Sebagai freelancer suka bingung bagaimana mengatur keuangan? Jangan khawatir, kamu bisa mengatur keuanganmu dengan mudah dengan tips-tips di sini.
Menjadi freelancer saat ini mulai diminati banyak orang. Yaa, tentu saja karena seorang freelancer lebih “bebas”, karena tidak terikat aturan perusahaan. Selain itu, kamu memiliki jam kantor yang lebih fleksibel. Hanya saja, mengatur keuangan menjadi kendala seorang freelancer. Benar, bukan?
Kalau kamu merupakan salah satu yang terjun menjadi seorang freelancer dan bingung mengatur keuangan itu sangat wajar. Terlebih lagi ini jadi tahun perdanamu. Satu poin penting yang harus kamu ingat adalah mengutamakan untuk menabung.
Nah, artikel ini sangat cocok buatmu seorang freelancer. Di sini ada beberapa langkah mudah mengatur keuangan freelancer yang bisa kamu coba.
Review penghasilan selama enam bulan
Mungkin menjadi freelancer hal baru buatmu dan bikin bingung mengatur keuangan yang baik. Terkadang kamu mungkin takut apabila pemasukanmu kurang, bukan? Dikutip dalam laman lifepal, salah satu cara mengatur keuangan freelancer dengan menghitung pemasukan dan pengeluaran enam bulan terakhir.
Caranya, hitung total pemasukan enam bulan terakhir dan hitung rata-ratanya. Kemudian, sekarang hitung pengeluarannya. Idealnya, disarankan pengeluaran setiap bulan sebesar 50%-60% dari pemasukan.
Apabila pemasukanmu rata-rata Rp15 juta, setidaknya pengeluaranmu untuk kebutuhan bulanan cukup Rp 7,5 juta saja. Dengan begitu, kamu masih punya sisa uang untuk sebulan yang bisa kamu gunakan untuk bermain dan menabung.
Baca Juga: Bebas Ribet, 4 Trik Menabung Anti Gagal di Tengah Jalan
Bedakan mana kebutuhan dan keinginan
Selain itu, kamu juga harus membedakan mana kebutuhan dan keinginanmu. Utamakan mana yang memang kebutuhan. Terkadang kita suka bimbang antara kebutuhan dan keinginan. Bahkan, kadang kita membuat yang keinginan harus dipenuhi karena urgernt. Iya, kan?
Satu trik yang bisa dicoba dengan menunda membeli suatu barang hingga sekitar satu bulan. Apabila kamu masih memikirkannya, artinya kamu memang butuh. Atau mungkin kamu juga bisa dengan bertanya pada diri sendiri “kalau aku tidak membelinya, apakah akan memengaruhi hari esok dan seterusnya?”
Baca Juga: Gaji Cepat Habis? Ini 4 Cara Mengatur Keuangan dengan Benar
Jangan langsung boros
Ada kalanya, mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya, kan? Nah, jangan langsung dihabiskan, ya. Anggaplah uang tersebut adalah bonus. Kamu tetap harus menggunakan uangmu sebagai kebutuhan pokok sehari-hari sekitar 50%-60% dari total pemasukan yang tadi telah dihitung.
Lalu bagaimana dengan bonusnya? Tentu saja kamu bisa memasukkannya ke dalam dana liburan, tabungan, dana darurat, atau untuk investasi. Toh, kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok, bukan? Jadi, jangan langsung happy dan boros, ya!
Jangan lupa dana darurat
Kamu juga tetap harus menyisihkan setiap pemasukanmu secara rutin minimal 10% untuk dana darurat. Dana darurat di sini digunakan untuk keperluan mendesak dan tidak terduga, seperti sakit. Idealnya, dana darurat adalah 3-6 kali dari pengeluaran setiap bulan.
Misalnya, pengeluaranmu setiap bulan adalah Rp5 juta, artinya kamu harus mengumpulkan dana darurat sekitar Rp15 juta atau dua kalinya. Sehingga, apabila terjadi hal yang tidak diperkirakan dan cukup urgent, kamu bisa menggunakannya. Tapi ingat, ya. Hanya untuk kebutuhan yang sangat mendesak.
Belajar untuk investasi
Satu lagi yang tidak boleh lupa adalah untuk berinvestasi. Kamu bisa memilih investasi sesuai dengan jenis dan menyesuaikan dengan profil risikomu. Ada beberapa investasi yang bisa kamu coba. Mulai dari reksadana, saham, emas, dan masih banyak lagi.
Cukup sisihkan minimal 10% dari pendapatan bulananmu. Kemudian, apabila memilih reksadana, perhatikan juga manajer investasi yang kamu pilih. Jangan asal oke dengan iming-iming bunganya, ya.
Baca Juga: Melek Investasi, Ini 3 Investasi yang Cocok untuk Milenial