Merasa ingin marah adalah hal wajar. Tapi, Mama Papa patut waspada kalau cenderung mudah marah karena hal sepele, atau bahkan tanpa sebab yang jelas. Pasalnya, biasa saja kebiasaan sering marah karena hal sepele bisa disebabkan adanya masalah kesehatan pada diri kita, lo!
Apakah beberapa hari ini Mama Papa sering terpancing mudah marah karena hal sepele? Sama halnya dengan sedih maupun tertawa, marah adalah hal wajar dan termasuk dalam bentuk ekspresi emosi seseorang. Namun yang menjadi masalah adalah mudah marah tanpa penyebab yang jelas.
Kebiasaan mudah marah karena hal sepele kerap dikaitkan dengan stres atau banyak beban pikiran dari kantor. Padahal, mudah terpancing amarah bisa menandakan adanya masalah kesehatan di dalam tubuh. Tidak hanya masalah kesehatan fisik, namun juga faktor psikologis.
Jangan buru-buru menyalahkan lingkungan, kenali penyebab mudah marah pada artikel di bawah ini:
Kurang tidur
Salah satu penyebab mudah marah yang paling sering terjadi karena kurang tidur. Selain bikin gampang ngantuk, kurang tidur memengaruhi kondisi emosi seseorang dan menurunkan kinerja otak. Kondisi kinerja otak yang menurun menyebabkan kita susah fokus dan mudah marah.
Menurut penelitian dari University of Pennsylvania, yang dikutip dari laman Hellosehat menjelaskan, orang-orang yang hanya tidur sekitar 4,5 jam setiap malam dalam seminggu cenderung lebih mudah marah, sedih, dan stres. Oleh karena itu, biasakan tidur berkualitas minimal 7-8 jam/hari, ya!
Mengidap diabetes
Apabila Mama Papa mengidap diabetes, tidak menutup kemungkinan akan lebih mudah marah tanpa alasan yang jelas, atau bahkan karena hal sepele. Tanpa disadari, ketidakseimbangan kadar gula dalam tubuh memengaruhi keseimbangan serotonin pada otak. Kondisi inilah yang menyebabkan Mama Papa lebih mudah marah, bingung, hingga agresif.
Baca Juga: Hati-Hati, Ini 7 Gejala Diabetes yang Jarang Disadari
Dalam fase kesedihan
Penyebab mudah marah juga bisa disebabkan karena berada dalam fase kesedihan menghadapi peristiwa buruk. Baik itu kehilangan pekerjaan, perceraian, atau ditinggal orang tersayang.
Sekadar informasi, ada lima tahap kesedihan saat mengalami peristiwa buruk, yaitu: penyangkalan (denial), marah (anger), menawar (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance).
Attention Deficit Hyperactivity Disorder
Dorongan mudah marah karena hal sepele juga bisa disebabkan adanya gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), yakni gangguan pada perkembangan saraf. ADHD menyebabkan penderitanya susah fokus, tidak bisa tenang, hingga kesulitan mengelola waktu dengan baik.
Baca Juga: 5 Ciri ADHD pada Anak, Kenali Sedini Mungkin
Obsessive Compulsive Disorder
Obsessive Compulsive Disorder (OCD) termasuk penyebab seorang sering marah yang patut diperhatikan. FYI, OCD adalah gangguan psikologis yang menyebabkan rasa cemas berlebih. Bahkan, penderita OCD kerap terlintas berbagai pikiran yang tidak diinginkan.
Kondisi tersebut menyebabkan penderita OCD sering marah karena hal sepele atau bahkan tanpa alasan yang jelas. Pemicu munculnya rasa marah disebabkan karena ketidakmampuan mengendalikan pikirannya sendiri.
Borderline Personality Disorder
Selain OCD, Borderline Personality Disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang turut menjadi penyebab seseorang sering terpancing marah. Termasuk dalam kategori gangguan mental, BPD ditandai dengan suasana hati yang sering berubah-ubah dan memiliki perilaku impulsif.
Umumnya, kemarahan yang dialami penderita BPD disebabkan memori buruk masa kecil. Seperti salah satunya adalah pengalaman diabaikan atau ditinggalkan oleh orangtua, keluarga, maupun orang terdekatnya.
Depresi
Jarang disadari, faktanya kebiasaan sering marah karena hal sepele atau mudah tersinggung adalah tanda depresi yang perlu diwaspadai dari sekarang.
Tidak jarang, luapan marah yang dialami orang yang sedang depresi kerap ditunjukkan dengan perilaku dan ucapan kasar, serta melakukan hal yang berbahaya. Seperti menyetir ugal-ugalan hingga melakukan self harm.
Apabila Mama Papa merasa beberapa hari ini cenderung lebih sering marah, jangan dibiarkan. Coba lakukan beberapa cara mengendalikan kemarahan dengan melakukan teknik relaksasi agar tubuh dan pikiran terasa lebih baik.
Hanya saja, jika rasa marah terus meledak dan semakin parah. Jangan ragu berkonsultasi pada psikolog untuk mencari tahu akar permasalahannya dan cara tepat mengatasinya.
Semoga membantu!
Baca Juga: Butterfly Hug: Redakan Emosi ala Drama It’s Okay To Not Be Okay