Penyakit anoreksia nervosa tidak hanya berpengaruh pada kesehatan mental saja. Melainkan juga kesehatan fisik, lo! Kenali segala macam tentang anoreksia nervosa berikut ini.
Kesehatan mental merupakan salah satu topik yang masih kurang diperhatikan di Indonesia. Salah satu contohnya penyakit anoreksia nervosa. Gangguan anoreksia nervosa seringkali dianggap sepele, padahal punya dampak yang cukup besar terhadap kesehatan fisik seseorang, lo!
Singkatnya, penyakit anoreksia nervosa adalah gangguan kejiwaan di mana penderitanya memiliki obsesi untuk memiliki tubuh kurus. Mereka cenderung sangat takut gemuk, dan terus melakukan diet yang ekstrem.
Alih-alih punya berat badan ideal, penderita anoreksia nervosa justru terlihat sangat kurus. Bahkan berisiko mengalami banyak masalah kesehatan, lo!
Gejala Penyakit Anoreksia Nervosa
Pengidap anoreksia nervosa secara fisik akan terlihat sangat kurus. Meski begitu, tidak semua orang kurus dan punya nafsu makan rendah adalah penderita anoreksia, ya. Secara fisik, berikut ini beberapa gejala penyakit anoreksia nervosa yang umum terjadi:
- Rambut menipis, mudah rontok, dan patas;
- Insomnia dan kelelahan;
- Irama jantung tidak teratur;
- Tekanan darah rendah;
- Sering sembelit atau sakit perut;
- Menstruasi tidak stabil;
- Gigi mudah rusak;
- Jari tangan kebiruan;
- Kehilangan gairah seksual; dan
- Tidak tahan udara dingin.
Selain gejala fisik di atas, penderita anoreksia nervosa juga mengalami gejala psikologis. Beberapa tanda yang sering muncul adalah mudah cemas dan depresi, merasa rendah diri, sangat ketakutan jika berat badan naik, hingga sering berbohong perihal makanan.
Umumnya, penderita anoreksia nervosa kerap merasa stres, dan mulai menarik diri dari lingkungan sosial. Tidak jarang penyakit ini juga membuat seseorang melukai diri sendiri. Bahkan, parahnya dapat melakukan percobaan bunuh diri.
Penyebab Penyakit Anoreksia Nervosa
Hingga saat ini penyebab anoreksia nervosa belum diketahui secara pasti. Namun ada tiga hal yang digolongkan menjadi penyebab anoreksia nervosa:
Riwayat genetik
Genetik dianggap memberikan pengaruh besar terhadap risiko anoreksia nervosa. Seseorang yang memiliki riwayat genetik, seperti depresi misalnya, kecenderungan untuk mengidap anoreksia nervosa akan lebih besar.
Faktor lingkungan
Lingkungan membawa pengaruh paling besar terhadap kemungkinan seseorang terkena penyakit anoreksia nervosa. Salah satu hal yang paling berpengaruh adalah standar kecantikan yang digunakan orang terdekat penderita. Selain lingkungan, faktor tontonan juga memberikan pengaruh besar bagi standar kecantikan ini.
Gangguan psikologis
Sebagian penderita anoreksia nervosa mengalami gangguan psikologis. Salah satu gangguan psikologis yang menjadi faktor risiko terbesar adalah kepribadian obsesif-kompulsif. Gangguan psikologis ini membuat seseorang mau berpegang teguh pada diet ketat, dan bisa melupakan makanan meski sedang lapar.
Mama Papa, selain faktor-faktor di atas, menjadi pribadi yang perfeksionis juga memiliki risiko yang tinggi terkena anoreksia nervosa, lo!
Baca Juga: 7 Gejala Depresi yang Paling Umum Terjadi
Bahaya Penyakit Anoreksia Nervosa
Meski berawal dari gangguan psikologis, namun anoreksia nervosa juga berbahaya terhadap kesehatan fisik. Dalam jangka panjang, penyakit anoreksia nervosa bisa menyebabkan komplikasi antara lain:
Otot dan tulang menjadi lemah. Karena kekurangan kalsium dan nutrisi penting lainnya, penderita anoreksia akan mudah terkena osteoporosis. Jika hal ini terjadi saat usia anak-anak, biasanya pertumbuhan tulangnya akan terganggu.
Penderita anoreksia nervosa berisiko mengalami masalah organ kronis, seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta pembengkakan di area tertentu.
Selain itu, penderita anoreksia nervosa juga akan mengalami kesulitan konsentrasi dan daya ingat memburuk. Ditambah kekebalan tubuh melemah, mengalami masalah otak dan saraf, hingga berisiko penyakit ginjal dan gangguan pencernaan.
Pengobatan Penyakit Anoreksia Nervosa
Untuk jenis pengobatan yang tepat, penderita penyakit anoreksia nervosa membutuhkan bantuan dokter. Jika penderita mengalami tingkatan anoreksia nervosa yang parah, umumnya dokter akan menyarankan rawat inap dengan menyalurkan makanan melalui selang.
Sedangkan, pada kasus menangah penderita akan ditangani oleh psikolog dengan terapi berbasis keluarga, serta terapi perilaku kognitif.
Baca Juga: Eating Disorder, Bukan Gangguan Makan Biasa