Merasa diri sendiri hanya remahan rempeyek setelah melihat postingan media sosial orang lain? Mungkin kamu terkena social comparison. Yuk, atasi dengan cara berikut.
Salah satu masalah yang muncul ketika dunia semakin mudah diakses adalah adanya social comparison. Istilah tersebut mengacu pada perilaku seseorang yang suka membanding-bandingkan kehidupannya dengan orang lain lalu merasa hopeless.
Misalnya merasa wajah kurang cantik, anak yang kurang gemes, karier yang tidak mentereng dan masih banyak lagi. Biasanya dampak buruk social comparison muncul akibat akses media sosial.
Sekilas masalah ini hanya berupa iri hati biasa namun jika dibiarkan bisa berakibat pada depresi, bipolar, atau perilaku narsistik agar sama dengan orang lain.
Jika kamu merasa mengalami hal ini, langsung lakukan hal-hal berikut untuk membebaskan diri dari social comparison.
Mengenal diri sendiri
Social comparison muncul karena kita belum benar-benar mengenal diri sendiri. Orang yang sering membandingkan diri sendiri belum sadar dengan potensi yang ia miliki. Ia menganggap hidup orang lain jauh lebih baik, padahal belum tentu, lho.
Perilaku membandingkan diri ini jika berlanjut bisa berpengaruh pada sisi kejiwaan seseorang. Untuk itu, kita perlu mengenali diri sendiri dengan tahu kelebihan dan kelemahan yang dimiliki. Proses ini akan mengurangi perilaku social comparison.
Jangan langsung percaya dengan isi media sosial
Media sosial merupakan sebuah dunia di mana setiap orang bebas untuk mengaturnya. Di dunia maya seseorang bisa tampak bahagia dan luar biasa hidupnya. Padahal mungkin di kehidupan nyata si pengunggah sedang galau atau kesepian.
Unggahan di media sosial tidak selalu merepresentasikan apa yang sebenarnya terjadi. Kita bisa menyembunyikan hal-hal buruk dan kesedihan dalam setiap unggahan foto.
Jadi, kamu perlu menekankan pada dirimu bahwa apa yang terlihat di media sosial bisa saja palsu dan tidak lebih baik daripada apa yang kamu punya.
Jika kamu belum bisa mengatur perasaan dan anggapan tersebut sebaiknya jangan dulu membuka media sosial. Karena dampaknya bisa membuatmu iri dan merasa pecundang. Batasilah penggunaan media sosial agar kamu terhindar dari social comparison.
Tidak perlu mengikuti tren
Tertarik pada tren membuat kita lebih sering membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Misalnya, teman kita sudah memiliki ponsel terbaru sedangkan kita belum, maka akan muncul perasaan iri dan merasa kalah. Padahal hidup bukan sebuah kompetisi, bukan?
Kamu perlu ingat bahwa tren tidak pernah bertahan lama dan selalu berkembang. Maka dengan mengikuti tren kamu tidak akan memiliki pendirian dan jati diri. Jadi hiduplah dengan pendirianmu dan berhenti mengikuti tren.
Sumber: Shutterstock.com
Buatlah support circle
Daripada harus membandingkan diri lebih baik kamu berfokus dengan circle-mu. Bangunlah Circle dengan orang-orang yang mengerti kamu, memberikan kenyamanan serta mendukungmu untuk meraih goals.
Circle yang kondusif juga membuat kamu bisa mengenali kapasitas diri dengan lebih baik. Selain itu support dari sahabat juga penting lho, untuk perkembangan emosional kita. Melalui support circle, kamu dapat keluar dari jeratan social comparison.
Baca Juga: Toxic Positivity: Ucapan Penyemangat yang Ternyata Negatif
Lebih memahami kondisi emosi dan perasaan
Munculnya emosi dan perasaan negatif akan memengaruhi banyak aktivitas kita, termasuk cara pandang terhadap media sosial. Saat emosi dengan memburuk sebaiknya kamu tidak membuka platform media sosial.
Karena penurunan emosi ini apabila bertemu dengan foto bahagia orang lain akan memunculkan perasaan cemburu dan iri. Maka kenalilah kondisi emosi dan perasaanmu terlebih dahulu sebelum memutuskan bermedia sosial.
Baca Juga: Kurang Pede? Ini Tips Tampil Percaya Diri