Bingung dengan banyaknya mitos tentang ASI dan ibu menyusui yang beredar luas? Agar tidak salah tangkap, cek fakta di balik mitos tentang ASi dan ibu menyusui yang belum tentu benar di bawah ini. Hati-hati, ya, Ma!
Pemberian ASI eksklusif hingga usia enam bulan adalah hal wajib. Pasalnya, ASI merupakan sumber nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya. Masalahnya, ada beberapa mitos tentang ASI dan ibu menyusui yang kadang membuat kita sebagai ibu muda bingung.
Alhasil, karena kurang teliti dalam mencari informasi terkait mitos tentang ASI dan ibu menyusui, tumbuh kembang anak pun menjadi kurang optimal. Jika terus dibiarkan, parah-parah si kecil malah berisiko terkena stunting. Pastinya Mama tidak ingin, kan?
Yuk, cek fakta di balik 7 mitos tentang ASI dan ibu menyusui yang salah di bawah ini agar tumbuh kembang anak optimal.
Mitos: ASI berwarna kekuningan tidak baik
Mama, jangan terkejut apabila ASI yang keluar pertama kali berwarna kekuningan, ya. ASI kekuningan tersebut dikenal dengan nama “kolostrum”.
Bukan basi, justru kolostrum mengandung antibodi dan imunoglobulin tinggi. Kandungan ini bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh si kecil agar tidak mudah sakit. Jadi, pastikan memberikan ASI pertama ini sejak si kecil lahir, ya!
Mitos: Ukuran payudara pengaruhi jumlah ASI
Pastinya Mama sering mendengar mitos tentang produksi ASI satu ini, dong? Jangan langsung percaya, karena tidak ada kaitan antara ukuran payudara dengan jumlah ASI yang dihasilkan.
Ukuran payudara ditentukan oleh faktor genetik, berat badan, hingga jumlah jaringan lemak di payudara. Sedangkan, jumlah ASI yang diproduksi ditentukan dari seberapa sering kita menyusui. Semakin sering menyusui, semakin banyak ASI yang dihasilkan.
Mitos: Mengistirahatkan payudara agar ASI lebih banyak
Ada yang beranggapan, memberikan waktu payudara beristirahat agar produksi ASI dapat meningkat. Faktanya, mengistirahatkan payudara justru menyebabkan pasokan ASI menjadi berkurang, lo!
Semakin sering menyusui dan memerah ASI, otak akan menangkap “sinyal” bahwa tubuh membutuhkan ASI lebih banyak. Untuk itu, biasakan menyusui si kecil sekitar 9-10 kali sehari agar ASI tetap lancar.
Apabila payudara terasa penuh, disarankan untuk memerah dan menyimpan ASI sebagai cadangan. Untuk cara menyimpan ASI yang benar agar kualitasnya terjaga, Mama bisa klik link artikel di sini.
Mitos: Makanan pedas menyebabkan ASI pedas
Tidak sedikit yang menyarankan ibu menyusui untuk tidak mengonsumsi makanan pedas karena dapat menyebabkan ASI menjadi pedas. Padahal, mitos tentang ASI satu ini tidak sepenuhnya benar, lo!
Faktanya, makanan pedas tidak akan memengaruhi rasa ASI. Hanya saja, mengonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan berdampak pada proses menyusui. Contohnya, akibat mengonsumsi makanan pedas secara berlebihan, kita jadi mengalami masalah pencernaan dan menghambat proses menyusui.
Selain itu, bayi yang sensitif dengan kandungan capsaicin pada cabai juga berisiko mengalami diare. Jadi, pastikan mengonsumsi makanan pedas dengan bijak, ya!
Baca Juga: ASI Berkualitas dari Makanan Terbaik untuk Ibu Menyusui
Mitos: Hentikan pemberian ASI saat bayi diare
Saat si kecil diare, jangan pernah berhenti memberikan ASI, ya. Pasalnya, ASI merupakan obat yang ampuh untuk mengatasi diare pada bayi. Mengapa?
Seperti dijelaskan dari laman Alodokter, pemberian ASI selama si kecil diare dapat membantu melindungi sistem pencernaannya. Selain itu, ASI juga akan bekerja melawan infeksi dan mencegah si kecil mengalami dehidrasi akibat diare.
Mitos: Menyusui menyebabkan payudara nyeri
Hampir sebagian besar ibu menyusui mengalami nyeri payudara di awal-awal masa menyusui. Wajar saja, pasalnya payudara nyeri saat menyusui terjadi karena area puting yang masih sangat sensitif.
Selain itu, payudara nyeri bisa juga disebabkan karena kita belum tahu posisi menyusui yang benar dan nyaman. Itulah mengapa, kita perlu mengetahui posisi menyusui yang benar untuk menghindari rasa nyeri pada payudara.
Baca Juga: 4 Cara Ampuh Mengatasi Payudara Sakit Saat Menyusui
Mitos: Jangan membangunkan bayi untuk menyusui
Sebagai orangtua baru, tentu kita akan merasa tidak tega saat harus membangunkan si kecil untuk menyusu saat ia sedang tidur lelap. Namun, untuk saat ini pastikan Mama membuat jadwal agar si kecil tidak melewatkan waktu menyusunya, ya.
Mengutip dari laman Genbest.id, menurut dokter spesialis anak, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA (K), MSI, bayi di bawah satu tahun harus dibangunkan untuk menyusu agar nutrisinya tercukupi. Bahkan, disarankan untuk menyusui si kecil setiap 2-3 jam sekali agar tumbuh kembangnya optimal.
Nah, itulah beberapa mitos tentang ASI dan ibu menyusui yang harus diperhatikan. Mulai sekarang, biasakan untuk tidak asal terima informasi mentah-mentah, ya, Ma!
Baca Juga: Penyebab Bayi Tidak Mau Menyusu dan Cara Mengatasinya