlebih dahulu mengenai kemungkinan-kemungkinan dari hasilnya yang akan dia capai.
Perfeksionis Baik atau Buruk?
Nah, buat yang merasa memiliki ciri-ciri sebagai perfeksionis, enggak perlu minder. Sebenarnnya, perfeksionisme tidak seutuhnya buruk, kok. Asalkan kita mampu mengelola emosi dengan baik, sifat perfeksionisme bisa menjadi kelebihan.
Namun perfeksionisme yang tidak dikelola dengan baik berisiko merugikan diri sendiri dan orang lain. Kebutuhan untuk selalu diakui dengan sempurna menyebabkan munculnya rasa cemas, dan lelah sepanjang waktu. Standar tinggi yang dipasang cenderung membuat si perfeksionisme gampang kecewa dan sedih.
Belum lagi, tingginya ekspektasi yang dipasang pada orang lain berisiko menyebabkan permasalahan dengan orang lain. Sehingga, mau tidak mau sifat perfeksionis ini harus secara perlahan diatasi agar tidak terlalu dominan.
Cara mengatasi perfeksionisme dengan mencoba berpikir lebih realistis, dan menggunakan sudut pandang orang lain. Misalnya, saat gagal mengerjakan pekerjaan. Kita dapat memberikan hal yang positif pada diri sendiri, bahwa gagal adalah hal yang wajar.
Hal ini bukan berarti menunjukan jika kita bodoh dan buruk dalam melakukan pekerjaan. Pengakuan tersebut cukup membantu seseorang yang perfeksionisme, lo.
Baca Juga: Jenuh Bekerja? Kembalikan Semangat dengan Cara Ini