Bukan hanya orangtua, rasa tertekan akibat pandemi juga berdampak pada kesehatan mental anak-anak. Jika tanda-tanda di bawah ini ditemui pada anak Mama Papa sebaiknya Mama Papa beri mereka perhatian lebih, ya.
Bukan hal yang mustahil jika pandemi COVID-19 punya dampak besar pada kesehatan mental anak. Jangan lupa jika anak-anak juga terkena dampak dari karantina mandiri ini. Rutinitas mereka bermain, belajar, dan aktivitas lain harus dijeda sementara waktu.
Tanda disadari, hal ini pasti akan berdampak pada kesehatan mental anak. Nah, Mama Papa, ada beberapa tanda yang menunjukan kesehatan mental anak sedang butuh perhatian khusus. Seperti beberapa tanda berikut ini:
Nafsu makan berubah secara drastis
Bukan hanya orangtua, perasaan stres pada anak-anak juga menyebabkan perubahan nafsu makan. Jika si Kecil menunjukan perubahan nafsu makan yang drastis, misalnya tidak nafsu makan atau justru makan terus menerus, maka Mama Papa harus mewaspadai kesehatan mental anak, ya.
Langkah pertama yang bisa dilakukan dengan memberikan anak rasa aman dengan lebih banyak meluangkan waktu bersama. Jika pola makan ini terus berjalan tidak wajar dari hari ke hari, sebaiknya Mama Papa segera menghubungi ahli.
Perubahan suasana hati
Biasanya tanda ini dapat dilihat dengan ledakan amarah yang dialami anak-anak. Tidak jarang mereka menangis secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Hal ini karena rasa tertekan memiliki efek samping luapan emosi yang meledak-ledak.
Masalah tidur
Selain pola makan, siklus tidur anak juga terdampak. Gangguan tidur ini bentuknya mulai dari insomnia, mimpi buruk yang berulang, terbangun di malam hari, atau hal-hal yang tidak biasanya. Nah, jika Mama Papa mendapati hal ini pada anak sebaiknya temani ia tidur, ya. Biarkan ia merasa tenang karena dijaga oleh orangtua.
Baca Juga: Jangan Dibiasakan! Ini Dampak Negatif Anak Tidur Larut Malam
Melakukan hal-hal regresif
Tanda-tanda anak tertekan yang satu ini biasanya tidak perlu sampai diamati mendetail, karena akan sangat tampak. Mama Papa, kembalinya kebiasaan kecil yang telah lama ditinggalkan anak bisa menjadi salah satu penanda ada masalah dengan kesehatan mentalnya, lho.
Misalnya, anak yang sudah lama tidak mengompol kembali mengompol, atau anak yang tidak lagi mengemut jari kembali mengemut jarinya.
Sebenarnya hal ini wajar jika hanya terjadi sesekali, namun saat intensitasnya bertambah bahkan hampir rutin, Mama Papa harus waspada. Segera minta saran pada psikolog jika perilaku regresif anak sudah muncul secara rutin, ya.
Baca Juga: Cara Atasi Cemas Berlebihan di Tengah Pandemi
Mengalami psikosomatis
Psikosomatis merupakan kondisi seseorang merasakan masalah secara fisik padahal tidak terjadi apapun. Masalah yang dirasakannya ini muncul dari psikisnya. Misalnya merasa sakit kepala, sesak napas, meriang, sakit perut, padahal tanda-tanda fisik penyakit tersebut tidak benar-benar dialaminya.
Selama pandemi tidak jarang orang yang mengalami psikosomatis dengan gejala-gejala suspect COVID-19. Sebenarnya hal ini muncul karena tingginya rasa kecemasan akibat pandemi, sehingga membuat mereka merasakan keluhan-keluhan fisik tersebut.
Jika anak mengeluhkan sesuatu, cobalah validasi terlebih dahulu pengakuannya. Ajak ia bercerita tentang ketakutannya dan berikan rasa nyaman. Biasanya sakit akibat psikosomatis akan perlahan berhenti saat tubuh sudah tenang.
Baca Juga: Kenali Psikosomatis, Si Penyakit Fisik yang Datang Dari Pikiran