Berangkat dari kasus siswa SMP yang menghanguskan sekolahnya sendiri, maraknya kasus bullying di sekolah merupakan hal yang tidak patut dianggap remeh. Dalam jangka panjang, dampak bullying bisa memengaruhi psikologis dan berisiko menyebabkan anak depresi!
Bullying di sekolah bukan hal asing di Indonesia. Salah satu contoh kasus perundungan terbaru terjadi pada siswa SMP di Temanggung, yang berakhir membakar sekolahya karena tidak tahan menjadi korban bullying di sekolah. Perilaku yang dilakukan tersebut menjadi bukti bahwa dampak bullying berdampak buruk bagi perilaku dan kesehatan mental anak.
FYI, latar belakang anak SMP tersebut membakar sekolah lantaran sakit hati menjadi korban bullying teman-temannya. Bahkan, aduannya pada guru tidak ditindak lanjuti oleh pihak sekolah. Karena emosi negatif yang tak terbendung, sang anak akhirnya membakar beberapa ruang kelas di sekolahnya yang berlokasi di Pringsurat, Temanggung.
Berangkat dari kasus tersebut, tentunya bullying menjadi salah satu masalah serius yang tidak patut dianggap remeh. Pasalnya, dampak bullying tidak hanya berdampak bagi bagi kesehatan mental korban.
Seperti yang dikutip dari laman Kompas.com, seorang dosen Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan UNY, Riana Nurhayati mengatakan, fenomena bullying harus mendapat perhatian penuh dari pemerintah, sekolah, orangtua, dan anak sendiri. Sehingga, dampak bullying bisa dihindari.
Selain menyebabkan trauma, ada beberapa dampak bullying lainnya yang harus diketahui orangtua. Lebih lengkapnya, berikut beberapa dampak bullying yang tidak boleh dianggap remeh:
Kehilangan kepercayaan diri
Salah satu dampak bullying yang dirasakan anak adalah hilang kepercayaan diri. Umumnya, korban perundungan merasa dirinya tidak sebaik orang yang menindas mereka. Akibatnya, korban merasa tidak pantas melakukan aktivitas yang sama dengan pelaku.
Dilansir dari laman Halodoc, hilangnya kepercayaan diri ini bisa mempengaruhi aspek kehidupan anak. Salah satunya menyebabkan si kecil jadi sering takut berkenalan dengan teman baru.
Baca Juga: Cara Atasi Anak Pemalu di Sekolah Baru
Mengisolasi diri
Tak hanya menghilangkan kepercayaan diri, dampak bullying juga membuat korban cenderung mengisolasi diri. Kecenderungan mengisolasi dan menutup diri disebabkan karena korban merasa tidak aman saat berada di luar.
Biasanya, korban bullying cenderung menghindari interaksi dengan teman sekelas, teman bermain, hingga keluarganya. Jika dibiarkan, kebiasaan mengisolasi diri berisiko menyebabkan anak sulit bersosialisasi dan membangun pertemanan.
Kesehatan mental terganggu
Dampak bullying berikutnya dapat mengganggu kesehatan mental anak. Biasanya, gangguan kesehatan mental yang dialami oleh korban bullying seperti mengalami kecemasan, depresi, hingga menyakiti diri sendiri.
Meski gangguan ini bisa memudar dengan sendirinya, bukan berarti si kecil bisa melupakan perlakukan kasar begitu saja, lo! Kalau depresinya sudah parah, ada kalanya anak cenderung melakukan hal-hal negatif. Seperti salah satunya melukai tangannya sendiri sampai berdarah.
Baca Juga: 8 Tipe Kecerdasan Anak, Penting Diketahui Orangtua
Bunuh diri
Bukan hal asing lagi, dampak bullying memunculkan pikiran bunuh diri pada anak. Dilansir dari laman Halodoc, munculnya keinginan bunuh diri disebabkan karena anak tidak kuat mendapat perlakuan buruk terus-menerus dari temannya.
Belum lagi, kurangnya dukungan dari keluarga juga mendorong anak untuk melakukan percobaan bunuh diri. Karena itu, kalau si kecil sudah berani melakukan percobaan bunuh diri, Mama Papa harus segera membawanya ke psikolog, ya!
Sebagai orangtua, sudah seharusnya kita tidak menganggap remeh dampak bullying pada anak. Oleh karena itu, apabila anak menunjukkan tanda-tanda menjadi korban bullying, segera bicarakan kasus bullying kepada pihak sekolah, ya!