Meski sering disepelekan, sebenarnya radang usus termasuk kategori penyakit autoimun. Oleh karena itu, penyakit ini tidaklah boleh kita sepelekan. Apa saja gejala radang usus yang harus diwaspadai? Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini.
Radang usus atau yang dalam bahasa medis disebut dengan kolitis merupakan gangguan pencernaan yang tidak bisa disepelekan. Penyakit ini akan mengawali beragam masalah pencernaan lainnya. Maka dari itu, Mama Papa harus tahu gejala-gejala radang usus sedini mungkin.
Selain itu, kesehatan usus juga memengaruhi sistem kekebalan tubuh, dan juga membantu memproses beberapa hormon penting. Meski kerap dianggap sepele, namun radang usus ini juga termasuk dalam penyakit autoimun yang harus diwaspadai, lo!
Untuk bisa melakukan deteksi dini, berikut ini adalah lima gejala umum radang usus yang harus diwaspadai.
Sakit perut
Sakit perut merupakan gejala radang usus yang paling umum dirasakan. Rasa sakit ini muncul akibat adanya peradangan pada usus besar. Ketika terjadi peradangan, jaringan yang bermasalah bisa membengkak dan merangsang sel saraf di sekitarnya.
Lokasi nyeri pun bisa beragam, tergantung sumber awal peradangan. Namun umumnya rasa nyeri berpusat pada perut bagian bawah.
Buang air besar berdarah
Kondisi BAB berdarah dalam bahasa medis disebut sebagai kolitis ulseratif. Penderita radang usus umumnya merasakan gejala buang air besar (BAB) berdarah, parahnya bahkan bisa disertai nanah.
Hal tersebut menandakan kalau ada luka di dalam saluran pencernaan yang disebabkan oleh radang. Biasanya fesesnya akan berwarna merah segar, merah muda, atau justru kehitaman.
Banyaknya darah pada penderita radang usus juga berbeda, tergantung seberapa parah penyakit dan lokasi pendarahannya.
Baca Juga: Makanan Pedas Penyebab Usus Buntu? Fakta Atau Mitos?
Diare
Biasanya, gejala radang usus satu ini muncul paling awal disertai dengan rasa sakit perut. Diare yang terjadi saat radang usus disebabkan oleh infeksi kuman (bakteri, virus, atau parasit).
Tubuh merespons kuman sebagai ancaman dan mengirimkan reaksi imun hingga terjadilah radang. Pada penderita radang usus besar, respons ini justru membuat usus lebih sering berkontraksi. Akibatnya, usus besar akan menarik air ke dalam feses sehingga feses menjadi lebih encer.
Demam
Demam merupakan tanda tubuh sedang mengalami infeksi, termasuk pada saat kolitis. Gejala ini muncul karena otak menganggap ada sesuatu yang berbahaya dalam tubuh sehingga harus dimatikan. Otak pun akan merespons hal ini dengan meningkatkan suhu tubuh.
Menurut jurnal Case Reports in Medicine (2016), ada sekitar 40% orang yang mengalami gejala radang usus berupa demam. Umumnya demam akibat radang usus bertahan selama beberapa hari dan suhunya tidak terlalu tinggi.
Nyeri pada rektum dan wasir
Gejala radang usus juga berupa adanya rasa nyeri pada rektum. Seperti halnya sakit perut, rasa nyeri ini berasal dari peradangan pada area rektum. Jaringan yang membengkak menekan reseptor saraf dan mengirimkan sinyal nyeri ke otak.
Pengidap radang usus juga rentan mengalami wasir karena diare yang dialaminya tak kunjung sembuh. Saat diare, mau tak mau kita akan lebih sering mengejan keras. Hal ini memaksa jantung untuk mengalirkan lebih banyak darah menuju anus.
Akibatnya, pembuluh darah di sekitar anus “kebanjiran” darah sehingga membengkak, pecah, dan terjadi wasir. Hal ini jugalah yang menjadi alasan mengapa feses penderita radang usus besar bisa membawa darah segar.
Selain gejala di atas, beberapa penderita radang usus juga mengeluhkan penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan secara drastis. Hal ini disebabkan karena gangguan pencernaan yang terjadi sebagai akibat radang usus.
Karena itu, bila mengalami beberapa gejala di atas; seperti perubahan BAB, demam tinggi, atau diare, dalam jangka waktu yang lama sebaiknya segera periksakan diri ke dokter, ya. Konsultasi sedini mungkin akan membantu mencegah penyakit berkembang lebih parah.